7 - Taman Veritas III

12 6 0
                                    

Blue merasakan lumpur itu menelan tubuhnya, tetapi instingnya mulai bangkit. Ia tidak akan menyerah begitu saja. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba mengatur napasnya dan menenangkan diri karena banyak bergerak hanya akan membuatnya semakin terjebak.

Sementara Satyr yang telah merasa menang, mulai besar kepala. "Kau sangat bodoh kau tahu itu, harusnya kau laporkan saja aku sejak awal padanya. Tidak ada yang namanya 'jebakan' di dalam wilayah para penjaga kau tahu?" Suara cemprengnya memuakkan Blue.

"Kerjakan semua yang disuruh, naik kereta, turun, kerjakan semua yang disuruh sampai akhirnya kereta yang kau naiki menuju ketidakadaan itu sendiri." Satyr menatapnya dengan kasihan.

"Ketidakadaan apa yang kau maksud?" Tanya Blue dengan marah "Cukup keluarkan aku dari sini, aku hanya akan menyelesaikan apa yang sedang ku lakukan, dan tak akan mengadukanmu karena mencuri atau apapun itu."

"Tidak, kau lebih baik disana. Entah berapa banyak pemberhentian lagi yang akan kau kunjungi. Stasiun pemberhentian begitu banyak mungkin tak terbatas dengan hal yang berbeda beda di dalamnya. Meskipun tak semuanya akan kau kunjungi sih." Satyr membalikkan badannya dan melambaikan tangannya. "Percaya padaku, kau lebih baik disana."

"Tutup mulutmu bajingan!'' Blue yang sedang terperangkap di lumpur yang semakin menelannya hanya dapat melihat punggung berbulu itu meninggalkan dirinya.

Kepala Blue menoleh kesana kemari mencari cara untuk keluar dari sana, tidak ada apa-apa.

Sampai dia melihat sebatang kayu berjalan kearahnya, yang ternyata didorong oleh 2 ekor tupai yang ingin membantunya. "Ayo berpegangan pada kayu ini." Seekor tupai berbicara padanya dengan berbisik.

"Apa? Suara mu tidak terdengar, kenapa kau berbisik?" Blue mencoba mengeluarkan kedua tangannya dari lumpur dengan sekuat tenaga. "Telinga Satyr sangat nyaring, dia akan mendengarmu dan kembali lagi kesini. Sudah cepat pegang saja. Kami bisa menarikmu." Kedua tupai itu mendekatkan batang kayu itu padanya.

Dengan usaha keras, ia menggenggam batang kayu itu erat-erat dan mencoba mendorong dirinya keatas, begitu juga kedua tupai yang menarik dengan sekuat tenaga mereka. Lumpur berusaha menariknya kembali, dengan segenap kekuatan yang ada Blue mendorong dan menarik tubuhnya keluar dari kubangan lumpur hidup yang menyedot itu.

Setelah berhasil keluar, Blue berdiri dengan terhuyung-huyung, tubuhnya berlumuran lumpur dan tangannya sakit setelah berpegangan pada kayu.

Saat masih menenangkan badannya, Blue mendengar langkah kaki Satyr menuju kearahnya. Kedua tupai tadi lari ketakutan. Tak sampai waktu lama, Satyr langsung menyerbu ke arahnya. Tubuh Blue yang kecil dan gesit membuatnya mampu menghindari cengkraman makhluk itu.

Satyr mencoba menyerangnya kembali, Blue melihat kesempatan. Ia meraih batang kayu tadi dan memukulkan nya pada lutut kambing Satyr dengan keras. Membuatnya kehilangan keseimbangan. Dan dengan kekuatan yang tersisa dia menendang badan Satyr.

Satyr terjatuh dan terjebak di lumpur hidup yang sama tempat Blue terjebak. Blue dengan cepat meraih batang kayu tadi agar Satyr tak dapat keluar. "Kau akan menyesali ini dasar makhluk menjijikkan." Satyr meronta-ronta mencoba membebaskan dirinya.

"Sesali saja dirimu, kambing!" Blue mengambil satu tangkai bunga Dahlia ungu didekat lumpur. Dan melemparkan batu ke kepalanya.

"Horee, Satyr si pencuri sudah dipenjarakan." Hewan hewan kecil di hutan mulai keluar. "Hewan-hewan tak berguna, kalian juga sama saja mengambil dari taman ini." Satyr menatap mereka semua dengan marah.

Seekor kupu-kupu yang keluar bersama hewan-hewan lain terbang di dekat mata Blue. "Ku dengar kau mencari Anggrek berkelopak genap dan ganjil ya?" Kupu-kupu itu mengepakkan sayapnya di dekat kepala Blue. "Iya." Blue yang sudah kelelahan, berlumuran lumpur menjawab dengan lemah.

"Ikuti aku, akan kuperlihatkan tempatnya." Kupu-kupu itu mulai berterbangan ke arah sebaliknya dari yang dia tuju tadi, yaitu selatan.

"Selamat tinggal, urus saja kambing itu semau kalian." Blue melambaikan tangannya pada hewan-hewan kecil. "Kau akan menyesal." Satyr mengulangi perkataannya.

Meski tubuhnya penuh dengan lumpur dan rasa sakit, dia mengikuti arah kupu-kupu yang ingin membantunya itu. Tak lama dia mulai melihat kumpulan bunga Anggrek di depannya. "Kita hampir sampai, sepertinya kau akan lama disini." Kupu-kupu itu berhenti dan terbang keatas dan kebawah untuk berbicara dengan Blue.

"Kenapa?" Blue memandang kebun Anggrek itu, entah berapa banyak Anggrek didalamnya.
"Ya, kau harus mencari yang berkelopak ganjil."
"Apa? Aku harus mencarinya? Tidak boleh hanya mematahkannya saja?"
"Tidak, AMD tak akan menerimanya."
Blue tak bisa berkata-kata lagi bagaimana dia akan menemukan Anggrek berkelopak ganjil di lautan Anggrek berkelopak genap ini.

"Oh ya, setelah kau menemukannya, berjalan lah ke arah timur dari kebun ini. Aku dengar bunga terakhir yang kau cari ada disana." Kupu-kupu itu pergi menjauh meninggalkan Blue.

Blue hanya mendesah pada dirinya sendiri, mau tak mau dia harus melakukannya. "Tempat terkutuk." Ia bicara pada dirinya sendiri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Train of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang