7 Permusuhan

4.8K 417 19
                                    

7 Permusuhan

Elisa menatap makam bertuliskan namanya sembari menaburkan bunga. Ia mengusap nisan itu dengan air mata yang berlinang deras. Setelah susah payah bertanya dan mencari tahu di mana korban kecelakaan beruntun dimakamkan, akhirnya Elisa menemukan makam Loisa.

"Loisa, maaf jika aku menukar identitas kita seperti ini," ucap Elisa dengan suara bergetar, mengusap nisan itu dengan lembut. "Maaf, aku menggunakan identitasmu untuk bersembunyi. Tapi aku janji, Loisa, aku akan menjaga putramu dengan baik hingga dia dewasa."

Saat memandangi tanggal lahirnya pada nissan tersebut, Elisa jadi penasaran berapa tanggal lahir Loisa. Elisa pun mengambil kartu identitas milik Loisa dari dompetnya, dan ia dikejutkan dengan tanggal lahir Loisa yang ternyata sama dengannya.

"25 Mei 1994? Jadi, kita lahir di hari yang sama? Apa ada sesuatu di balik ini semua?" Elisa berkaca-kaca. "Apa mungkin kita saudara kembar yang terpisah?"

Elisa mengepalkan tangan. Itu masuk akal mengingat keluarganya tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Bahkan sebelum kecelakaan terjadi, ia hendak dijual dan dinikahkan dengan pria paruh baya yang sudah bau tanah!

"Aku akan mencari tahu lebih dalam tentang kita, Loisa. Semua ini sepertinya bukan sebuah kebetulan!" lirihnya dengan tangan mengepal.

*****

Setelah mengunjungi makam Loisa, Elisa pulang dengan langkah lesunya. Ia semakin penasaran dengan identitas aslinya. Pertanyaan tentang apa mungkin dia dan Loisa itu saudara kembar yang terpisah, selalu menghantui kepalanya saat ini.

"Mama dari mana, kenapa tidak mengajakku? Kenapa Mama diam saja?"

"Loisa!" Kaivan menegurnya. Menepuk-nepuk pundaknya hingga Elisa tersentak.

Karena terhanyut dalam lamunannya sendiri, Elisa sampai tidak sadar jika Ares menangis dan terus memanggilnya sejak tadi.

"Ares?" Elisa langsung menggendongnya "Maaf ya? Mama tadi pergi berbelanja sayuran, lalu kepala Mama pusing. Maaf jika Mama tidak mendengarmu!"

"Kamu sakit? Perlu ke dokter?" Tanya Kaivan spontan. Kaivan khawatir jika itu efek dari kecelakaan yang belum lama ini dialaminya.

"Tidak perlu, aku hanya perlu istirahat sebentar. Nanti juga sembuh!" Elisa tersenyum tipis, lalu membawa Ares ke dapur.

"Anak Mama hari ini mau makan apa?" Tanya Elisa sembari mengusap airmatanya.

"Mama, lain kali ajak aku ya?"

"Iya sayang! Maaf ya?" Elisa mencium pipi mungilnya. "Ares mau makan apa hari ini?"

"Boleh tidak, Ares makan ayam crispy?"

"Boleh!" Elisa menjawabnya dengan senang hati. Kaivan memandangi sang istri dan anak yang terlihat mengabaikannya. Mendadak ia mengingat jika sebelumnya, Loisa-lah yang terabaikan. Apa ini semacam karma?

"Kamu tidak bertanya padaku?" Kaivan spontan bertanya pada Elisa yang tengah mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak.

"Kamu butuh sosok istri rupanya? Aku pikir tidak!" Sindir Elisa dengan ramah namun menusuk. Ia tak berani berkata kasar atau mengatai Kaivan karena Ares ada di hadapan mereka.

"Papa mau makan apa?" Tanya Elisa sembari tersenyum ke arah Ares yang ikut penasaran dengan keinginan ayahnya. "Pangeran kecil ini mau ayam crispy, kamu apa?" Lanjut Elisa bertanya.

"Sama!" Kaivan menghampiri anak dan istrinya, lalu ikut bergabung. Ia benar-benar seperti tamu tak diundang. Kenapa keadaan jadi berbalik seperti ini?

"Baiklah, kita masak crispy chicken steak ya? Nanti Mama buatkan saus madu yang enak!"

I'm Your Fake WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang