4. Berubah

47 25 1
                                    

happy reading


Part sebelumnya

|| "emm, gue ganggu ya?"
"ga, masuk kalo mau ngomong"
"hah?"
Elkan kembali masuk ke kamar membiarkan pintunya terbuka. ||

Shanaya memberanikan diri untuk masuk ke ruangan yang selama ia hidup di rumah ini ia tidak pernah memasukinya.

Ketika Shanaya memasuki kamar milik Elkan, ia langsung disambut oleh nuansa gelap, padahal ini sudah sore, entah mengapa ia tidak mau menghidupkan lampu.

Ia melihat Elkan duduk dipinggir kasur dan sedang melihat kearahnya, "kak, lo yang ngerjain soal dibuku gue?" tanya Shanaya dengan sedikit takut.

"Iya" jawab Elkan cepat.

Shanaya terkejut, ternyata benar Elkan yang mengerjakannya "kapan lo ngerjainnya?"

"Semalam"

Shanaya mengerutkan keningnya "semalam? itu berarti lo masuk ke kamar gue?"

"Iya, terus?"

Jawaban itu membuat Shanaya ingin marah, ia tidak peduli lagi, setidaknya sekali seumur hidup Shanaya ingin memarahinya "lo gila? itu kamar gue!"

Elkan yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut Shanaya, langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Shanaya "iya, gue tau" jawabnya dengan nada dingin.

Shanaya hanya terdiam, namun ia tetap berani menatap lekat kedua mata Elkan, "bukannya sekarang lo juga masuk ke kamar gue" lagi-lagi ucapan Elkan membuat amarahnya memuncak.

Namun Shanaya hanya bisa memendamnya dan keluar dari kamar Elkan dengan membanting pintu kamarnya.

"Sepertinya, kedatangan Kairo buat dia udah berani sama gue" gumam Elkan setelah melihat Shanaya pergi.

----

Shanaya memasuki kamarnya dengan wajah murung, ia duduk di meja belajarnya dan mengecek laci, ia mengambil sebuah album kecil yang didalamnya terdapat beberapa foto dirinya, Elkan, dan Kairo. Syukurlah benda itu masih ada, dan sepertinya Elkan tidak menyentuh apapun di bagian dalam laci.

Karna tidak tau ingin melakukan apa, Shanaya memutuskan untuk mandi dan berencana mengajak Ralya untuk menemaninya membeli barang di supermarket terdekat.

namun yaa...

Baiklah, Shanaya akan diam dikamar, merenungi kehidupan, ia menghela nafas panjang "kalo dipikir-pikir, enak juga ya kalo punya pacar, bisa diajak jalan pas lagi gabut gini" gumamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baiklah, Shanaya akan diam dikamar, merenungi kehidupan, ia menghela nafas panjang "kalo dipikir-pikir, enak juga ya kalo punya pacar, bisa diajak jalan pas lagi gabut gini" gumamnya.

Tak lama seorang pelayan di rumah ini mengetuk pintu kamar Shanaya "nona, tuan muda Elkairo mencari anda" mendengar perkataan dari pelayan itu, Shanaya bergegas turun kebawah dan menemui Kairo.

Shanaya melihat Kairo yang tengah duduk diruang tamu, matanya menangkap Shanaya yang berdiri tidak jauh darinya, Kairo tampak tersenyum manis dan menghampiri Shanaya.

"Ada apa kak?" tanya Shanaya.

Perlahan Kairo menggandeng tangan Shanaya "temenin aku yuk" ajaknya, tanpa persetujuan Shanaya Kairo menggandeng tangannya dan membawa Shanaya keluar rumah.

Tanpa mereka sadari, aksi itu dilihat oleh Elkan yang mengamati mereka sejak tadi dari lantai dua.

----

Kini Kairo dan Shanaya sedang didalam mobil, entah mau kemana Kairo membawa Shanaya, tetapi sejak tadi Kairo menceritakan kehidupannya saat diluar kota, mereka terlihat mengobrol dengan asyik sampai tidak sadar bahwa hari sudah gelap.

Ternyata Kairo hanya mengajaknya untuk berkeliling kota dan menceritakan hidupnya semasa SMP dan saat ia masih di sekolah lamanya.

"Shan, mau mampir ga?" tawar Kairo

"Mampir kemana?"

"Cafe bundaku"

Mereka mampir ke Cafe cabang milik ibunda Kairo dan memutuskan untuk makan malam di sana.

Shanaya sejak tadi hanya fokus makan, saat ia melihat ke arah Kairo ternyata piringnya sudah kosong dan terlihat Kairo sedang fokus memainkan ponselnya.

"ini gue yang makannya lama, apa dia yang kecepetan sih" batin Shanaya.

Kairo yang sadar sedang diperhatikan oleh Shanaya beralih untuk menatapnya "ada apa shan?"

Shanaya hanya tersenyum menggelengkan kepalanya dan lanjut menghabiskan makanannya.

Karena malam semakin larut, mereka berdua memutuskan untuk langsung pulang.

----

Kairo menurunkan Shanaya didepan gerbang, "aku pulang dulu" pamitnya.

Saat Shanaya hendak membuka pintu mobil, tak sengaja matanya melihat tangan kiri Kairo yang terlihat seperti ada bekas luka.

Shanaya mengambil tangan itu dan melihatnya, ternyata benar itu adalah bekas luka "kak, ini bekas luka waktu dulu?" tanya Shanaya yang dijawab anggukan oleh Kairo.

Shanaya ingat dulu kakaknya pernah marah besar padanya dan hampir melempar gelas kearahnya, namun aksi itu berhasil dihentikan oleh Kairo dan gelas itu jatuh kelantai, namun serpihan beling itu malah mengenai tangan Kairo dan meninggalkan luka yang berbekas hingga sekarang.

"Makasih ya kak" ucapnya tersenyum.

Kairo mengusap lembut puncak kepala Shanaya "sama-sama adik manis, sekarang pulang udah malem"

Shanaya baru saja sampai rumah dan sedang menaiki tangga menuju lantai atas, namun di anak tangga paling atas terlihat Elkan sedang bersandar pada pinggiran tangga, Shanaya pura-pura tidak melihatnya dan hendak menuju ke kamar. Namun Elkan menghentikan Shanaya dan menarik lengannya menuju kamar milik Elkan.

Didalam kamar Elkan langsung menutup pintu dan menatap lekat kedua mata Shanaya "ada apa lagi sih kak?" tanya Shanaya dengan nada kesal.

"Kemana aja lo sama Kairo"

"Bukan urusan lo"

Shanaya hendak pergi namun lagi-lagi Elkan berhasil menghentikannya "lo adek gue" ujarnya.

Shanaya tertawa menyeringai "baru sekarang lo ngaku kalo gue adek lo, selama 17 tahun kemana aja?!" bentak Shanaya.

Elkan semakin erat memegang lengan Shanaya "gue ga peduli, mulai sekarang kalo lo mau keluar harus atas izin gue" ucapnya yang membuat Shanaya menatapnya sinis dan menepis lengan Elkan.

"Lo ga berhak ngatur hidup gue" ujarnya lalu meninggalkan Elkan.

Elkan menatap punggung Shanaya yang kini sudah menghilang dari pandangannya "dia...udah berubah" ucapnya dalam hati.

WARNING
tinggalkan vote dan komen ✨✨

thank you

E L N A Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang