"Bu Indah, ini dimasukin ke dalam aja."
"Oh, iya, Bu Cindy." Indah mengangkat beberapa bungkusan tepung terigu ke dalam dapur milik Ceu Eli.
Kemarin malam tepat setelah mendengar informasi dari masjid yaitu akan ada nya pertemuan di balai desa hari ini setelah Shalat Ashar, Indah langsung di hubungi oleh Ceu Eli untuk menawarkan Indah agar masuk dalam grup WhatsApp ibu-ibu di kampung ini. Setelah masuk dalam grup tersebut, Indah awalnya hanya menyimak obrolan biasa ibu-ibu disana. Namun setelah salah satu dari mereka memiliki ide untuk mengajak membuat makanan bersama untuk pertemuan di balai esok hari, Indah jadi nya nimbrung dan turut menyetujui ide tersebut.
Dan disini lah ia berada, dirumah Ceu Eli yang bersedia untuk di pakai dalam kegiatan masak memasak ini. Sifat ramah dan senyum manis nya sangat terpakai sehingga tak banyak waktu yang lama, Indah bisa langsung akrab dengan beberapa Ibu-ibu yang membantu memasak dirumah Ceu Eli ini. Tapi ya, ada yang memang sudah Indah kenali seperti Eli dan Cindy.
Sedikit tidak menyangka bahwa ia masih menemukan orang baik di sekitar nya, padahal awal-awal pindah kesini, Indah sangat takut untuk bertemu orang. Selain ia tak pandai mencari topik pembicaraan, ia juga kadang malu untuk mengucap lebih dulu pada orang lain. Tapi untung nya semua orang disini bisa ia imbangi, bahkan ia sudah terlihat akrab dan nyambung dalam obrolan apapun.
Indah menaruh senampan kue putu ayu yang baru saja di angkat dari kukusan, ia kaparkan di lantai untuk di susun dalam kertas kue yang di bentuk menjadi box. Kemudian ia kembali lagi ke dapur untuk menunggu putu ayu yang selanjutnya dari kukusan.
"Bu Indah punya anak gadis, ya?" Tanya seorang wanita yang sedang mencuci alat bekas adonan. Rambut nya coklat bergelombang, badan nya bagus, senyum nya yang unik membuat Indah sedari tadi tak henti memperhatikan wajah nya. Kalau di lihat dari wajah nya, usia nya tidak terlalu jauh dari Indah, mungkin sekitar 35 tahunan.
"Punya tiga, Bu Chika." Jawab Indah dengan senyum ramah yang tak henti mengembang itu.
"Panggil Chika aja, Bu."
Indah tertawa."Panggil saya 'Kak' aja kalau gitu."
Chika mengangguk-angguk kan kepala nya, sambil cengengesan."Saya juga punya anak gadis, tapi cuma satu." Dia mengangkat baskom yang berisi piring dan alat-alat yang sudah di cuci bersih."Baru masuk Smp lagi."
"Ohh, yang poni nya rata tadi, ya?" Tanya Indah sembari menyambut putu ayu yang di angkat lagi dari kukusan, ia tersenyum membayangkan wajah anak perempuan beberapa menit yang lalu memanggil Ibu nya untuk meminta kunci rumah. Senyum nya pun tak kalah unik, sepertinya Gen Chika lebih banyak menyumbang pada perempuan kecil itu daripada ayah nya, meski Indah belum tahu bagaimana wajah suami Chika.
Chika mengangguk betul."Mirip enggak sama aku?" Tanya nya, ia tertawa karena Indah ini mungkin menjadi orang ke seratus yang ia lontarkan pertanyaan itu. Chika ingin tahu, apakah jawaban Indah sama seperti sembilan puluh sembilan orang sebelum nya atau malah Indah orang pertama yang menduduki jawaban lain.
"Mirip lah, seribu orang kali udah lo kasih pertanyaan itu. Tau loh Chik, itu si Freya anak lo. Enggak usah takut enggak mirip gitu deh." Cindy nyeletuk karena sudah muak dengan pertanyaan Chika yang sudah berulang kali di tanyakan pada orang sekitar nya.
Chika tertawa mendengar nya.
"Iya mirip banget loh, Chik." Jawab Indah menyusul, membuat Chika semakin melebarkan tawa nya.
"Eh, iya, Kak Indah mau beli baju enggak?"
"Baju?" Indah mengerutkan alis nya bingung.
Chika mengangguk sungguh-sungguh."Iya baju, aku jual baju." Dia mengambil ponsel nya kemudian membuka galeri untuk menunjukan model baju yang ia jual."Nih banyak model nya, untuk anak gadis nya juga ada, nih... Premium ini bahan nya, enggak abal-abal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Usaha-kan Keluarga Harmonis Itu
Fanfiction"Neng, Janda?" "Kurang ajar, maksud nya apa?!"