ELGARD DECLAN GENTALA tak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan cinta pertamanya 7 tahun lalu, dengan keadaan dan status yang tidak lagi sama. Elgard membencinya. Elgard menaruh dendam padanya. Elgard menganggapnya tak ubahnya wanita simpanan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah lebih dari 35 menit lamanya Elgard menunggu kepulangan Gerald dan juga Magdalena dengan ditemani satu botol wine di atas meja. Ya, terkadang Gerald memang seperti ini, berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Bukan cuma Gerald tapi Magdalena juga demikian.
Keseharian yang Elgard, Gerald dan Magdalena jalani adalah berkutat dengan bisnis, bisnis dan bisnis. Hampir tak ada waktu bagi mereka hanya untuk sekedar quality time, karena itu Elgard merasa seperti hidup sendiri. Ia punya segalanya tapi ia merasa kesepian.
Dulu, saat ada Dinda, Dinda lah yang selalu ada untuknya. Kemudian Dinda pergi dan ruang kosong itu hingga kini belum terganti oleh siapa pun. Memang ada Justin, ada Hadinata dan ada teman Elgard lainnya tapi untuk posisi seperti Dinda di hatinya ... entahlah! Elgard tak tahu akan benar-benar menemukannya atau tidak.
Elgard sudah bertekad, setelah malam ini, meski ini sulit tapi ia akan melupakan Dinda dengan membuka hati selebar-lebarnya untuk Alesha. Ia akan memenuhi janjinya pada Dinda untuk tak peduli pada urusan masing-masing selain untuk kepentingan Dilan semata.
Ya, Elgard akan menyayangi Dilan dan memberikan segala yang Dilan butuhkan sebagai penebus rasa bersalahnya selama ini. Elgard tidak akan membuat Dilan hidup seperti dirinya, kesepian, merasa sendirian dan harus menjalani hidup tidak sesuai dengan keinginannya.
Terdengar derap langkah kaki yang terdengar semakin dekat.
Elgard tersenyum kecut kala dari kejauhan tatapan matanya menangkap satu sosok yang sedari tadi Ia tunggu-tunggu. Memang benar sosok itu memberikan kehidupan yang sangat baik dan sempurna tapi ini bukan lah hidup yang Elgard mau, oleh karena itu Elgard tak sudi hanya untuk mengucapkan terima kasih padanya.
"Sampai kapan?"
Pertanyaan Elgard membuat sosok itu menghentikan langkahnya saat akan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ya, sosok itu adalah Gerald Gentala yang baru saja tiba di kediamannya.
Gerald mengernyitkan dahi bingung.
Elgard berjalan menghampiri Gerald. "Sampai kapan Papa akan merahasiakan kalau sebenarnya Elgard punya anak?"
Gerald melebarkan mata terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin rahasia memalukan yang sudah ia tutup serapat mungkin bisa diketahui oleh Elgard?
"Perempuan itu yang menemuimu atau kamu yang menemuinya?"
Elgard menggelengkan kepala. "Kami bertemu karena sudah waktunya Elgard tahu tentang ini."
"Jika urusan tidak penting ini yang ingin kamu bicarakan, let's talk about it another time." Gerald hendak melanjutkan langkah namun ...
"Tidak penting bagi Papa tapi sangat penting bagi Elgard!"
"Kamu berani bicara dengan nada tinggi pada Papa karena perempuan miskin itu Elgard?!"