Elgard dan ketiga relasi bisnisnya itu tertawa renyah kala membicarakan sesuatu yang lucu. Ya, obrolan mereka tentang bisnis memang sesekali diselingi canda tawa. Hadinata yang duduk di sisi sebelah Elgard juga turut berbaur ke dalam obrolan hangat tersebut.
Jika boleh jujur, sebenarnya Elgard malas menginjakkan kaki di tempat ini namun karena relasi bisnisnya sudah menentukan tempat, mau tak mau ia pun memenuhi undangan itu. Dan beruntunglah, sedari tadi ia tidak menemukan satu sosok yang belakangan ini sangat ia hindari.
Setelah yakin sekali kalau sosok itu tidak ada di sekitarnya, Elgard bernapas lega karena ia tidak harus berpura-pura tidak mengenalnya. Namun sialnya, ketika Elgard masih asyik berbincang-bincang, sosok yang sedari tadi tidak ia lihat itu justru berdiri tepat dihadapannya, tengah membereskan meja dan mengumpulkan gelas-gelas kotor.
Benar! Sosok itu adalah Dinda yang sepertinya baru datang.
Elgard melirik jam mahal di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore tapi kenapa Dinda baru terlihat?
Tunggu! Itu bukan urusannya.
Elgard pun kembali fokus pada perbincangan di meja bersama relasinya.
Beberapa menit berlalu, satu persatu dari relasi Elgard pamit undur diri. Kala Elgard menoleh ke arah samping, ia malah melihat Dinda bertabrakan dengan seorang pria.
Elgard hendak mengabaikannya tapi sepertinya Elgard mengenal pria itu tapi dimana? Ia benar-benar tidak ingat.
Pria itu membantu Dinda bangkit berdiri.
"Pak, sekali lagi saya minta maaf. Baju anda jadi kotor karena kecerobohan saya." Dinda menundukkan kepala sebagai permohonan maafnya.
"Hei, ini cuma baju masih bisa di cuci. Kamu gimana? Ada yang sakit?"
Dinda menggelengkan kepala. Tadi ia jatuh terduduk karena secara tidak sengaja menubruk tubuh pria dihadapannya ini, tapi untung saja pria itu tak marah dan tak mempermasalahkan kecerobohannya.
"Kamu baru disini?"
"Benar. Saya karyawan part time."
"Pantas saja saya enggak pernah lihat kamu."
"Bapak sering kesini ya?"
"Nggak sering juga sih, cuma beberapa kali aja. Tunggu! Jangan panggil Bapak, saya merasa tua banget kalau kamu panggil Bapak."
Dinda mengernyitkan dahi. Apa pangggilan itu kurang sopan?
Pria tampan dengan postur tubuh tinggi dengan warna kulit seputih susu itu pun mengulurkan tangannya pada Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
RomanceELGARD DECLAN GENTALA tak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan cinta pertamanya 7 tahun lalu, dengan keadaan dan status yang tidak lagi sama. Elgard membencinya. Elgard menaruh dendam padanya. Elgard menganggapnya tak ubahnya wanita simpanan...