ix › Semestaraya

124 18 9
                                    

Setelah bell istirahat kedua berbunyi, Ranum dan teman sekelasnya keluar dari lab komputerㅡMenuju kelas untuk mengembalikan buku mapel informatika sebelum hampir seluruh siswa-siswi kelas Bahasa itu kembali keluar kelas untuk pergi menuju kantin,makan siang. Tapi, tidak dengan Ranum yang dibuat terdiam di samping mejanya, tatapannya terarah pada selembar kertas yang dilipat di atas meja.

"Minggu lalu habis ulangan ya?" Tanya Ranum pada Harel yang baru saja datang.

"Ngga, Ra, kita Minggu kemarin belum ulangan apa-apa." Balas Harel meletakkan buku mapel informatika-nya di dalam tas, "Ayo kantin,"

"Duluan aja," Ranum meraih selembar lipatan kertas itu, "Perasaan tadi aku gak sobek kertas.." Gumamnya masih bisa didengar Harel yang belum juga berniat keluar kelas.

"Kenapa? Bukan punyamu?"

Ranum menggeleng, jemarinya membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca kalimat yang tertulis.

Ranum, kamu cantik.. cantik sekali.

Sebuah pujian yang membuat Ranum cukup terkejut, "Siapa yang nulis kayak gini..?"

Harel yang penasaran pun mengintip lalu kedua matanya membulat, "Wah! Pacarmu mungkin..? Dia kan isengㅡ"

"Semesta..?" Tanpa pikir panjang, Ranum pergi meninggalkan Harel di kelasㅡIa menuju kelas Semesta, IPS, yang untungnya satu lantai. Sampai di depan pintu kelas, Ranum berpapasan dengan salah satu teman kelas Semesta, "Mn.. Semesta ada di kelas?" Tanyanya.

"Semesta ada di lapangan futsal, Ra, sama sirkelnya."

Ranum mengangguk, "Terima kasih infonya," Lalu, bergegas menuruni tangga, ia sedikit berlari menuju lapangan futsal.

Langkah Ranum terhenti di tepi lapangan, memperhatikan Semesta yang sedang asik menggiring bola sampai pada akhirnya tatapan mereka bertemu dan dengan asal-asalan Semesta mengoper bola sebelum berlari mendekati Ranum.

"Wets, udah selesai dari lab?"

Ranum menyodorkan selembar kertas yang membuatnya merasa harus bertemu dengan Semesta, "Itu lo yang nulis kan?"

"Apaan?" Tanya Semesta bingung menerima selembar kertas dari Ranum, ia buka dan baca lalu tertawa.

"Gak lucu, Ta.. gue malu kalau seandainya itu kertas jatuh ke lantai dan dibaca temen kelas gue."

"Astaga, bukan gue.. lagian ngapain juga gue repot-repot sobek kertas terus nulis pujian buat lo?" Sanggah Semesta, "Gue kalau mau muji lo kan bisa langsung di depan lo, Ra."

Ranum mengrenyit, "Terus.. itu siapa yang nulis?"

"Gak tahu, orang iseng kali." Asal Semesta melipat kembali selembar kertas pemberian Ranum, "Mau lo simpen atau gue yang simpen?"

Ranum melipat kedua tangannya di depan dada kemudian mengalihkan pandangannya dari SemestaㅡEnggan menjawab karena ia merasa sedikit malu setelah asal menuduh Semesta.

"Kalau lo merasa risih, gue simpen aja ya?" Semesta memasukkan lipatan kertas itu ke dalam saku sragamnya, "Lo mau ke kantin gak?"

Ranum masih diam, kenapa Semesta masih bisa bertanya hal lain di saat Ranum baru saja mendapatkan pujian dari anonim?

"Kok diem sih?" Semesta sadar diri jika sragamnya sedikit basah karena keringat setelah bermain bola, makanya ia tidak berani bersentuhan fisik dengan pacarnya, "Lo beneran gak nyaman dapet kertas kayak tadi? Padahal isinya pujian lho."

"Orang waras mana yang tenang setelah dapat surat tanpa nama? Ya, meskipun pujian sekali pun.. orang waras pasti ngerasa risih, Ta." Cerca Ranum kesal, "Gue sekolah di sini juga baru satu bulan, gak begitu punya banyak kenalan.. temen gue bahkan cuma Harel dan temen satu kelas lainnya yang gak begitu deket."

SemestarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang