BAB 32

137 21 12
                                    

Tiga hari kemudian, semuanya terasa begitu cepat. Tatjana merasa kalau dirinya kehilangan orientasi akan semua hal. Waktu, apa yang ia lakukan dan semua orang yang menyentuh tubuhnya untuk 'mempersiapkannya' untuk pernikahan ini.

Tatjana merasa lelah dengan semua ini. Rasanya, ia tidak akan bisa kembali ke tubuhnya di masa depan. Ia bukanlah wanita yang mudah menyerah seperti ini. Namun, semakin ia berusaha, tubuhnya terasa semakin lelah.

"Ajeng baik-baik saja?" tanya seorang tabib yang sedang memeriksa kesehatannya, sebelum ia akan melangsungkan pernikahan ini beberapa jam lagi.

Tatjana menganggukkan kepalanya. "Tapi bisakah aku tidur untuk beberapa saat? Aku merasa sangat kelelahan.."

"Ajeng bisa tidur untuk beberapa waktu dan kulo akan membangunkan jika Ajeng harus mengganti pakaian dengan pakaian pernikahan," jawab tabib itu.

"Terima kasih." Tatjana membaringkan tubuhnya dan rasanya, ia bisa tidur sesaat setelah kepalanya  menyentuh bantal.

"Wening, pengasuh Ajeng juga akan tiba sebentar lagi."

Tatjana hanya membalas dengan gumaman. Ia sangat bahagia jika Wening akan datang menemuinya. Namun, sekali lagi, ia sangat kelelahan sehingga harus segera tidur.

Baru saja ia memejamkan matanya, namun sekarang ia terjaga dan merasa kalau dirinya berada di tempat yang sangat asing. Ia tahu ini bukan masa depan ataupun masa dimana dirinya sekarang berada.

Tempat itu terasa sangat baru dan janggal, seolah dirinya berada di dimensi lain.

"Tatjana?"

Ada sebuah suara memanggilnya dan untuk beberapa waktu dirinya merasa takut. Dari apa yang ia lihat, sekarang dirinya sedang berdiri di sebuah lapangan yang sangat luas. Ia bisa melihat ke semua sisi dari tempat ini dan tidak ada siapapun di sana.

Pada mulanya, tempat itu terasa kosong. Namun mulai terisi dengan hal-hal yang ia pikirkan. Sungai, jembatan, pepphonan, bunga-bunga.... tempat itu seolah menyesuaikan dengan apa yang ia inginkan.

Apakah ini adalah imajinasinya sendiri?

"Tatjana?"

Suara itu kembali.

Dengan keberanian yang ia miliki, ia menjawab, "Siapa kamu?"

"Aku adalah Manika. Senang bertemu denganmu, Tatjana," balas suara itu.

Dengan cepat, Tatjana menatap ke sekelilingnya untuk mencari sosok Manika. Ada sangat banyak pertanyaan yang ingin ia utarakan. Salah satunya adalah tentang mengapa dirinya bisa masuk ke dalam tubuh wanita itu?

Setelah memikirkan banyak hal, ia sampai kepada satu kesimpulan. Bahwa Manika pasti tahu sesuatu tentang hal ini.

"Bisa kamu tunjukkan wajahmu?" tanya Tatjana.

"Tidak bisa. Kita berdua sangat mirip dan aku tidak bisa menunjukkan diriku di hadapanmu."

"Mengapa aku bisa di sini?"

"Aku yang membawamu ke sini, Tatjana. Di masa depan, jika aku tidak membawamu ke sini, kamu pasti sudah mati. Kamu meminum racun di hadapan orang yang kamu cintai," jawab suara itu.

Tatjana tidak begitu mengingat bagaimana dirinya di masa depan atau siapakah orang yang ia cintai. Namun, jika ucapan Manika benar, apakah dirinya mencintai pria yang salah?

Mengapa dirinya meminum racun di hadapan pria yang ia cintai, sehingga hampir membuat dirinya mati?

"Aku ingin pulang. Aku lelah dengan kehidupan di sini," kata Tatjana lagi.

Permata Dari RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang