"Kamu kapan siuman?" Tanya Tante Dahlia menatapku dengan sorot matanya yang ... Entah tatapan seperti apa, aku tak dapat menebak isi pikirannya.
"Mama !"
Dari arah belakang Stella memanggil Tante Dahlia, aku dan tante Dahlia pun menoleh ke arah Stella. Sahabatku itu mengucek matanya sepertinya dia habis bangun tidur."Maaf tadi aku ketiduran," ucapnya sambil melangkahkan kaki ke hadapan aku dan tante Dahlia.
"Kenzo mana? mama bawain hadiah buat dia," ucap Tante Dahlia, aku menatap wanita tua itu, bisa ku tebak bahwa dirinya mungkin menganggap putraku sebagai cucunya.
Bukan sebuah masalah, tetapi mengapa hati ini terasa tidak nyaman."Kenzo ada di kamar," balas Stella.
Kemudian mereka berdua pun berjalan beriringan menuju ruang tamu dan tante Dahlia duduk dengan tenang dan santai. Tak seperti tadi.
"Nara, bisa kamu buatin minum untuk kami?" tanya Stella meminta bantuan, aku mengangguk setuju. Kemudian dari ujung mata dapat kulihat saat ini mereka berdua saling mendekat satu sama lain, seolah hendak membicarakan sesuatu yang tak boleh didengar olehku.
Usai membuatkan minuman aku menyuguhkan minuman yang dipesankan oleh mereka di meja.
"Bagaimana kabarmu Nara?" tanya Tante Dahlia menoleh ke arahku.
"Alhamdulillah baik Tante, bersyukur banget Allah masih memberikan aku usia, karena ternyata aku selamat dan bahkan bisa sembuh kembali, bisa melihat orang-orang yang tercinta," ucapku panjang lebar kemudian wanita itu terdiam.
"Bagaimana kabar Tante?" ucapku balik bertanya, kemudian wanita itu tersenyum tipis.
"Tante juga baik," ucapnya dengan ekspresi datar, sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu, entah itu apa.
"Silakan diminum Tante," ucapku, kemudian wanita itu mengambil satu gelas dan begitu juga dengan Stella yang ikut meneguk minuman yang ada di sana.
"Sebentar lagi Kenzo masuk Paud. Kira-kira kamu akan masukkan Paud ke mana?" tanya Tante Dahlia kepada Stella.
"Kenapa Tante tanya sama Stella?" tanyaku menyambar ucapan wanita itu, membuat wajah mereka berdua tegang, mungkin mereka lupa bahwa sesungguhnya status aku di rumah ini adalah nyonya bukan Stella.
"Oh ... Iya ... Maksud Tante ... barangkali saja Stella punya saran atau rekomendasi Paud terbaik untuk Kenzo," jawab Tante Dahlia terlihat gelagapan, aku tersenyum kecut dengan sikap yang ditampilkan oleh wanita itu, begitu pandai dia beralibi.
"Aku akan membicarakannya dengan Mas Kevin," cakap Stella.
"Tidak perlu. Biar aku saja yang membicarakannya dengan suamiku!" tandasku membuat wajah Stella membeku. Beberapa detik kemudian wanita itu mengangguk tanpa kata.
"Kevin sudah sangat menganggap Stella sebagai mamanya Kenzo, jadi tante harap kamu tidak keberatan jika seandainya Stella juga ikut andil dalam memilihkan Paud terbaik untuk Kenzo, karena selama ini Stella lah yang merawat Kenzo," tutur tante Dahlia dengan wajah serius dan penuh penekanan.
"Hanya menganggap Stella sebagai mamanya, bukan berarti Stella benar-benar mamanya, kan, Tante?! aku yang mengandung, aku juga yang melahirkan Kenzo. Jadi aku harap, Tante tidak lupa bahwa akulah mamanya Kenzo dan akulah yang berhak untuk menentukan di mana Kenzo layak bersekolah Paud," balasku membuat wajah wanita itu bagaikan kepiting rebus akibat menahan marah Mungkin dia tersinggung.
"Lagipula, Kenzo baru dua tahun lebih. Kenapa harus secepat itu untuk masuk ke Paud?!" tanyaku penuh penekanan.
"Kenapa tidak? Beberapa anak saat ini sekolah dari usia 18 bulan. Ada kok sekolah yang sudah ... "
![](https://img.wattpad.com/cover/369640490-288-k574317.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Koma Setahun, Suamiku Nikah Lagi Dengan Sahabatku.
RandomHanya setahun mengalami koma, Nara dihantam kenyataan bahwa suaminya menikah lagi dengan sahabat terbaiknya. Haruskah Nara menerima kenyataan bahwa dirinya dimadu? Tapi itu berat. Atau Nara harus mengalah?