Sesampainya Riku basemant, ia mengirimkan satu pesan chat ke Reina untuk mengajak bertemu di resto hotel itu. Tanpa menunggu lama ia meraih dompetnya dan mencabut kunci mobil dengan cepat, langkah kakinya terlihat santai namun ada beberapa pikiran dikepala pemuda itu.
Riku melirik kesana kemari dengan tatapan tajamnya bagaimana siluet tubuhnya berdiri tegap yang membuat beberapa orang merasa terintimidasi secara tidak langsung.
oh astaga dia hanya lah seorang anak yang menyebalkan, namun entah mengapa penampilan anak itu malam ini sedikit aneh namun terlihat menawan?
"woi!"
Riku sedikit tersentak saat ada seseorang yang menepuk punggungnya dari belakang secara tiba-tiba.
"buset mau kepengajian lo?"
Laki-laki itu hanya menghela nafas benar juga apa yang dikatakan gadis itu, seharusnya ia mengganti pakaiannya terlebih dahulu, "tadi ada tetangga pengajian 7 bulanan gitu, sakuya ngebet banget mau makan disana jadi mau gak mau nemenin dulu, maaf gak sempat ganti langsung kesini soalnya takut keburu malam,"
Reina pun mengangguk, gadis itu malam ini mengenakan celana panjang hitam dan hoodie creamnya, Riku bisa melihat mata sembab yang tak bisa gadis itu tutupi. Kemudian pemuda itu terkekeh ringan yang mencuri perhatian Reina.
"kita gak apa-apa kan habis magrib pulang nya?" Ucapnya seraya menggiring Reina untuk duduk di resto dan memesan makanan.
"iya gak pa-pa, atau mau besok aja Rik?"
"besok kelas btw," Reinapun memanyunkan bibirnya ia melupakan hal itu, "maaf banget ngerepotin lo," ucapnya yang merasa bersalah.
laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyuman, "kenapa galau ya neng? wkwkwkwk"
"gak terlalu karena gak keburu jauh juga.."
"terus kenapa lo nangis?"
Reina melototkan matanya, "nangis? gak tuh gue gak nangis."
"gak usah ngelak kali Rei, ketahuan banget sejak gue liat lo,"
Reina sedikit mengerang gelisah, "gak nangiss seriusann.."
"yaudah buru cerita kenapa jadi bisa terjadi,"
"gak penting juga sih Rik, di tiba-tiba aja pengen cerita kalau dia ada deketan gitu..." Hati Reina kembali mencelos entah mengapa setiap mengingat itu ia merasa berada disuatu kekosongan, gadis itu menatap mata riku.
"kayaknya emang gue ditakdirin buat gak suka sama seseorang deh Rik. Dulu gitu juga sama Kak Mark, malah NT keras gue."
"sekarang Sion~," Gadis itu mulai menangis, Riku hanya menatapnya dengan sedikit iba, bahkan is menepuk bahu Reina dan sedikit mengusap pelan.
"gue gak tau, sebenarnya gue gak suka suka amat, tapi pas denger dia ada deketan mungkin aja sudah pacaran rasanya sakit banget Rik."
Tangan Riku mengusap air mata itu, ia hanya diam membiarkan Reina menangis dan bercerita dengan puas. Reinapun tidak menyadari apa yang dilakukan Riku saking emosionalnya, bahkan gadis itu menatap mata Riku dengan penuh nelangsa.
"Gue suka sama Sion, Rik" Ucapnya tersedu-sedu membuat laki-laki dihadapannya dilanda kebingungan.
"Gue tau Rei, tapi Sion bukan untuk lo, dis milik orang lain,"
Reina kembali menangis mau tidak mau pemuda itu menarik Reina kedekapannya untuk membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Disisi lain Riku sedikit kesal, padahal Riku mengatakan Reina bakal suka sama lo sion itu bukan candaan belaka.
"apa perlu gue hajar Sion Rei?"
•••
Mereka berdua akhirnya makan dengan tenang, Reina yang mulanya menolak untuk memesan makanan namun dipaksa oleh laki-laki itu dengan ancaman mereka tidak akan makan malam di tengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Boyfriend - Riku NCT WISH
Ficção Adolescente"ganteng gak gue?" Celetuk Riku kepada Reina, Sang gadis hanya menatap lekat dan berucap dengan santainya, "ganteng kok." Riku mengembangkan senyumannya, "udah pasti lah dari lahir juga" "Iya dari lahir, Rik." "Udah naksir belum?" Reina menaikkan sa...