Riku hampir terlelap dirumah Sion karena ia hanya menonton kedua temannya itu berdiskusi tanpa ingin ikut campur laki-laki itu memilih menonton dan mendengarkan yang tidak berguna. Dirinya tidak keberatan menemani Reina, tetapi dirinya keberatan saat diasingkan oleh cewek itu. Melihat Wajah Reina berseri saat berbincang dengan Sion membuat Riku melongos malas.
"Dari tadi gak ada ujung-ujungnya, bentar lagi jam 10 lho Rei." Celetuk Riku sambil nunjukkin layar HP nya. Disana tertera pukul 21.48, Reina pun menarik nafasnya.
"Gimana?" Tanya Reina memastikan.
"Gue ngikut lo aja Rei, lo nemenin gue aja syukur apa lagi bantu ngerancang kegiatan disana." Ucap Sion dengan suara lembutnya Reina dibuat terbuai sesaat.
"oke ntar gue kasih info sama Wonbin kali ya? biar dia juga tau gimana." Hal itu diangguki oleh Sion, Riku dan Reina pun memutuskan untuk pulang.
"tadi kesini berdua Rei?" Tanya Sion sambil berjalan kearah pelataran rumah. Reina mengangguk namun dipotong oleh Riku, "yaiyalah berdua lo gak liat apa?!"
Sion terkekeh, "ya kali misah gitu, satu motor satu motor"
"gak, dia yang jemput gue, jadi gue yang numpang dia." Tunjuk Riku kearah Reina, cewek itu hanya menyengir lebar. Sion turut termangu, "lo bisa aja Rei kesini sendirian,"
"dia gak mau takut disang—AKH SAKIT BANGSAT" Riku mengaduh pasalnya Reina menginjakkan kakinya ke kaki Riku membuat sang empu kesakitan pasalnya Reina menggunakan sendal yang memiliki heels 2 cm. Seandainya Riku ingin mengatakan alasan itu yang ada membuat gadis itu tambah malu.
Tanpa menunggu lama, Reina segera menyeret Riku. Sion melihat interaksi kedua temannya hanya bisa berekasi dengan tertawa lucu, kapan Sion gak ketawa?
Riku berdecak malas ia bersedekap dada dan duduk dipaling belakang jok motor, sekali aja Reina sentil kepala Riku mungkin yang akan terjadi adalah terjatuh kebelakang. Gadis itu mendengus kesal, "lo dong yang bawa motor! malam tau, nabrak polisi tidur kan gak lucu."
"apa sih?! lo aja lah. Tadi kan udah gue yang bawa motor, yakali udah nemenin, gak digajih, minta buat boncengin gak pake minta tolong lagi. Gantian doang Rei" sungut Riku yang berceloteh ringan. Reina tetap membujuk Riku, akhirnya laki-laki itu mengiyakan daripada kenapa-kenapa iyakan? dirinya juga yang puyeng.
"mampir dulu ntar." Seraya menarik gas mereka pulang dengan tenang. Membelah jalanan bandung suhu sejuk membuat hasrat ingin dipeluk menjadi-jadi. Namun gadis itu memilih mendekap dirinya, rupanya sweater rajutnya tak mampu menutup suhu dingin yang menembus kulitnya.
Ngomong-ngomong, Reina baru nyadar wajah Riku ditekuk mula tadi. Ia menyelidik raut wajah Riku dari kaca spion.
"wajah lo kusut kenapa?"
"hah?"
"WAJAH LO KUSUT KENAPA?!" Ucapnya lebih nyaring, membuat Riku mendelik tajam, "apa peduli lo?!" sahut Riku.
Reina memanyunkan bibirnya, "kan mastiin doang"
"cuman lapar kok Rei."
Reina menganggukkan kepalanya dan kembali diam sehingga mereka sampai disuatu warung cukup ramai, hanya warung pinggir jalan. Riku memesan ayam lalapan begitu juga Reina. Laki-laki itu melepaskan jaketnya dan melemparkan ke arah Reina, membuat gadis itu memekik kaget.
"pasang, gak semua cowok peka kalo lo gak ngomong."
Reina menerima jaket tebal itu dan memasangkannya, "makasih, tapi ini lo peka"
Riku terkekeh, "iya lah karena gue Riku."
Reina memutar bola matanya dengan malas, melihat Riku hanya kaosan hitam dan celana jeans membuat dirinya meringis pelan, "lo gak kedinginan emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Boyfriend - Riku NCT WISH
Novela Juvenil"ganteng gak gue?" Celetuk Riku kepada Reina, Sang gadis hanya menatap lekat dan berucap dengan santainya, "ganteng kok." Riku mengembangkan senyumannya, "udah pasti lah dari lahir juga" "Iya dari lahir, Rik." "Udah naksir belum?" Reina menaikkan sa...