1

1.3K 136 8
                                    

Dia mengikat rambut nya dengan rapih sebelum kini beralih pada beberapa kardus besar di hadapan nya. Semua barang-barang dari kamar ketiga anak nya sudah berada disini dan sudah ia susun dengan rapih memakan waktu kurang lebih tiga jam.

Mereka sampai di rumah baru, beberapa jam yang lalu dengan banyak nya drama yang terjadi sehingga Indah agak kesusahan untuk membawa barang di dalam mobil nya karena Kathrina anak bungsu nya itu menyelamatkan banyak sekali koleksi boneka nya hingga memenuhi bagai mobil.

Tidak itu saja, sudah lelah menyetir mobil dan mengurusi anak-anak nya, Indah juga kerepotan karena hingga sekarang Kathrina masih saja menangis kecil karena tak sudi pindah rumah.

"Mommy..." Kathrina merengek.

"Udah anjir, lo masih tetep hidup, kok." Ashel mungkin sudah lelah mendengar tangisan adik nya itu, dari dalam mobil hingga sekarang, kathrina menangis di samping nya.

"Iya, udahlah.. disini masih bisa bernafas juga kita." Tambah Marsha, menenangkan Kathrina.

Sedangkan Indah hanya bisa diam memperhatikan interaksi ketiga anak nya. Sebetulnya ia sungguh tak tega harus membawa mereka kesini padahal di rumah yang lama itu, sudah mereka tempati sejak mereka lahir. Namun apalah daya, Indah tidak punya cara lain untuk menghentikan mantan suami nya itu agar tak lagi bertemu dengan anak-anak nya. Mungkin ini jalan satu-satunya yang bisa Indah lakukan, dan ia selalu berharap supaya dia dan anak-anak nya bisa kembali hidup dengan tentram disini.

"Atin, dengar Mommy.." Indah menatap dengan lamat wajah Kathrina kemudian menangkup kedua pipi nya."Kita tinggal disini enggak akan merubah hidup kita, tetap seperti biasa, seperti kita di rumah lama.. yang membedakan hanya tempat. Ngerti?"

Kathrina mengangguk lesu.

"Ashel, Marsha, Mommy harap kalian lebih mengerti." Tambah Indah.

Tentu lah Ashel dan Marsha mengangguk, meski belum mengerti sekali tentang kehidupan, Ashel dan Marsha cukup paham mengapa Indah memilih jalan ini. Tumbuh menjadi remaja, sedikit banyak nya mereka sudah tahu apa tujuan hidup, pasti nya mereka sangat paham dengan apa yang di rasa oleh Indah.

"Mom, ini geser kemana?" Marsha sudah siap memegang erat ujung meja nakas untuk digeser ke tempat nya. Dia menggeser ke samping dua langkah."Sini?"

"Sedikit lagi, Kak.. sejajar sama sofa."

"Sini?" Tanya Marsha lagi setelah ia rasa apa yang ia lakukan sudah sesuai arahan Sang Ibu."Pas enggak?"

"...Ya pas." Setelah memastikan Marsha, Indah beralih pada Ashel yang sedang menyusun bahan makanan di dalam kulkas. Ia beruntung di beri anak-anak yang bisa mengerti keadaan nya juga bisa membantu nya di rumah.

"Tin, lo nangis mulu, buang tuh sampah." Tegur Ashel pada Kathrina yang masih menangis kecil di sofa.

Indah segera mengedarkan pandangan nya pada Kathrina, rasa bersalah nya semakin besar melihat anak bungsu nya itu tak henti menangis seakan tersiksa dengan kehidupan nya di rumah baru ini. Kaki nya melangkah untuk mendekati Kathrina, ia mengusap dan mengecup puncak kepala anak itu dengan lembut.

"Udah.. biar Mommy yang buang sampah nya, Atin duduk aja lihatin Kakak-kakak." Sekali lagi ia kecup puncak kepala Kathrina sebelum mengambil bungkusan sampah yang ada di dapur.

Indah mengambil beberapa kantung sampah yang tergeletak di dekat kulkas. Agak sedikit kesusahan karena agak banyak, ia berjalan tertatih sangat payah hanya untuk sampai ke depan pagar rumah nya. Setelah berhasil sampai di depan pagar, ia segera meletakkan plastik sampah, dan.. ia menepuk jidat nya sendiri karena ada satu hal yang paling penting tapi justru ia lupakan.

Kita Usaha-kan Keluarga Harmonis ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang