34 - Renggang

1.7K 103 4
                                        

Happy reading!

Janlup vote🌟

Komentar ugha💬

❥❥❥

Wilona duduk diam di kasur, melotot tajam ke arah Al yang baru saja datang sambil membawa nampan berisi makanan. Jam menunjukkan pukul 8. Sekarang sudah waktunya makan malam. Biasanya, di saat-saat seperti ini Al dan Wilona akan makan malam bersama orang tua cowok itu. Ya, biasanya. Tetapi khusus untuk hari ini, Wilona tak diizinkan keluar dari kamar selangkah pun.

"Makan," ucap Al seraya menyodorkan nampan itu ke Wilona, mengambil tempat duduk di samping gadis itu.

Wilona menerima nampan yang diberikan Al tanpa berucap, kemudian mulai makan dalam diam. Al hanya menatapnya tanpa mengatakan apa pun. Keheningan yang mencekam menyelimuti sepasang kekasih itu.

Cukup lama terdiam, Al memutuskan berbicara, "Sini hape kamu."

"Ambil di tas," balas Wilona, tak berniat memberikan handphone-nya dengan tangannya sendiri.

Al menghela napas, lantas membuka tas selempang gadis itu, mengambil benda pipih yang ada di dalam sana dan segera membukanya dengan sidik jarinya. Jemarinya bergerak lincah. Wilona mendelik begitu melihat kelakuan pacarnya. Sudah jelas apa yang sedang ia lakukan. Al pasti memasang kembali aplikasi pelacak sialan itu di handphone-nya.

Wilona mendengkus. "Ngapain, sih?"

"Biar kamu ngga hilang lagi," jawab Al dingin.

Gadis itu berdecak kala mendengarnya. "Kamu kenapa, sih, kok jadi posesif banget?"

"Kenapa? Ngga suka?" Al melirik sebentar.

"Kamu makin parah," komentar Wilona.

Al terkekeh. "Aku makin parah? Kamu salah, Wifei. Sejak awal aku memang kayak gini." Ia beralih mengelus pipi gadisnya. "Kamu aja yang dengan polosnya terima aku jadi pacar kamu. Kamu kira ucapan aku soal ngurung kamu pas awal kita pacaran itu cuma omongan biasa? Ngga, Wifei."

Wilona mengalihkan pandangannya. "Aku pikir maksud kamu itu cuma ngurung aku buat diri kamu sendiri, berduaan aja sama aku. Ya aku ngga tau kalau ternyata kamu beneran punya niat ngurung aku di kamar kamu!"

Al terkekeh. "Tuh, 'kan, polos banget."

"Diem, deh!" Wilona menggerutu sambil lanjut makan. Ia mendongak, menatap cowok itu yang masih menjelajahi handphone-nya. "Besok aku beneran ngga boleh ke sekolah?"

"Nggak," jawab Al tegas.

"Beneran?"

"Hm."

"Ihh." Wilona memanyunkan bibirnya. "Terus kamu? Kamu sekolah?"

"Buat apa?" Al menaikkan sebelah alisnya. "Aku di sini sama kamu, ngawasin kamu supaya ngga kabur."

Wilona mencebikkan bibirnya, kesal dengan tingkah Al yang terlalu membatasinya. Sebenarnya dulu ia memikirkan apa, sih, sampai-sampai menerima cowok itu menjadi pacarnya?

"Aku bosen di sini terus." Gadis itu mulai curhat. "Mumpung besok kita sama-sama ngga sekolah, gimana kalau kita pergi jalan-jalan aja?"

Al berpikir sejenak. Itu ide yang cukup bagus. Lagi pula sudah lama ia tidak jalan-jalan berdua dengan Wifei-nya.

"Boleh. Kamu mau ke mana?"

Wilona menyeringai kecil. Ini kesempatan bagus untuk balas dendam. Gadis itu menyunggingkan senyum manis. "Aku mau shopping!"

My Possessive AlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang