"Silakan masuk Mama," ucapku mempersilahkan wanita itu, dengan ekspresi gugup wanita itu mengangguk kemudian melangkahkan kakinya memasuki rumah Mas Kevin. Rumah kami
Mama Karina nampaknya tidak terkejut saat melihat tante Dahlia dan juga Stella yang saat ini sepertinya tengah membicarakan sesuatu secara diam-diam, walaupun mereka berpura-pura seolah tidak mengatakan apapun.
Kami berempat duduk di satu ruangan, di sofa empuk berwarna hitam.
"Jeng Karina apa kabar? Lama tak jumpa ya," tanya Tante Dahlia memberikan sikap manis kepada besannya, aku paham itu.
"Saya baik Jeng. Bagaimana kabar Jeng Dahlia?" balas mama mertuaku, mereka berdua terlihat begitu akrab, dalam hati kecil mungkin aku cemburu, akan tetapi aku paham.
"Oh ya Jeng. Kedatangan Saya kemari untuk memberikan saran kepada Stella agar memasukkan Kenzo ke dalam Paud yang istimewa, itu juga adalah Paud sepupunya saya yang mengelola. Saya berani jamin bahwa lulusan dari sana biasanya sangat bagus dan tidak membuat anak-anak tertekan," Tante Dahlia menjelaskan kedatangannya.
Mama mertuaku terlihat salah tingkah, kemudian menoleh ke arahku. Seolah memahami perasaan Mama Karina yang mungkin merasa tenggang rasa terhadap diriku, tante Dahlia kembali menimpali ucapannya.
"Saya pikir selama bertahun-tahun belakangan ini kan Stella yang mengurusi Kenzo, jadi pasti Stella juga punya andil dan punya hak untuk menentukan sekolah Paud Kenzo," ucapnya penuh penekanan.
Aku tersenyum sinis, kemudian mengambil minuman dan meneguknya perlahan.
"Stella ... Tolong buatkan minuman untuk mama mertuaku dong," ucapku sengaja menekan kalimat mertuaku, walaupun aku yakin bahwa Di hati kecil Stella mengakui bahwa Mama Karina juga adalah mama mertuanya.
"Kenapa tidak kamu saja yang buat!" sanggah tante Dahlia membela putrinya.
"Tadi kan saya sudah buat," sahutku.
"Tetapi untuk kalian," imbuhku lagi. Kemudian tante Dahlia mendelik sebal ke arahku.
"Tidak apa-apa, Mama tidak haus kok," sahut Mama Karina yang justru terlihat bingung dan mungkin wanita itu butuh air.
Stella hampir saja beranjak dari tempat duduknya, akan tetapi dengan sigap tante Dahlia memberikan kode, menggeleng sedikit seolah menegaskan bahwa Stella tidak boleh begitu saja menuruti keinginanku. Bukankah Stella beberapa tahun ini melayani rumah ini?
"Biar aku buatin minuman!" ucapku.
Kasihan terhadap Mama mertuaku, terpaksa aku pun beranjak dari tempat duduk untuk mengambil minuman yang akan kuberikan untuk Mama mertuaku.
Beruntung tadi aku membuat beberapa gelas jus buah, sehingga masih tersisa beberapa gelas di dalam kulkas. Tak tahu selera Mama mertuaku, kubawa saja air mineral dan jus tersebut ke hadapannya. Nyatanya hanya butuh waktu beberapa detik Mama mertuaku meneguk minuman tersebut, benar kan, kataku bahwa suasana panas ini pasti membuat kerongkongan tercekat bagi Mama Karina?
Suasana terasa canggung.
"Mama ... " Dari arah lain Kenzo mengucek matanya. Putraku telah bangun dari tidurnya dan kami menoleh ke arah Putra tampanku itu. Stella merentangkan tangannya dan memeluk Kenzo penuh kasih sayang, sejujurnya di hati terkecil sebagai seorang ibu yang telah melahirkan Kenzo, Aku cemburu melihat putraku lebih dekat kepada wanita lain. Mama tirinya.
"Tuh lihat kan, jeng Karina, betapa Kenzo dekat dengan Stella, itu karena Stella sangat menyayangi dan mencintai Kenzo seperti anak kandungnya," timpal tante Dahlia begitu percaya diri.
Aku tersenyum samar dengan penuturan wanita itu.
"Menurut saya di muka bumi ini tidak ada cinta yang tulus lebih dari tulusnya Cinta seorang ibu untuk buah hatinya, kalau seandainya Stella ingin punya anak, saya sarankan Stella menikah dan segera memprogram untuk kehamilan, agar Stella juga memiliki anak dan saya paham betul kalau memiliki anak adalah sebuah kebahagiaan," ucapku menyindir.
Stella memeluk Kenzo, putraku itu bersembunyi dalam pelukan Stella, aku tahu pasti putraku nyaman dipeluk wanita yang dianggap ibu kandungnya dan aku tidak berani mengacaukan suasana seperti itu, walaupun aku cemburu melihat putraku memeluk wanita lain yang ia kira ibunya.
"Stella mungkin memang dekat sama Kenzo saat ini dikarenakan kehilangan saya, perlahan tapi pasti, saya akan berusaha untuk kembali meraih perasaan dan hati Kenzo," ucapku terang-terangan, anggap saja ini perang jika memang kalian menganggap ini adalah sebuah pertarungan. Aku adalah ibu kandungnya Kenzo.
"Jangan meracuni pikiran Kenzo, Nara! Jangan bersikap keras kepala, kasihan Kenzo, biarkan Kenzo yang memilih, selama ini Stella sangat mencintai Kenzo, wajar sih kalau Kenzo begitu nyaman dengan Stella, memang apa salahnya? secara harfiah kalian itu bakal tetap menjadi seorang ibu, walaupun ada Stella diantara Kalian, tante harap kamu berbesar hati untuk mengizinkan Stella tetap berperan sebagai ibunya Kenzo. Karena Stella juga ... "
"Stella berperan menjadi ibunya Kenzo ketika aku koma, saat ini aku sudah sembuh kembali, jadi ... aku ambil kembali putraku dan terima kasih Stella, karena selama aku berbaring di rumah sakit, kamu telah menggantikan posisiku untuk Kenzo dan aku sangat berterima kasih kepadamu, akan tetapi ujian itu telah berakhir dan aku kini kembali jadi sebagai ibu kandungnya Kenzo, aku mohon kembalikan putraku padaku, tidak ada cinta yang lebih tulus dari seorang ibu kepada buah hatinya. Kamu paham, kan?" Aku menyala ucapan Tante Dahlia.
Wanita itu menatapku dengan tatapan sengit, mungkin jika seandainya aku makanan, dia pasti akan mengunyah aku dalam satu kali suap.
"Sudah! sudah!" mama Karina melerai kami sambil memejamkan mata, aku tahu suasana saat ini juga tidak nyaman dirasakan oleh wanita itu.
"Nanti kita bicarakan saja dengan Kevin, biar Kevin yang menentukan di mana Kenzo nanti akan sekolah Paud -nya! Sahut Mama Karina yang terlihat kebingungan.
"Mama ... Laper ... " Kenzo berucap sambil menatap ke arah Stella, sahabatku itu pun mengangguk kemudian sambil memangku Kenzo, Stella beranjak dari tempat duduknya dan mataku mengikuti langkah wanita itu.
"Tuh ... Lihat sendiri kan Jeng Karina? Kenzo begitu nyaman terhadap Stella. Soalnya ... "
"Udah nggak aneh kok, Tante! terkadang seorang anak itu lebih dekat dengan baby sitter-nya ketimbang sama ibunya sendiri, aku sih nggak aneh," ucapku memotong perkataan dari Tante Dahlia, mendengar kata baby sitter sepertinya tante Dahlia tidak terima.
"Stella bukan baby sitter-nya Kenzo!" wanita itu menampik ucapanku.
"Lalu apa?" tanya aku dengan wajah mendongak. Tante Dahlia masih berusaha menahan amarahnya.
"Sudahlah! terserah kamu saja! saya permisi dulu jeng Karina," ucap tante Dahlia seraya beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri dapur, entah apa yang akan dibicarakan oleh tante Dahlia bersama Stella.
"Mama apa kabar?" ucapku dengan wajah datar, menoleh ke arah Mama mertuaku.
"Mama baik. Bagaimana kabar kamu?" tanya Mama Karina menatap diriku lamat-lamat.
"Seperti yang Mama lihat," ucapku sambil menaikkan kedua bahuku.
"Mama tidak tahu kalau kamu sudah sadar kembali, kebetulan sejak seminggu yang lalu Mama pergi ke kampung halaman mama, karena mendengar kabar kematian salah satu handai taulan," wanita itu menjelaskan, aku menggangguk, karena memang tahu, itu alasan yang diberikan mas Kevin.
"Nara, sebenarnya Kevin ... " Ucapan Mama Karina terhenti ketika aku mendengar bel pintu berbunyi.
"Aku buka dulu pintu ya, Ma," ucapku, wanita itu mengangguk, setengah berlari aku menghampiri pintu tamu, siapa lagi yang bertamu? kemudian saat aku membukanya mataku membulat ketika aku melihat seseorang pria yang kukenal dahulu, beberapa tahun silam itu adalah ... David.
Adiknya Kevin sekaligus mantan kekasihku, saat kelas 2 SMA.
"Lu ... ?!" David terkejut, namun tidak denganku, bersikap datar menatap adik iparku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koma Setahun, Suamiku Nikah Lagi Dengan Sahabatku.
RandomHanya setahun mengalami koma, Nara dihantam kenyataan bahwa suaminya menikah lagi dengan sahabat terbaiknya. Haruskah Nara menerima kenyataan bahwa dirinya dimadu? Tapi itu berat. Atau Nara harus mengalah?