Part 02

626 62 7
                                    

" Lain kali Mama konfirmasi dulu kalau mau kekantor. Bisa jadi aku dipanggil mendadak kayak tadi. Mama disini juga pasti buang buang waktu Mama "

Bertepatan dengan Ares yang memanggilnya tadi, ternyata ibunya ini mampir kekantornya. Untungnya saat ini Rena sudah memiliki ruangan sendiri, walau tidak sebesar ruangan ibunya dikantor mereka

" Kamu kalo ga mendadak, banyak alasan menghindarnya " balas Shinta

Renata lebih memilih diam dan tidak membalas apa yang diucapkan oleh Ibundanya.

" Mama kesini mau apa ? Aku masih harus approve permintaan sebelum di submit payment ke finance " kata Renata sambil membuka laptop dan duduk dimejanya

" Mama cuma mau nengok kamu, kamu disuruh pulang sama Mama malah ngeyel dari kemarin ini " kata Shinta

" Mama kan tau aku kuliah, kerja dan lokasi rumah ke kantor jauh. " kata Rena

" Mama tau bukan cuman itu alasannya,  kamu
masih marah sama ucapan Papa beberapa tahun lalu kan ? Come on, itu kan sudah lewat lama dan memang ada benarnya juga saudara harus saling membantu " kata Shinta

" Papa ga bilang perihal saudara harus saling bantu ma, Papa bilang aku yang HARUS bantu kakak, karena itu fungsinya aku lahir " akhirnya pandangan mata ibu dan anak ini bertemu setelah Rena memutuskan menatap mata sang Bunda.

" Listen, bagaimanapun cara Papa menyampaikan harusnya kamu tau maksudnya Papa. Kamu juga tau Papamu suka asal berucap dengan gaya bahasanya dia saja " kata Shinta

" Iya ma.. Karena Rena tau makanya Rena gamau banyak berurusan sama Papa " balas Renata

Shinta memutar bola matanya, anaknya ini benar benar jelmaan suaminya dengan keras kepalanya yang serupa.

" Yasudah, apapun itu intinya kamu harus pulang kali ini Rena. Kakakmu sakit loh itu " kata Shinta

" Sudah aku duga. Sakit apalagi kali ini ? " kata Renata yang sudah bisa menebak dari gerak gerik mereka yang kemarin bahkan membicarakan posisi dalam perusahaan

" Kakak kamu intinya gabisa untuk melanjutkan perusahaan. Leukimianya kambuh, dan kita semua harus coba test sumsum tulang belakang kita " sebenarnya, Renata paling lemah kalau sudah membahas soal kesehatan Rissa. Diluar dari perkataan Ayahnya, dia sangat menyayangi Rissa. Hanya dia terlalu gengsi untuk mengatakannya

" Kalau soal perusahaan jawaban aku jelas Ma, aku baru menapaki posisi ini belum setahun. CV-ku bisa jelek nanti " kata Renata

" Persetan soal CV, kamu tau kan bahkan tanpa CV kamu bisa menduduki posisi apapun di Perusahaan Mama dan Papa " kata Shinta

" Diperusahaan Mama terlalu fokus sama kesehatan, aku gabisa jadi dokter untuk jadi direktur rumah sakit udah pasti kak Farel " balas Renata dengan segudang alasannya

" Renaaa.. Masih ada Departement Store Mama yang kamu bisa urus sayang. Kak Rissa juga kan uda menyatakan dia ga akan ambil semuanya, masa sisanya ga ada yang ngurusin " kata Shinta

" Ayo lah, jangan keras kepala. Kamu sudah dewasa dan paham apa yang terjadi. Bukan cuman pertaruhan mengenai harta, tapi juga saudara kamu " tambah Shinta.

" Nanti kalian datang aja ke Wisuda ku, aku pertimbangin setelahnya " kata Renata

" Tenang kalau itu, Mama uda beli kebaya baru setelah kamu infoin ke kakak kamu soal undangan. Nanti juga ada Kak Farel sama calon istrinya, Kakak kamu sama calonnya semua mama suruh datang " ucap Shinta. Akhirnya anak keras kepala ini bisa dibujuk.

" Gausa heboh heboh ma, nanti ada orang kantor juga. Mereka malah jadi tau soal Papa dan Kak Rissa itu siapanya aku " kata Renata

" Kamu nih lucu, Papa kamu bukan pengangguran tapi kenapa kamu takut banget kalau orang tau kamu anak siapa " kata Shinta

Second ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang