empat belas

682 86 15
                                    

| bonanza by Lcourage |

Sekujur tubuhnya sakit bukan main. Kelopak matanya juga amat berat, enggan terbuka. Baekhyun merintih tatkala berusaha bergerak, namun kedua kakinya malah bergetar hebat.

Apa yang terjadi? Mengapa tubuhnya terasa aneh begini?

Terperanjat, Baekhyun merasakan sesuatu yang lembut mengusap paha dalamnya, lalu sedetik kemudian sesuatu itu memijat kakinya. Oh, itu adalah sepasang tangan. Entah milik siapa. Otot-ototnya yang tegang dan terasa sakit perlahan menjadi relaks, meski ia masih kesulitan menggerakkannya.

"Sudah bangun?"

Itu suara Chanie, batin Baekhyun.

"Tidur lagi saja. Sudah terlambat untuk pergi ke fanmeeting aktor favoritmu. Apalagi dengan kondisi seperti ini, kau tidak akan sanggup, bahkan hanya untuk berjalan ke kamar mandi."

Ah, Baekhyun ingat sekarang.

Dia menantang kedua suaminya itu dengan berkata akan menghadiri acara fanmeeting Baek Yijin menggunakan setelan jas pernikahan mereka. Lalu tahu-tahu ia terbangun dengan Yeol di kedua kakinya, di rimming sampai terkencing-kencing. Setelahnya ia disetubuhi hingga pingsan. Saat kembali tersadar, Baekhyun sedang dimasuki dua suaminya sekaligus. Dan ia pun kembali pingsan pasca menyemburkan sesuatu dari lubangnya.

"S-salah... siapa i-itu?" Baekhyun berkata susah payah. Tenggorokannya kering dan sakit. Mungkin karena ia terlalu banyak berteriak.

"Kami memang bersalah karena sengaja mengabaikanmu, tapi kau juga salah, Bakehyun. Memancing emosi kami, membuat kami cemburu, adalah keputusan yang ceroboh. Jangan pernah melakukannya lagi kalau tidak mau berakhir seperti ini."

Susah payah Baekhyun membuka kedua matanya, memerangi rasa lelah dan kantuk yang membuat kelopak matanya berat, demi bisa melemparkan amarahnya pada Chanie. Namun wajah pria itu tiba-tiba saja ada di depannya dengan jarak beberapa senti saja. Baekhyun hanya bisa menahan nafasnya saat jarak tersebut kian menipis dalam sepersekian detik.

Chanie mendaratkan bibirnya di dahi Baekhyun, mengecupnya dengan lembut.

"Maaf, kami sudah keterlaluan."

Sekelebat ingatan tentang percakapan si kembar sebelum Baekhyun tak sadarkan diri mendadak muncul. Ia mengucek kedua matanya, ingin cepat tersadar agar pikirannya kembali jernih. Apakah itu hanya mimpi atau bagian dari imajinasinya saja?

"...itu karena aku tahu, kita sama-sama tidak bisa menahan diri. Jadi terpaksa kita harus menghindarinya sampai kita tahu, apakah dia sudah positif hamil atau belum. Kalau ternyata sudah positif kan bisa bahaya untuk janinnya. Kau tahu sendiri seliar apa kita jika sudah berurusan dengan ranjang."

Tidak. Baekhyun tidak bermimpi atau sedang berimajinasi. Ia betul-betul mendengar ucapan Yeol yang begitu khawatir saat tak sengaja membeberkan alasan sebenarnya mengapa mereka menghindari Baekhyun. Jika semua itu benar, bukankah berarti Baekhyun hanya salah paham?

"Kalian... peduli? Denganku?"

"Tentu saja, Baekhyun."

"Dan kalian... cemburu?"

"Siapa yang tidak, jika mengetahui suami mereka lebih menyukai seorang aktor?"

"Tapi... tapi kalian... mengabaikanku sebulan ini... hiks... Aku pikir kalian tidak peduli... hiks... kupikir kalian hanya... ingin status pernikahan saja... dan tubuhku... hiks... tubuhku adalah bonusnya yang bisa kalian gunakan... sesuka hati."

Baekhyun tak bisa menghentikan air matanya begitu menetes, yang ada malah semakin deras mengalir, hingga ia sesegukan. Entah apakah Chanie mendengar dengan jelas ucapannya atau tidak, sebab Baekhyun mengatakannya disela isak tangisnya yang hebat.

Baekhyun tak pernah memiliki hubungan romantis. Ia lebih suka menghalu di kamarnya, membayangkan kisah asmaranya akan seindah di drama-drama yang ia tonton. Jadi ketika dilamar oleh dua pria sekaligus, pikirnya ia bisa mewujudkan kehaluan itu menjadi nyata. Karena itulah kekecewaan Baekhyun jadi berlipat-lipat saat mengetahui suaminya yang kembar itu sama-sama sibuk. Bahkan dalam sebulan ini mereka sengaja menghindarinya, mengabaikan eksistensinya, membuatnya kesepian. Kalau begini akhirnya, kan lebih baik dia kembali ke rumahnya, mendekam di kamarnya yang nyaman, bersama drama-drama favoritnya. Biarkanlah Baekhyun kembali menghalukan aktor-aktor yang dipujanya itu, yang jelas-jelas tidak bisa ia gapai. Daripada mengharapkan dua suaminya, yang jelas-jelas miliknya, tapi tak pernah benar-benar bisa ia miliki.

"Maaf... Bukan itu maksud kami sebenarnya. Kami hanya tidak ingin melukaimu."

Setelah tubuhnya direngkuh dalam peluk hangat Chanie, perlahan tangis Baekhyun pun berhenti.

"Yang kalian ucapkan itu... serius? Kamu dan Yeol cuma tidak mau membahayakanku, kalau-kalau aku sedang hamil?"

Tubuh Chanie mematung sesaat, kemudian kembali dalam posisi santai. Tangannya yang besar mengusap puncak kepala Baekhyun, kemudian ia menganggukkan kepalanya.

"Kau dengar?"

"Antara sadar dan tidak. Kupikir aku bermimpi... atau hanya berimajinasi."

"Kau tidak sedang bermimpi atau mengimajinasikannya. Kami memang khawatir, takut kau sudah hamil, meskipun belum terlihat tanda-tandanya."

"Kenapa tidak bertanya?"

"Hng?" Chanie menunduk dengan kesiap kaget, menatap Baekhyun seolah ia baru menyadari sesuatu.

"Kalian tinggal bertanya, apa aku sudah positif hamil atau belum."

Chanie mengerjapkan matanya. "Oh, benar. Tidak terpikirkan."

Hening tercipta selama keduanya saling memproses situasi di antara mereka. Chanie tampak serius, tak ada jejak kebohongan atau berpura-pura. Jadi tak ada gunanya marah pada si kembar. Meskipun Baekhyun menaruh lebih banyak harapan pada Yeol, mengingat dia adalah seorang dokter. Tapi terkadang saat menghadapi permasalahan hidup sendiri, seseorang bisa saja tampak bodoh.

"Kalau begitu..." ujar Chanie, kembali menarik atensi Baekhyun. "Apa kau tahu kalau... kau sudah hamil atau belum?"

"Belum," jawab Baekhyun. "Aku belum tahu. Sejauh ini tidak ada tanda-tandanya. Tapi kalau benar alasan kalian menghindariku adalah karena takut aku sedang hamil dan kalian kelepasan menyentuhku dengan brutal seperti tadi pagi, maka tinggal dicari tahu saja, kan?"

"Bagaimana... caranya?"

"Chanie..." Baekhyun menatap suaminya itu tak percaya. "Di dunia ini ada yang namanya tespek, yaitu alat untuk mengetes kehamilan secara mandiri melalui urine. Aku paham jika kau tidak mengetahuinya, tapi Yeol... kenapa dia jadi ikut-ikutan bodoh?"

"Hng..." Pria dengan pangkat kapten itu kebingungan menimpali ucapan suami kecilnya.

"Ck, tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah begitu. Yang penting sekarang aku sudah tahu, ternyata kalian tidak sedang mengabaikanku. Kalian juga ternyata... peduli denganku."

Tak kuasa menahan rasa bersalah, Chanie kembali merengkuh tubuh Baekhyun, mendekapnya dalam pelukan hangat. Namun belitan lengannya terlalu erat hingga Baekhyun mengaduh kesakitan.

"Maaf..." Chanie mengecup puncak kepala Baekhyun.

"S-sakit sekali... hiks... Rasanya seperti habis ditabrak truk."

"Maafkan kami." Kali ini bibir Chanie mendarat di hidung Baekhyun. "Aku pijat lagi, ya?"

"Eung, tolong," ucap Baekhyun memelas. "Tapi... ke mana Yeol? Kenapa dia tidak ada?"

"Yeol ke rumah sakit. Ada operasi darurat. Nanti malam baru selesai."

"Suruh orang bodoh itu beli tespek. Satu saja, tidak usah banyak-banyak."

"Iya," ucap Chanie patuh.

Pria itu memang memiliki aura menakutkan, tapi saat tengah clueless begini, dia lucu juga. Dan yang lebih penting, mau sekeras apapun permainannya di ranjang, Baekhyun tetap bisa merasakan kelembutannya.

Sungguh, kembar identik yang sangat bertolak belakang.

| bonanza by Lcourage |

A/N:

Ada yang kangen katanya sama mereka. Coba dong mana suaranya?

Lcourage, 240524.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

bonanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang