Melo 8(Bertemu protagonis)

11.7K 1.2K 77
                                    

HaPpY rEaDiNg📖

🖤🖤🖤










Tiupan kecil dilakukan seorang wanita cantik dengan rambut pirang yang terikat ala pony tail nya pada sebuah aroma terapi ruangan, ia mengipasi asap yang berbau lavender itu kedekat hidung menciumnya dengan senyuman mengembang.

"Pengharum alami sudah dinyalakan, tapi ... Kenapa Tuan Jeremy masih saja melamun tak fokus?" diliriknya kebelakang dari samping bahu, di ruang kerja ini Jeremy sang direktur terlihat diam tak bicara, "Sepertinya beliau sedang banyak fikiran mengganggu."

Pria tampan bermanik biru laut itu menatap lurus ke layar leptop dengan menyanggah dagunya, ia gigit jari jempol miliknya lalu mendengus gusar lagi dan lagi.

"Tuan, apa terjadi sesuatu?" pertanyaan itu lolos dari bibir sekretaris nya.

Jeremy mengerjapkan bulu mata lentik alami itu, "Menurutmu, apakah jatuh cinta pada saudara sendiri adalah hal normal? Mungkin aku perlu mendatangkan ahli psikolog untuk mengecek kewarasan ku."

Sekretaris nya mendudukan diri di mejanya sendiri, ia tersenyum menyadari keanehan pria itu, "Tidak salah Tuan--"

"Benarkah?" potong nya menoleh cepat, wanita itu mengangguk.

"Maksudku tidak salah jika mencintai saudara tiri kita yang jelas-jelas tidak mungkin sedarah, tapi apa mungkin posisi itu Tuan ambil saat Ibu Tuan sendiri menikahi ayahnya?" Jeremy seketika menegakkan tubuhnya dengan mata menyorot wanita itu dingin.

"Apa yang kau maksud?"

Dia meneguk ludahnya tersenyum kaku, "Bukankah Tuan jatuh cinta dengan saudara tiri Tuan? Pria yang dikencani Ibu dari Tuan pasti memiliki putri yang berwajah cantik dan sesuai kriteria idaman anda benarkan? Jika seperti itu mungkin sebentar lagi Tuan akan meninggalkan status--"

"Cukup, jawabanmu tidak sesuai dengan pertanyaan ku, lupakan saja," Jeremy mengangkat tangannya, ia memijit pelipisnya sendiri saat bayang-bayang Melody kembali menari-nari didalam otak pria itu, "Aku benar-benar gila, melihat cara berpakaian dan dandanan mu sekarang sangat berbeda dari Melody yang polos dan lugu dulu."

Wanita di sebrang nya tak sengaja menangkap gumaman frustasi itu, ia berfikir sejenak sebelum matanya membulat menoleh cepat pada Jeremy, Melody? Melody mana-- What?!Jangan-jangan yang disukai Tuan adalah adiknya sendiri?! Adik sedarah?! Apa dia gila?!

"Aku ingin menjernihkan pikiranku dahulu, kau catat data statistik dana dari kenaikan tahun ini," titah Jeremy berdiri mereggangkan dasinya yang terasa mencekik sebelum pergi.

"B--bain Tuan, astaga pantas saja dia berkata ingin memeriksa dirinya pada psikolog," ia menutup bibirnya dengan gelengan kepala tak mampu berkata-kata lagi.

Jeremy melangkahkan kakinya menuju lift, "Haruskah aku pulang lebih cepat? Iya, mungkin undangan pesta nanti akan kuhadiri dengan Melody sebagai pasangan," pria itu terkekeh berat menertawai perasaan gilanya.

Seorang pegawai wanita dengan rok span hitam yang membentuk lekukan bokongnya membulat terkejut melihat Tuannya berjalan hendak memasuki lift yang ia masuki juga, ditahannya pintu itu agar tak tertutup.

"Selamat pagi Tuan," ia tersenyum namun tak dibalas Jeremy yang kini berdiri disebelahnya dengan satu tangan dimasukkan kedalam saku dan satu lagi memegang ponselnya, "Tuan? Mau saya buatkan kopi?"

Jeremy melirik tak minat kala wanita itu memamerkan gelas cup coffe miliknya, "Tidak."

Responnya membuat wanita itu menggigit bibir bawahannya kesal, tak kehabisan akal ia tersenyum lalu tanpa diduga sebelah kaki ber heels itu ia tekuk hingga terjatuh dan kopinya menimpa pakaian putih Jeremy, "Tuan! Maaf maafkan saya Tuan, kaki saya terkilir ini benar-benar sakit biar saya bersihkan, yaampun apa yang kulakukan, bagaimana bisa aku mengotori pakaian bersih anda."

Mello And Robotik System [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang