penjelasan

608 87 1
                                    

Haekal dan keluarganya tiba di Apartemen saat jam 6 sore. setelah membuka pintu, Haekal di kagetkan dengan keberadaan Marven yang tertidur di sofa ruang tamu.

"kakak?" pekik Haekal.

"pelan pelan dek, sepertinya marven tidur karena kelelahan" ucap Sadewa.

Haekal, Kaile san Aleena menatap Sadewa dengan pandangan bingung.

"papa juga baru tahu tadi kok" ucap Sadewa sembari mendudukan dirinya di sofa ruang tengah Apartemen. "jam 5 tadi, marven telpon dan bilang kalau dia sudah ada di korea" jelasnya.

"jadi itu alasan papa ngajak kita buru buru pulang? padahal niat awal kita pulang ke apart jam 9 malam?" tanya Kaile disamping papanya.

Sadewa mengangguk membenarkan.

"pasti kakak khawatir sama keadaan adek" ucap Aleena mengusap tangan anak bungsunya.

Haekal menghela nafas kasar. "suruh siapa dia nyebelin"

"kakak pasti ada alasan kenapa dia bersikap seperti itu" Aleena membela Marven.

"marven masih bisa abang maafin ya dek.. tapi kalau atuy, jujur abang udah ga bisa terima dia lagi" ujar Kaile.

"abangg... tidak boleh seperti itu" ucap Aleena lembut.

"tapi mah, atuy udah melewati batas. abang udah gabisa mentoleransi kesalahan atuy" Kaile melipat kedua tangannya. "abang ga terima adik abang di kata katain. emang dia pikir dia siapa? bisa seenaknya merendahkan ekal?"

"abang pikir mama terima anak mama dikatai seperti itu? demi tuhan, bahkan mama jauh lebih sakit... tapi bang, perbuatan jahat tidak harus di balas dengan kejahatan lagi"

Haekal segera merangkul lengan mamanya manja.

"abang ga lagi berusaha merencanakan balas dendam ma.. abang cuma udah ga bisa terima kehadiran atuy di hidup adek.. itu aja" sewot Kaile.

Sadewa terkekeh kecil melihat wajah masam anak pertamanya. "tidak apa apa abang... abang boleh pilih untuk memaafkan atau tidak akan memaafkan atuy.. bahkan papa pun tidak rela anak anak papa disakiti." ucapnya. "tapi Allah saja maha memaafkan, masa abang engga? setiap orang kan mempunyai kesempatan kedua" lanjut Sadewa menepuk nepuk tangan anak pertamanya.

Kaile mendengus sebal. "belum aja abang mintain dendi buat pecat atuy dari cafe nya." Kaile menyebutkan nama temannya, pemilik cafe tempat Atuy bekerja.

"abang ih jahat" cibir Aleena.

"abang bukan malaikat ma" bangkit dari duduknya menuju ke kamar.

Aleena geleng geleng kepala melihat kelakuan Kaile.

"sana bangunin kakak.. suruh tidur di kamar adek aja" titah Aleena pada si bungsu.

***

"woi marven bangun" seru Haekal di telinga Marven membuat Marven terperanjat.

"kal astaga" ucap Marven mengelus dadanya.

"ayo pindah ke kamar gue" ajak Haekal berjalan diikuti oleh Marven dibelakangnya dengan mata sedikit terpejam.

sesampainya didalam kamar, Marven langung melempar tas nya ke sofa yang ada disana. kemudian dengan cepat merebahkan dirinya di kasur.

"jangan tidur, lo utang penjelasan sama gue ya kenapa tiba tiba ada di apartemen orang tua gue" sewot Haekal menjewer telinga Marven.

"berisik kal.. biarin gue tidur dulu, ntar gue jelasin setelah bangun" balas Marven.

"gue mau sekarang" Haekal berseru.

Marven terpaksa duduk bersandar di kepala ranjang.

"sini duduk" Marven menepuk nepuk tempat disebelahnya.

"apa?" tanya Haekal ogah ogahan duduk disamping Marven.

Marven memberikan ponselnya pada Haekal, yang diterima Haekal dengan bingung.

"dulu lo tanya kenapa tiba tiba gue ganti sandi ponsel gue kan?" tanya Marven menatap lurus.

"karena lo punya rahasia" jawab Haekal kesal.

"bener... ada hal yang gue rahasiakan selama beberapa bulan ini dari lo kal" ucap Marven lirih.

Haekal mengangkat alisnya bingung.

"semenjak kita mulai hidup bareng di kost, dan beberapa kali ngobrol bareng bang kai yang titip lo ke gue.. ga sekali dua kali bang kai ngomongin kekhawatirannya tentang kanaga yang mungkin bisa aja bawa lo ke pergaulan buruknya.. dari sana, gue mulai was was tiap kali lo keluar bareng kanaga dan yang lain.. bukan tanpa alasan gue dan bang kai cemasin tentang pertemanan lo dan kanaga kal.. bang kai bilang, lo, kanaga, rayyan, dan jian udah temenan dari TK. dan semenjak smp bang kai mulai takut, karena dia tau kanaga mulai kenal sama minuman haram pas kelas 2 smp.. bang kai makin khawatir ketika kalian udah SMA.. kanaga semakin menjadi jadi dengan keluar masuk club buat mabuk mabukan, masuk geng motor dan sering balapan liar."

"awalnya gue masih baik baik aja dan terima mereka semua, bang kai juga bilang selagi lo ga terjerumus, dia gaakan membatasi pertemanan lo. tapi semenjak lo mulai ikut ikutan mabuk mabukan sampai ga sadar diri, gue mulai mandang kanaga ga baik buat masa depan lo. gue mulai hilang respect sama kanaga dan yang lain juga. rayyan, jian, jevan, kaf"

"tapi lo ga keliatan benci sama jevan, kafka sama jian kak. gue cuma liat lo benci sama kanaga dan rayyan." potong Haekal.

"dengerin dulu, gue belum selesai kal. tadinya gue gaakan kasih tau hal ini, biar lo tau sendiri aja. tapi bahkan udah setahun, lo masih gatau apa apa dan malah bikin hubungan gue sama lo makin memburuk" desis Marven.

"dari awal, gue ga pernah benci sama kanaga, dan temen temen lo yang lain.. gue cuma kurang suka. karena kehidupan bebas mereka... dan takut lo terbawa arus.. sebatas itu. lagian gue ga sesuci itu kal... kalo mumet, gue juga beberapa kali minum minuman haram."

"jadi? alasan kenapa lo keliatan sebenci itu sama kanaga? sama rayyan? ga berdasar?" tanya Haekal beruntun.

Marven berbicara dengan nada ragu. "setahun lalu, tepatnya pas ulang tahun lo..." Marven menghela nafas berat. "gue ga sengaja lihat kanaga dan pacar lo ciuman di parkiran kampus.. waktu itu, gue ke kampus lo buat ketemu sama temen temen lo, mau minta bantuan mereka buat bikin birthday party lo yang ke 23" lanjutnya lirih tak berani menatap Haekal.

"gue.. gue liat dengan mata gue sendiri kal... waktu itu parkiran emang lagi sepi banget.. sebelumnya gue udah chatan sama jevan buat ketemuan di kampus.. tapi gue malah ga sengaja mergokin aga dan arumi ciuman" Marven menunduk. "posisi arumi di pangkuan kanaga, dan yang paling bikin gue marah lo tau kal? di bangku belakang, ada rayyan yang liatin mereka santai. seolah hal yang dia liat gaakan nyakitin lo" lanjutnya.

"dari sana, gue marah banget sama kanaga dan rayyan.. tapi gue masih berpikir kalau mungkin aja cewe itu bukan arumi dan gue salah lihat.. kedua kalinya gue liat arumi dan kanaga di taman dekat rumah kanaga, lagi lagi mereka kelihatan mesra.. dari sana, gue mulai cari tahu dan selidikin hubungan kanaga dan arumi diem diem.. dan lo tau? ternyata mereka emang ada main di belakang lo kal, dan rayyan tau itu tapi dia milih buat diem dan tutup mulut"








✨✨✨


maaf ak baru update😖
sibuk banget dan gaada waktu buat mikir🥲
sebagai gantinya, ak akan update 2 part yeayy🤍

9 REGLES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang