9 - Taman Veritas V

4 3 3
                                    

Blue terus berjalan ke utara dari arah ladang anggrek tadi sembari tetap memegangi tangan kanannya yang berbalut sepotong kain dari bajunya.

Matahari masih saja bersinar dengan bangga diatas kepalanya, tak pernah turun di tempat ini. Wajar saja itu diperlukan untuk tanamannya. Mungkin Mrs. AMD tak mau tanamannya kekurangan sedikitpun nutrisi dari bulatan merah itu.

Ia merasa sedikit pusing, berjalan ditengah teriknya matahari. Seorang diri dengan berbekal keinginan keluar dari sini dan 3 buah bunga yang didapatkannya ia terus berjalan.

Pandangannya mulai kabur, sampai dia melihat bayangan seseorang dengan topi yang sama dengan Mrs. AMD sedang menyiram bunga dihadapannya.

Ia mengucek mata dengan tangan kirinya sangking tidak percayanya. "Apa yang dilakukan Mrs. AMD disini?" Gumamnya pada diri sendiri sambil mempercepat langkah.

Saat hampir mendekatinya, orang yang sedang menyiram bunga itu menyadari kehadiran Blue. Ia berdiri tegak, menatap ke arah Blue. Blue membalas tatapannya.

Ia bukan Mrs. AMD. Dia seorang pria. Dengan pakaian, topi, dan sarung tangan yang sama dengan Mrs. AMD.
Kulitnya benar benar putih bahkan hampir seperti bercahaya saat terkena sinar matahari, tinggi dari Blue sedikit dan dari balik topi berkebunnya Blue bisa melihat mata birunya yang kebingungan menatap Blue.

"Permisi." Blue mencoba berinisiatif mengajaknya bicara.

"Apa yang kau lakukan disini?" Laki-laki itu menghiraukan sapaan Blue.

"Aku mencari bunga, hmm apa ya namanya..." Blue mencoba mengingat "Ah, forget me not." Ucapnya sambil menjentikkan jari.

"Kau juga salah satu orang yang dikirim dia ya?" Laki-laki itu meletakkan gembor tempat penyiram tanamannya itu ke tanah.

"Ya, bajingan itu!" Ucap Blue geram. "Omong-omong kau siapa? Kau bukan salah satu penjaga disini?" Blue membentuk isyarat persegi panjang kecil di dadanya. Karena ia tidak melihat tanda pengenal yang biasanya dipakai para penjaga dengan tulisan Mr/Mrs.

"Hati-hati dengan mulutmu! Mrs. AMD adalah perempuan yang luar biasa!" Laki-laki itu membuka sarung tangannya.  "Aku orang yang sama sepertimu. Telah mati dan sekarang berada ditempat ini."

"Jadi, bunga apa yang dia suruh cari padamu?" Blue bertanya tertarik terhadap orang yang dia rasa sama-sama terjebak disini.

"Ini" laki-laki itu menolehkan kepalanya ke sebelahnya, menunjuk bunga-bunga cantik berwarna biru dengan kelopak kecilnya yang manis. "Forget me not."

"Tunggu apalagi, ayo petik." Blue sudah mencondongkan badannya ke salah satu batang tanaman itu sambil mengarahkan tangan kirinya untuk memetik.

Tangan kiri Blue langsung ditepis oleh pemuda itu dengan tongkat.
"Aduh, sialan!" Blue dengan cepat menarik tangan kirinya. "Potong saja kedua tangan ku ini!" Ia geram karena tangannya selalu jadi sasaran.

"Aku berharap aku bisa melakukan itu. Memotong kedua tangan mu hanya untuk melindungi bunganya."
Laki-laki itu menatap Blue dengan kasihan. "Namaku Orestes." Ucapnya sembari mengajukan tangan untuk bersalaman.

"Persetan dengan namamu, biarkan aku mengambil bunganya." Blue mencoba memetik salah satu bunganya lagi dan digagalkan dengan pukulan yang lebih keras dari sebelumnya.

"Apa masalahmu bung!?" Blue menatapnya dengan geram.
"Aku hanya menjaga bunganya."
"Kenapa? Kan kau sama sepertiku?"
"Ya, tapi aku membuat kontrak dengan Mrs. AMD."

"Kontak? Kontrak apa?" Blue menatapnya keheranan. 'Memangnya bisa membuat kontrak dengan penjaga' pikirnya dalam hati.

"Ya, aku awalnya sama sepertimu diturunkan dari keretaku, lalu masuk ke taman ini. Bertemu dengan Mrs. AMD. Disuruh mencari bunga. Aku dapatkan semua bunganya tapi aku sadar aku tak mau pergi dari sini." Orestes berhenti sebentar dan menatap ke arah Blue melihat apakah dia memperhatikan ceritanya atau tidak.

The Train of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang