ii › Semestaraya

150 22 6
                                    

Ranum terbangun dengan kedua mata bengkak sebab semalaman ia tidak bisa tidur dan asik menangis, hal itu tentunya membuat pembantu rumahnya khawatir karena saat jam makan malam ia tidak turun bahkan tidak membuka pintu.

Ranum merasa lega, setidaknya tangisannya tidak diketahui oleh Kak Dallen karena semalam kakak sulungnya itu sibuk lembur di kantor untuk menggantikan Papa yang sedang pergi keluar Kota bersama Bubu.

Diantar oleh supir, Ranum turun dari mobil dengan mengenakan kacamata silinder guna mengecoh kebengkakan yang terjadi di area matanya, setidaknya tidak begitu terlihat dan tidak membuat orang-orang sadar.

Tanpa ekspresi dan tidak ada sorot kehidupan dimatanya, Ranum berjalan memasuki gerbang sekolah, langsung menuju kelasnya.

"Hei? Kamu minus?" Tanya HarelㅡTeman satu bangku Ranum saat melihat Ranum duduk.

Ranum menggeleng pelan, ia silinder.

Harel memperhatikan Ranum yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik, "Apa kamu ada masalah?"

Ranum menoleh menatap Harel, "Nggak ada."

"Jika terjadi sesuatu ceritakan saja. Tapi, kalau nggak mau ya nggak apa." Balas Harel sembari tersenyum, "Tapi.. kata orang, menceritakan masalah bisa sedikit membantu atau mengurangi beban yang ada dipikiranmu, setidaknya kamu lega walau hanya sedikit." Harel membuat bentuk lingkaran kecil dengan jari telunjuk dan jempolnya.

"Aku nggak apa." Balas Ranum lagi, ia tidak ingin membagi masalahnya dengan orang yang baru saja dikenal dan untungnya Harel memahaminya.

semestaraya

Membolos, yah! Sekarang Semesta berada di atas atap sekolah atau lebih tepatnya rooftop, ditemani dengan sekaleng soda dan sekotak rokok di atas meja bekas.

Semesta berdiri di pagaran rooftop dengan posisi mengadahkan kepalanya menatap langit siang hari yang tidak begitu kejam seperti hari lalu. Detik berikutnya, ia menatap ke bawah dan  terdiam saat kedua matanya menangkap seorang siswa sedang berjalan di pelataran sekolah.

Diperhatikan seksama, Semesta sadar jika siswa itu adalah siswa yang kemarin ia antar pulang dan bodohnya ia belum menanyakan nama siswa itu.. tanpa perintah, Semesta langsung berlari turun menghampiri siswa itu yang benar akan menaiki tangga.

Mereka berhadapan, Semesta turun sedangkan siswa itu hendak naik namun tidak jadi karena dihadang oleh Semesta.

"Kenapa lihat-lihat?" Ketus siswa ituㅡRanum saat menyadari Semesta memperhatikan wajahnya.

"Kok," Jeda Semesta seraya memincingkan matanya ketika memperhatikan wajah Ranum, "Kenapa bengkak?" Tanya pemuda itu tanpa sadar telah sukses membuat Ranum mematung.

Kenapa pemuda brandalan ini sadar dengan kondisi matanya? Padahal, Ranum sudah samarkan dengan kacamata.

"Lo pikir kacamata kayak gitu bisa nutupin bengkak? Gak lah, lagian kenapa bisa bengkak? Kelilipan atau kesengat lebah? Gak deh, habis nangis kan lo?" Ujar Semesta bertubi-tubi membuat Ranum bungkam sesaat, "Kenapa nangis? Cerita sini, siapa tau bisa lega."

Lagi-lagi Ranum tidak senang karena merasa tertangkap basah oleh pemuda di hadapannya saat ini juga, "Kepo banget sih." Ketus Ranum.

"Tapi, gue bener kan?"

Ranum memilih mendiamkan pemuda itu, dirasa untuk menjawab saja sangat malas karena Ranum sudah tau jika pemuda itu jelas akan memperpanjang topik yang tidak berguna.

"Gak jawab berarti bener, dasar cengeng." Ejek Semesta saat melihat respon Ranum yang hanya diam.

Semesta melihat bet name yang ada pada dada kanan Ranum, ia melihat nama Ranum dalam diam yang justru tanpa sadar membuat Ranum salah paham dan melayangkan pukulan pada lengan pemuda itu.

SemestarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang