Suara bariton milik Ganesha yang tersambung melalui audio bluetooth menggema memenuhi seisi kabin mobil yang sedang dikemudikan oleh Rami. Kedua partner tersebut tengah terlibat pembicaraan santai seputar pekerjaan.
Pria yang terpaut usia tiga tahun lebih tua dari Rami itu bercerita tentang proses shooting selama seminggu ke belakang—saat Rami tengah sibuk di Kuala Lumpur. Beberapa insiden saat shooting berlangsung pun tak luput dari laporannya.
"Nggak habis pikir, lagian kenapa bisa sih anak wardrobe salah bawa kostum. Padahal kita sudah brief dari jauh-jauh hari," Ganesha ngomel-ngomel.
"Waktu kita kasih kostum cadangan, si talent 'anak manja' itu malah nge-drama. Nggak cocok lah, terlalu kebesaran lah. Dia sampai nggak mau lanjut take adegan. Bayangkan, Ram! Waktu kita terbuang banyak karena kecerobohan anak wardrobe nggak jelas itu!"
Rami terkekeh mendengar cerita Ganesha.
"Akhirnya bagaimana?" tanya Rami kepo. Sedangkan Diola yang duduk di sampingnya juga ikut terkikik.
"Yah... Kita paksa si talent untuk cocok dengan kostumnya. Lagian, pendatang baru gayanya sudah seperti artis senior. Tolong ya, Ram. Next project jangan libatkan dia!"
"Lho? Kan kamu sendiri yang setuju ambil dia saat casting," Rami mengeles.
"Tapi, sejak awal kamu kan yang rekomendasikan 'anak manja' itu?"
Rami tertawa renyah.
"Dude, secara teknis nggak bisa dipungkiri kalau memang aktingnya mempuni, kan?"
"Tapi, rempong!" tukas Ganesha kontan membuat Rami dan Diola terbahak mendengarnya.
Ganesha yang menangkap suara tawa Diola pun buru-buru bertanya. "Mrs. Stanley? Are you there?"
Perempuan itu lalu membekap mulutnya sendiri. Dan terlibat adu pandang dengan Rami. "Ya, she's here," pria itu menjawab.
"Hmm, jadi sejak tadi dia mendengar kita bicara?"
"Yup!" Rami meraih tangan Diola yang bebas dan meremasnya lembut.
Ganesha berdehem. "Hmm, untung diorang tak dengar kitorang cakap aneh-aneh," pria itu mulai bicara menggunakan bahasa negaranya.
"Aneh?" Diola menyahut. "Kalian hobby membahas hal-hal yang aneh, ya?"
Ganesha tertawa dan bukannya menjawab pertanyaan Diola.
"Sesama lelaki, awak pasti paham camtu."
"Oh, jadi begitu rupanya?" Diola mencubit lengan Rami. Pria itu sempat mengaduh kesakitan dan mengusap lengannya.
"Aku nggak pernah seperti itu," Rami membela diri. "Stop it, Nesh! Aku bisa habis di sini," ia memberi Ganesha peringatan.
Terlepas dari semuanya, Diola tahu jika kedua rekan tersebut semata-mata hanya bercanda. Atau memang iya? Di belakangnya, Rami sering membicarakan hal-hal aneh bersama Ganesha. Like what?!
Giliran Ganesha tertawa di seberang sana.
"Anyway, Mrs. Stanley. Besok malam kami akan mengadakan pesta sederhana. Wanna join us?"
Perempuan itu tertegun dan menoleh ke arah Rami menuntut penjelasan.
"Makan bersama dengan semua kru. Anggap saja ini sebagai ungkapan rasa syukur kami karena shooting berjalan lancar."
Diola mengangguk. Paham.
"Eits, tidak sepenuhnya lancar! Tentu saja insiden wardrobe yang kuceritakan barusan adalah salah satu contoh yang menghambat proses shooting," koreksi Ganesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSURE
ChickLit‼️[21+]‼️ Bertahun-tahun hidup dengan diliputi tanda tanya besar, mengenai identitas dirinya. Pada satu kesempatan Diola akhirnya dipertemukan oleh pria yang selama ini mengulik rasa penasarannya. Ayah kandungnya. Pria yang meninggalkan Mamanya dala...