2

1K 123 11
                                    

"Tante yang di depan kata nya mau laporan kesini."

Oniel batuk kecil, tersedak karena ucapan Olla barusan. Dia mengambil air putih yang di suguhkan oleh Lulu, kemudian meneguk nya hingga tandas. Alis nya bertaut, kening nya berkerut, dia diam menimang apa yang di ucapkan oleh Olla. Ia.. sedikit tak percaya dan sekali lagi ingin Olla mengulangi ucapan nya.

"Apa?" Tanya Oniel.

Sarapan pagi ini begitu nikmat karena perut nya memang sudah lapar sejak semalam karena selama ikut pertemuan dengan Kepala Desa, ia hanya minum kopi dan tidak memakan apapun makanan yang di suguhkan oleh tuan rumah. Maka nya kefokusan nya agak terganggu dan lamban untuk mencerna ucapan yang masuk ke dalam telinga nya.

"Kamu bilang apa, tadi?" Tanya nya lagi karena tak mendapat jawaban dari Olla, anak itu sibuk dengan sereal nya.

"Tetangga baru, Tante itu mau kesini laporan kalau dia sudah pindah." Jelas Olla.

Adel, Flora, dan juga Lulu hanya mengangguk mengerti. Sedangkan Oniel.. lelaki mata keranjang itu tersenyum senang dan bersorak dalam hati nya. Selama menjadi Ketua Rt, baru kali ini ia merasa sangat bangga dan sangat beruntung menduduki posisi ini. Tapi seperti nya ia tak akan membiarkan Indah datang kesini karena tentu saja karena Oniel ingin datang kerumah nya. Sebagai warga spesial, Indah harus mendapat layanan khusus dari Ketua Rt yang amat tampan ini.

"Lo tau dari mana?" Adel seperti nya juga penasaran dengan tetangga baru nya itu karena kemarin teman-teman nya semua membahas kedatangan anak kota di depan rumah nya ini.

Olla menyendok sereal nya ke dalam mulut."Orang nya kemarin yang ngomong sendiri, ketemu gue di warung emak nya Muthe."

"Terus, apa katamu?" Tak peduli jika anak-anak nya berpikir macam-macam, karena memang ia ingin macam-macam, hehe.

"Sebenernya sih dia mau datang semalam, tapi karena Bapak mau ke—"

"Tau gitu enggak akan pergi dah ke Kades." Oniel menegakkan tubuh nya. Menatap keempat anak nya yang menatap bingung kepada nya, ia.. jadi nya kembali duduk dengan diam dan menyengir tak enak.

"Mulai, Bapak lo mata keranjang." Adel berbisik pada Olla dan Olla mengiyakan ucapan Adel barusan.

Pagi ini seperti biasa, kehidupan seorang duda anak empat ini tak lain tak bukan memastikan anak-anak nya untuk bangun dan pergi ke sekolah. Adel, Olla, dan Flora masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas, sedangkan Lulu sudah tamat dan sekarang sedang bimbang ingin melanjutkan pendidikan atau langsung bekerja saja.

Tujuh tahun yang lalu, terhitung sudah lama tentu nya, Ariella—Sang Istri meninggalkan dunia karena sakit lambung yang ia derita. Meninggalkan Oniel beserta anak-anak mereka yang tentu nya masih membutuhkan sekali kasih sayang seorang Ibu. Hampir lima tahun ini ia mencari pengganti Ariella, tapi satu pun tidak ada yang bisa. Memang, semua manusia ini tentu nya berbeda-beda, ia tak akan bisa mencari diri Ariella pada siapapun karena yang punya diri itu hanya Ariella. Siang malam ia tak tidur memikirkan nasib nya tanpa Ariella, tapi mungkin tuhan betulan masih sayang pada nya dan anak-anak nya sehingga pada hari ini ia masih menikmati tubuh yang sehat dan kehidupan yang berkecukupan.

Meski tidak mewah, setidaknya apa yang di inginkan oleh anak-anak nya bisa ia penuhi dan tidak mengganggu apapun tentang pendidikan anak-anak nya.

Dia menempati rumah tingkat dua yang baru di renovasi beberapa bulan yang lalu. Awalnya tingkat satu, tapi karena anak-anak nya sudah membuka suara untuk tidur dikamar sendiri-sendiri—karena selama ini tidur selalu berdua, akhirnya Oniel mengambil tabungan nya untuk membangun lantai dua di rumah ini. Dan jadi lah rumah lantai dua dengan jumlah kamar enam keseluruhan nya.

Kita Usaha-kan Keluarga Harmonis ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang