Seketika ruangan sekre hening saat mendengar kabar bahwa mobil sion mengalami kecelakaan. Semuanya yang awalnya ribut bukan main sekarang mereka mendadak kelu.
Terutama laki-laki yang tengah mengangkat telfon itu.
"lo jangan ngajak gue bercanda," Ancam Riku, ia mendapatkan telfon dari Sion. Laki-laki disebrang sana merintih kesakitan dan mengatakan bahwa Reina sedang dibawa kerumah sakit.
"tolong Rik, kaki gue kejepit. Reina kesakitan tolongin dia"
Pemuda itu lantas melangkahkan kakinya terburu-buru bahkan saat menuruni anak tangga ia diikuti oleh anak-anak yang lainnya dibelakang.
Riku menekan gas mobil begitu kencang entah mengapa ia mulanya ingin mengomel kepada gadis itu karena melupakan untuk menemani Riku membeli printer sekarang berita buruknya Reina dilarikan kerumah sakit.
Banyak rapalan doa dimulut Riku, seandainya ia bisa melesatkan mobil itu dengan cepat pemuda itu ingin menemui gadis itu sekarang.
Dengan kondisi tidak tepat ia dijebakkan dalam sebuah kemacetan, lantas laki-laki itu membuka pintu mobil dan berlari sekencang mungkin.
Jaraknya lumayan sekitar 3 Km dari jebakan macet, akhirnya ia bisa melihat siluet rumah sakit yang ditujunya sedari tadi. Nafas pemuda itu terengah-engah sebari menumpu tangannya ke kedua lututnya.
Meneguk ludah berkali-kali sambil menormalkan sirkulasi pernafasannya entah mengapa ia merasa sesak.
"reii.."
Pemuda itu melangkahkan kaki dengan gontai menuju resepsionis dengan wajah penuh khawatir. Niatnya untuk bertanya kembali urung saat ia menemui Sion yang berjalan tertatih diiringi seorang suster.
Riku yang mulanya marah kepada lelaki itu kembali melenyapkan keinginannya untuk menghajar. Ia menghadapi sion, bagaimana keadaan pemuda itu tak kalah tragis.
"R-rik? sudah sampai?"
"lo gak pa-pa?" Pertanyaan itu seakan menuntut, bagaimana siluet mata tajam seorang Riku menelisik keseluruh tubuh temannya. Yang didapatkan Riku hanyalah geleng kepala dari Sion.
Laki-laki itu berdecak kesal, "kenapa lo jalan-jalan begini? lo gak dirawat?!"
"g-gue mau nyamperin Reina, gue gak apa-apa,"
Riku mengusap rambutnya, "Bagaimana bisa sih lo kejadian begini? lo kudu hati-hati bawa cewe,"
"g-gue juga gak tau awalnya gue bercanda doang, tetiba aja ada nyebrang jadi gue mau gak mau banting setir,"
Pikiran laki-laki itu seketika membuncah kuat, ia tidak bisa membayangkan bagaimana kejadian itu berlangsung. Apakah Reina terluka parah?
"gue mau ketemu Reina,"
••••
Sekarang disini lah mereka, ICU.
Riku tak pernah memikirkan ia menginjakkan kakinya disini hanya untuk melihat temannya terbaring disana.
Namun dokter mengatakan gadis itu tidak akan terkena masalah besar, hanya saja Reina mengalami benturan kuat di dadanya bahkan ada beberapa pecahan kaca yang menyebar di sekitar tubuh Reina yang harus ditindaki darurat.
Pemuda itu memejamkan matanya seraya memakaikan pakaian paling seteril yang diberikan perawat disana. Sejurus kemudian ia mendorong pintu itu seketika telinganya penuh dengan pekakkan bunyi dari mesin-mesin.
awalnya ia menyentuh punggung tangan Reina dengan penuh hati-hati. Tangan yang berwarna putih kekuningan langsat ia genggam dan ia bawa kepipi laki-laki itu, pemuda bersurai panjang dan legam merasakan dinginnya ketika kulitnya bersentuhan.
Kemudian tangan yang satunya mengusap pipi Reina dengan hati-hati, "jangan sakit rei.."
Hatinya sangat berkecamuk antara rindu, kesal, kasian dan khawatir kepada gadis itu bahkan sampai meneteskan airmatanya. Sion yang ingin masuk pun berakhir urung melangkahkan kakinya.
Bahu Riku nampak naik turun sembari mengelus pelan wajah Reina.
"lo belum nemenin gue beli printer rei,"
CTAK
"lo sedih Reinanya kecelakaan atau sedih gak ditemenin reina sih?!" Wonbin menukikkan alisnya bagaimana disana tercetak jelas saat wajah pria itu ditutupi oleh masker. Riku menghela nafas samar lantas beringsut pelan.
"au ah sedih gue,"
"gak jelas," Ketus Wonbin, Riku segera meninggalkan ruangan ICU itu karena ia ingin bercerita banyak hal pada Reina kini digagalkan wonbin. Ia disana akan memerlukan banyak waktu bahkan mungkin lebih dari satujam. Kemudian ia tak punya pilihan lain selain mengabarkan ke Sakuya bahwa ia pulang telat malam ini.
Laki-laki itu berniat menunggu Reina hingga gadis itu sadar, entah jiwa apa yang merasukinya laki-laki itu betulan menunggu hingga pukul 2 malam sampai dokter memberitahu kabar baik dari Reina.
Riku segera membangkitkan diri dan ingin masuk terlebih dahulu, "nanti masnya jangan lama-lama ya? biar mbaknya bisa istirahat dulu," Salah satu perawat memberitahu Riku dengan lemah kembut, Laki-laki itu mungkin akan menggoda perawat jikalau keadaannya tidak begini. Ia segera menepis pikirannya dan segera beringsut kedalam.
Ia melihat Reina sedang menggerak-gerakkan telapak tangannya.
"rei?" Ekor mata gadis itu bergeser dan mendapatkan temannya Riku. Reina mengangkat senyumnya dan mengulurkan tangannya.
"gimana? ada yang sakit?"
"gak.. cuman dada gue sakit habis kehimpit dashboard." Ucapnya yang terdengar lirih, Riku menghela nafasnya dan mengusap punggung tangan Reina dengan pelan.
"gak pulang rik? lo sendirian?"
"iya gue sendiri tadi temen-temen kesini tapi udah pulang mereka,"
"lo? gak pulang?"
laki-laki itu menghembuskan nafasnya, "gue bakal pulang kalau lo udah mendingan,"
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy My Boyfriend - Riku NCT WISH
Ficção Adolescente"ganteng gak gue?" Celetuk Riku kepada Reina, Sang gadis hanya menatap lekat dan berucap dengan santainya, "ganteng kok." Riku mengembangkan senyumannya, "udah pasti lah dari lahir juga" "Iya dari lahir, Rik." "Udah naksir belum?" Reina menaikkan sa...