2 - Stasiun Memoria

14 7 0
                                    

"Pemberhentian selanjutnya, stasiun memoria." Suara Mr. Harrow terdengar dari speaker pengumuman
"Semua penumpang harap persiapkan diri anda." Blue tersentak kaget, bangun dari tidur pulas nya mendengar pengumuman itu.

Ia melihat keluar jendela, terdapat bangunan besar seperti museum dengan cat putih dan lampu-lampu antik yang menggantung pada dindingnya.

"Ayo, apa yang kau lihat?" Mr. Harrow tiba tiba berada dibelakangnya. Blue langsung menoleh ke belakang. "Aku harus turun?" Tanyanya dengan nada memelas.

"Iya, kenapa?" Mr. Harrow heran. "Aku tidak tahu harus melakukan apa disana."
"Kau akan tahu nanti." Mr. Harrow mengulurkan tangannya untuk bergegas pergi. Blue menerima uluran tangannya dan keluar dari gerbong kereta yang ia tempati.

"Kereta ini akan datang saat urusanmu sudah selesai disini." Ucap Mr. Harrow dari atas kereta.
"Kapan aku tahu urusan ku selesai?"
"Saat kereta ini sampai." Tepat setelah Mr. Harrow memberi tahunya. Kereta itu mesinnya menyala kembali dan mengeluarkan bunyi dan asap yang khas dari kereta. Roda rel nya bekerja kembali dan membuat gerbong gerbong itu berangkat meninggalkan Blue.

Ia berjalan menuju bangunan besar itu, dengan gerbang yang diukir indah membentuk tanduk rusa. Entah apa maksudnya. Blue membuka gerbang bangunan tersebut, dengan bunyi mendecit yang mengiringi nya seolah-olah gerbang itu sudah lama tak dibuka.

Matanya langsung mengitari bangunan itu, hanya terdiri dari satu lantai tapi seolah olah ruangan ini tak berujung. Terdapat rak-rak berisi buku dan bola kristal. Dan ruangan ruangan yang entah mengarah kemana.

Blue melihat di pojok kanannya ada tempat bertuliskan registrasi, ia langsung mendatangi tempat itu.
Tidak banyak yang ada di meja tempat pendaftaran itu. Hanya beberapa berkas, pajangan tanduk rusa lagi entah kenapa, dan sebuah lonceng emas yang terletak di atas mejanya.

Blue mengambil lonceng tersebut dan mengguncangnya, aneh- lonceng tersebut tidak mengeluarkan bunyi apa apa. Tiba tiba dari jauh Blue mendengar langkah kaki binatang menuju ke arahnya. Ia menoleh kesana kemari tapi tidak tahu arahnya darimana. Dari belakang nya, tiba tiba ada tangan atau bisa dikatakan tapak yang menyentuhnya.
"Selamat datang di stasiun memoria, aku Mr. Dera penjaga tempat ini."

Blue berteriak kaget, bukan hanya karena ada yang menyentuh pundaknya. Tapi di depannya kini ada seekor rusa yang berdiri dan berbicara seperti manusia normal di hadapannya sekarang. Apalagi dengan nametag bertuliskan Mr. Dera di dadanya.

"Tidak usah kaget dan berteriak sampai seperti itu." Mr. Dera pergi ke balik meja registrasinya. "Kau sendiri yang membunyikan loncengnya." Matanya yang berwarna coklat dengan persegi panjang kuning didalamnya menatap lonceng itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud." Ucap Blue sambil mengatur napasnya setelah berteriak. Sekarang dia tau kenapa banyak ornamen rusa di tempat ini.

"Tunjukkan tiket mu." Mr. Dera menjulurkan tapak nya. Blue memeriksa saku bajunya. Dia baru sadar bajunya telah terganti dari yang dia pakai sewaktu dia hidup. Sekarang dia memakai baju putih longgar yang panjangnya sampai mata kaki dengan kain yang ringan dan tekstur lembut. Memeriksa saku yang ada di sisi kanan dia menemukan tiket sebelumnya yang masih putih polos dan memberikannya pada Mr. Dera.

Mulut Mr. Dera membuat gerakan seperti rusa memakan dedaunan saat membaca tiket itu, Blue mencoba bersikap normal. "Bunuh diri ya?" Mulutnya Mr. Dera kini mengeluarkan suara.
"Ya."
"Apa yang terjadi padamu?"
"Maksudnya?"
"Orang tidak akan mengakhiri hidupnya karena alasan sepele."
"Mungkin, karena aku takut."
"Hanya karena takut? Semua orang memiliki ketakutannya masing-masing. Cobalah memakan rasa takutmu itu ku sarankan oleskan sedikit selai daun beri."

Blue hanya diam mendengar perkataan itu, begitu juga Mr. Dera. Selang beberapa lama Mr. Dera akhirnya berkata "Ya, lagian siapa juga diriku mencoba memberi saran. Hanya seekor rusa biasa. Ikuti aku ke ruangan yang akan kau tuju. Katanya sambil menyilangkan tangannya ke belakang saat berjalan.

'Rusa biasa?? Rusa mana yang berjalan seperti ini.' Gumam Blue dalam hatinya sembari mengikuti Mr. Dera.

Setiap langkah telapak kaki Mr. Dera beradu dengan lantai Stasiun Memoria yang terbuat dari kayu- yang sepertinya kayu jati. Membuat suara yang enak didengar di telinga.

"Bagaimana rasanya membunuh seseorang?" Mr. Dera membuka obrolan yang mengiringi langkah kakinya yang seperti langkah kuda.
"Apa maksudmu?"
"Tidak usah menutupinya, aku membaca file mu, dan melihat memori mu di bola kristal."
"Itu adalah sebuah kecelakaan, lagian aku sudah dipenjara 10 tahun sebagai gantinya."
"Kecelakaan? Kau membunuh adikmu sendiri saat umur 15 tahun. Lagian kau hanya dihukum di ruangan biasa dan tetap diberi makan di sana. Crea si pembuat jiwa pasti sangat marah bertemu orang yang tidak bisa menghargai karyanya."

Blue hanya menunduk dan tak berkomentar apa-apa terhadap masa lalunya. "Para pendosa sepertimu yang diinginkan kereta terkutuk itu." Mr. Dera berkata sembari bangunan itu sunyi dan hanya telapak kakinya lah yang terdengar.

(jangan lupa vote, biar semangat nulis)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(jangan lupa vote, biar semangat nulis)

The Train of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang