"Diola," panggil seseorang dari balik tubuhnya. Suara seraknya begitu khas, dengan aksen aneh yang tertangkap oleh telinganya.
Perempuan itu sontak menoleh dan mendapati sosok suami mamanya telah berdiri di sana. Terpisah jarak tak lebih dari satu meter darinya.
Pria yang kala itu menggunakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda tersebut membawa sesuatu di tangannya. Sebuah kotak kayu berukuran kecil.
"Ya?" Diola menyahut.
Dengan tatapan menilai, perempuan itu terus memperhatikan gerak-gerik suami mamanya.
"Well, I... uhm, I don't... know where to start. But first let me wish you a happy birthday," ujar pria itu seraya maju selangkah demi selangkah hingga akhirnya ia berdiri tepat di samping Diola.
"Ya, thanks."
Pria itu tersenyum padanya. Sejurus kemudian ia membuka kotak kayu yang ada dalam genggamannya dan menyodorkannya pada Diola.
"A-aku tahu ini sedikit terlambat. Tapi, aku harap kamu menyukainya."
"Apa ini?" Diola bertanya sebelum ia menerima pemberian dari pria itu.
"Just open it."
Diola menggigit bibir. Ragu dengan dirinya sendiri. Apakah ia akan menerima atau menolaknya? Ia tidak ingin ini terlihat mudah untuk pria itu. Tapi, ucapan papanya barusan kembali terlintas di benaknya. Dirinya benar-benar terbelah dua!
"Here," pria itu kembali menyodorkan kotak kayu tersebut pada Diola.
Pada akhirnya Diola memilih untuk menerima hadiah pemberian dari suami mamanya. Namun, bukan berarti dirinya sudah berhasil ditaklukkan dengan mudah oleh pria itu. Ini masih terlalu dini.
Sebuah gelang emas. Dengan ornamen berbentuk bulat di tengahnya. Terlihat begitu familier, namun, Diola tidak tahu maksud pria itu memberikannya benda tersebut.
"Nazar boncuğu. The evil eye," katanya.
Pria itu mendengus sambil memperhatikan ekspresi Diola yang terlihat datar dan sulit ditebak.
"May I?" dengan hati-hati ia menawarkan pada Diola untuk memakaikan benda tersebut di pergelangan tangannya.
Diola yang sejak tadi memandangi benda pemberian suami mamanya itu sontak mendongak. Kedua manik matanya saling beradu pandang dengan pria itu.
Beberapa jenak Diola terdiam. Ia menyelami iris mata zaitun milik pria itu—yang mana persis sama seperti miliknya. Sial! Karena warna mata tersebutlah Diola jadi tidak bisa mengelak lagi. Bahwa memang pria yang kini ada di hadapannya adalah ayah kandungnya.
Diola lalu membuang wajah. Menatap sporadis sekitarnya. Dan mendapati sosok papanya tengah menonton adegan di antara mereka berdua. Tatapannya dalam dan sarat makna. Papanya juga sempat mengedikkan dagu ke arahnya, mengisyaratkan agar Diola menerima tawaran dari suami mamanya.
"Mm... yeah, sure," jawab perempuan itu kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSURE
ChickLit‼️[21+]‼️ Bertahun-tahun hidup dengan diliputi tanda tanya besar, mengenai identitas dirinya. Pada satu kesempatan Diola akhirnya dipertemukan oleh pria yang selama ini mengulik rasa penasarannya. Ayah kandungnya. Pria yang meninggalkan Mamanya dala...