Suara telapak kaki Mr. Dera semakin memuakkannya, "berapa jauh lagi kita harus berjalan?" Tanya Blue dengan datar.
"Kita sudah sampai." Mr. Dera menghentikan langkahnya di depan ruangan dengan pintu biasa, yang anehnya lubang kunci dan dan gagang pintunya berada di tengah atas. "Itu tinggi sekali, siapa yang mampu meraihnya?" Blue celingak celinguk ke sekeliling nya karena Mr. Dera hanya lebih tinggi sedikit darinya.
Tanduk Mr. Dera memanjang dan berubah sesuai pola lubang kunci nya, lalu membuka gagang pintu tersebut dengan tanduknya dan tanduknya memendek kembali seperti biasa. Blue mencoba bersikap normal melihat hal tersebut.
"Silahkan masuk" Mr. Dera mengarahkan telapak kakinya- atau bisa dibilang telapak tangannya untuk menyuruh masuk.
Blue masuk ke ruangan itu, dengan ukuran ruangan yang tergolong normal, cat putih sama dengan yang di luar, dan ruangan yang hanya terdiri dari proyektor yang mengarah ke layar dan di depannya kursi kayu biasa.
Mr. Dera terlihat memegang sebuah kaset yang hendak dia pasangkan pada proyektor. "Apa itu?" Tanya Blue penasaran. "Kaset berisi kehidupanmu dari awal kau bayi sampai kau meloncat di jembatan itu." Ucap Mr. Dera sambil tetap memasangkan kasetnya.
Blue hanya diam dan mencerna perkataan Mr. Dera itu berarti jangan jangan dia disuruh- "Ya, benar." Mr. Dera berkata seolah olah membaca pikirannya. "Kau harus menonton nya dari awal sampai akhir."
Blue terkejut "Dari awal sampai akhir?!? Itu berarti aku berada di ruangan ini selama 25 tahun? Apa kau bercanda?"
"Tidak."Blue mencoba untuk kabur saat Mr. Dera sedang menyetel proyektornya. "Jangan lakukan hal yang aneh, itu tidak akan berhasil." Ucap Mr. Dera dengan nada serius.
"Tonton saja, konsep waktu di sini berbeda dengan konsep waktu yang kau ketahui." Mr. Dera telah selesai menyetelnya dan rekaman telah diputar.
"Oh iya, setiap kau berbuat kebaikan akan ada burung putih yang datang ke sini dan memberikan bola kecil seperti kelereng ke tanganmu dan setiap kau berbuat kejahatan burung hitam akan datang dan mencuri bola itu sambil mematuk tanganmu. Saat selesai nanti berikan bola-bola itu kepadaku di meja tempat awal tadi."
Mr. Dera berjalan keluar ruangan dan meninggalkan Blue sendirian disana, pintu ruangannya tiba tiba tertutup.•••
25 tahun berlalu, Blue tidak merasa letih, lapar, ataupun bertambah tua setelah semua rekaman itu. Dengan 2 bungkus penuh bola bola di tangannya yang banyak bekas luka. Blue keluar dari ruangan itu. Menuju meja tempat Mr. Dera berada.
"Aku sudah selesai." Ucap Blue dengan nada yang masih kesal dengan Mr. Dera. "Bagus, berjalan dengan lancar dan sebentar bukan?" Mr. Dera mengambil bungkusan itu dari tangan Blue.
Blue bahkan tidak tahu hari apa sekarang dan tanggal berapa sekarang bahkan jam berapa sekarang. Bagaimana dia bisa tahu itu sebentar. "Ya ya, selanjutnya apa?" Blue menoleh ke ruangan ruangan lain.
"Ahh tidak." Mr. Dera berkata seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Blue. "Kau tidak akan masuk ke ruangan ruangan itu. Cukup masuk satu ruangan dan isinya juga berbeda beda." Mr. Dera menjelaskan."Kau bisa menunggu sambil membaca buku buku kehidupan orang lain, berkeliling atau melihat bola kristal nya, sembari aku meghitung bola bola ini." Mr. Dera mengangkat bungkusan tadi.
"Baiklah, kalau begitu aku hanya akan tidur. Melelahkan sekali berkeliling kalau itu tidak diperlukan." Blue mencari sofa yang nyaman dan merebahkan badannya disana.
Setelah beberapa lama merebahkan badannya, akhirnya Blue tertidur. Sampai akhirnya genangan air menyentuh badannya. "Apa ini?" Blue tersentak dan bangun, air nya sudah sampai ke lututnya.
"Kau mati dengan meloncat dari ketinggian dan menjatuhkan diri ke air." Mr. Dera berkata dari seberang seolah-olah itu hal biasa dan air itu tak berdampak padanya. "Jadi Stasiun ini menggenangi dirinya dengan air juga untuk mengenangnya."
"Lalu aku harus bagaimana? Tempat ini gila!" Genangan air nya sudah sampai ke perut Blue. Dia berlari ke gerbang keluar. Mr. Dera hanya diam dan menonton.
Sementara Blue berlari, dia mendengar suara kereta di luar. Ia mempercepat larinya tapi tidak bisa karena airnya sudah di atas kepalanya. Ia mencoba berenang sekuat tenaga sambil menahan napasnya.
"Selamat tinggal Blue!" Teriakan Mr. Dera terdengar dari belakang, entah kenapa dia bisa berbicara dalam air. Tapi yang dia pedulikan hanya dirinya yang berlari ke gerbang, ia membuka pintu gerbang dan keluar dari stasiun itu. Air yang berada di stasiun itu bukannya merembes keluar tapi tetap berada di stasiun memoria.
Blue berlari ke arah kereta sambil menoleh ke belakang mengisyaratkan perpisahan pada Mr. Dera.
"Heh-heh-heh, manusia bodoh. Sudah tahu dirinya mati, tapi masih takut pada kematian." Tawa Mr. Dera bergetar halus seperti gemerisik tapak kakinya jika bertemu dedaunan. Tawa itu berirama dan terputus-putus.
(jangan lupa vote, biar semangat nulis)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Train of Life
Fantasy"WELCOME TO THE TRAIN OF LIFE! MAY I SEE YOUR TICKET?" Blue, seorang perempuan berumur 25 tahunan yang sudah sangat lelah dengan hidupnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Alih-alih menemukan ketenangan setelah mengorbankan kehidupannya dia mala...