11. Hari yang sepi

108 8 0
                                    

Setelah operasi yang dijalani Hanbin selesai, kini Hanbin dipindahkan ke ruang rawat inap. Hao pun selalu setia menemani Hanbin yang masih belum sadar dari tidur panjangnya, seperti yang dilakukannya saat ini.

Hao sedang berada di dalam ruangan Hanbin dirawat. Ia duduk di kursi samping tempat tidur Hanbin dengan tatapannya yang tidak bisa lepas dari wajah tampan Hanbin yang terlihat tenang saat sedang tertidur. Ini sudah lebih dari dua minggu setelah operasi yang dijalani Hanbin selesai, dan pria tampan itu belum sadar juga dari tidur panjangnya. Meski begitu, Hao tetap setia di samping Hanbin mengingat kekasihnya itu tidak memiliki keluarga lagi.

Hao :"Hanbin-ah. Apa kau sedang bermimpi indah sampai kau belum bangun juga dari tidurmu? Kau sedang memimpikan apa memangnya? Apakah kau bermimpi tentang diriku?"

Kemudian, ia melihat pintu terbuka dan Jiwoong masuk ke dalam ruangan bersama Matthew. Mereka menghampiri Hao, lalu Matthew meletakkan keranjang buah di atas nakas samping tempat tidur Hanbin.

Jiwoong :"Kau harus pulang, Hao-ya. Sejak pulang sekolah tadi sampai sore ini, kau belum berganti pakaian. Kau juga belum makan dari tadi"

Hao :"Aku tidak bisa meninggalkan Hao sendirian. Aku takut saat dia bangun nanti, aku tidak ada di sampingnya. Aku ingin menjadi orang pertama yang ia lihat saat ia terbangun dari tidur panjangnya"

Matthew :"Tapi, kesehatanmu juga penting. Jika kau sakit, Hanbin hyung juga akan sedih"

Jiwoong :"Kau jangan khawatir. Aku dan teman-teman kita akan bergiliran menjaga Hanbin disini. Untuk sekarang, kau harus pulang, mandi, ganti pakaian, makan dan istirahat"

Akhirnya Hao hanya bisa mengalah. Sebelum pergi, Hao mengusap lembut kepala sang kekasih.

Hao :"Aku pulang dulu ya, sayang. Nanti aku akan kembali datang kesini"

Hao mendekati wajah Hanbin dan mengecup kening kekasihnya. Setelahnya, ia berpamitan kepada Jiwoong dan Matthew untuk pulang sebentar ke rumah.

***Beberapa jam kemudian***

Hao sedang makan malam sendiri di ruang makan di rumahnya. Meski sedang makan, terlihat ekspresinya yang murung dan tidak nafsu makan. Ia sangat ingin kembali ke rumah sakit untuk menemani Hanbin. Tapi sekarang sudah larut malam, dan waktu jenguk pun pasti sudah ditutup oleh pihak rumah sakit.

Hao :"Biasanya saat kau menginap di rumahku, kita selalu makan malam berdua. Kita selalu banyak bercerita saat sedang makan berdua"

***Flashback***

Hao dan Hanbin sedang menikmati makan malam berdua di rumah Hao. Hari ini, Hanbin menginap di rumah Hao atas permintaan kekasihnya itu. Hanbin pun mengiyakan ajakan Hao.

Hao :"Bagaimana? Kau suka dengan masakan buatanku?"

Hanbin :"Iya, hyung. Rasanya lezat sekali. Bahkan masakan buatanmu lebih lezat dibandingkan masakan buatanku sendiri"

Hao :"Jangan berkata seperti itu. Aku juga suka masakan buatanmu. Dan kau terlihat berkarisma saat sedang serius dalam melakukan sesuatu, termasuk saat kau memasak atau membuat kopi"

Hanbin :"Kau bisa saja memujiku, hyung"

Hao hanya tersenyum sambil terus memperhatikan Hanbin. Hanbin yang sadar jika Hao terus menatapnya ikut menatap kakak kelasnya itu.

Hanbin :"Hao hyung... Kenapa kau terus menatapku seperti itu?"

Hao :"Kau sangat mempesona... Aku tidak bisa berhenti untuk menatap wajahmu"

Hao mendekati wajah Hanbin dan langsung mencium bibir kekasihnya. Hanbin yang tadinya terkejut perlahan menutup matanya dan membalas ciuman Hao. Hao kemudian menekan tengkuk Hanbin agar ciuman mereka semakin dalam, sementara Hanbin meremas pundak Hao.

***Flashback End***

Hao menghela nafas karena mengingat salah satu momen romantisnya bersama Hanbin. Kemudian, ia menundukkan kepalanya dan mulai menitikkan air matanya. Ia benar-benar takut jika Hanbin akan pergi meninggalkannya. Hao masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Hanbin bahkan sampai tua nanti.

Hao :"Kau harus bertahan, Hanbin-ah. Aku tidak ingin kau pergi dariku selamanya"

***Keesokan harinya***

Hao sedang bermain biola di ruang musik sekolah. Ia terlihat memainkan sebuah lagu dengan tema yang sedih, seolah lagu tersebut mewakili isi hatinya yang saat ini sedang bersedih karena kekasihnya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

Hao kemudian menghentikan permainan biolanya dan kembali termenung. Memang sejak Hanbin selesai menjalani operasi, Hao sering sekali termenung atau melamun tiba-tiba. Itu karena rasa rindu dan takut menguasai hatinya saat ini. Di satu sisi, Hao sangat merindukan kebersamaannya dengan Hanbin, tapi di sisi lain, ia juga takut jika Hanbin tidak akan pernah bisa bangun lagi dari tidur panjangnya. Bahkan beberapa kali, Hao sempat bermimpi buruk jika Hanbin pergi ke surga dan meninggalkannya sendirian.

Hao :"Aku tidak bisa menghilangkan rasa takutku ini. Tak terbayangkan dalam hidupku jika Hanbin pergi dariku selamanya. Mungkin hidupku akan terasa sangat kosong"


To be continued...

Maaf jika chapter ini sedikit banget dibandingkan chapter sebelum-sebelumnya. Aku lagi bikin ide tentang ending book ini.

Karena ZB1 udah dua kali dapat trofi kemenangan di acara musik, kini waktunya kita vote ZB1 di m countdown supaya mereka bisa dapat trofi kemenangan pertama di acara musik Mnet itu. Ayo vote sebanyak-banyaknya dan streaming lagu dan MV mereka yang banyak juga.

Jangan lupa untuk VOTE dan COMMENT kalian.

See you the next chapter.

Always Be With You | HaoBin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang