Bab 28

35 1 0
                                    

Rami mencebik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rami mencebik. Dan melipat kedua tangannya di depan dada. Beberapa detik ia perhatikan Diola dan ekspresi ingin tahunya. Well, sepertinya ia memang tidak pandai mengelabui perempuan itu. Yang terjadi justru sebaliknya. Diola sadar jika Rami memiliki tujuan tertentu dengan menghadiahinya benda tersebut.

"Tidak ada. Aku hanya ingin memberikan sebuah kenang-kenangan saja untukmu," katanya ringan.

"Benar?" sekali lagi Diola memastikan. Firasatnya mengatakan lain.

"Hmm, ya. Karena aku akan pulang. Jadi, kuputuskan untuk menghadiahimu kalung itu."

Sambil memegangi liontin dan mengusap ukiran di tengahnya menggunakan ibu jari. Perempuan itu beranjak dan kembali duduk di atas ranjang.

"Kapan kamu akan pulang?"

"Dua atau tiga hari ke depan."

Perempuan itu kemudian menyilangkan kaki dan mengamit sebuah bantal lalu meletakkan di tengah kakinya. "Dari cara bicaramu, kesannya seperti kita nggak bisa menghabiskan waktu bersama-sama. Kamu memintaku untuk fokus dengan keluargaku dan pekerjaan baruku. Lantas, bagaimana dengan kita? Apa kamu akan sesibuk itu, Ram?"

Pria itu menghela napas. Ia mengurai lipatan tangannya dan menghampiri Diola. Ia berdiri di hadapan perempuan itu, lalu tak lama berlutut di depannya.

"Ya, Sayang. Aku akan sangat sibuk sekali setelah ini."

"Tapi, sesibuk apa pun kamu selama di sini. Kamu selalu punya waktu untukku. Apa karena sekarang kamu sudah mendapatkan aku. So, effort kamu nggak sebesar dulu?"

Rami mendecih, "kamu bicara apa, sih?"

Ia mendengus. "Dengar, Dio. Sesibuk apa pun aku, kamu tetap prioritas utamaku. Hanya saja itu mungkin terjadi jika aku ada di sini."

"Maksud kamu?" Diola mulai tidak paham dengan arah bicara Rami.

Pria itu menarik tangan Diola dan menciumi jemarinya. "Aku akan kembali ke KL, Dio."

Jeda sejenak.

Perlu waktu bagi Diola untuk mencerna ucapan Rami barusan. Kembali ke KL?!

Kontan perempuan itu menarik tangannya dan membuat bogem.

"Aku tahu kamu akan bereaksi seperti ini," gumam pria itu.

Sialan! Rami memang sudah memprediksi jika dirinya akan bereaksi seperti sekarang. Jadi, sebagai permulaan pria itu mengiming-imingi dirinya dengan memberikan sebuah hadiah kenang-kenangan. Ah, haruskah ia kembalikan saja benda tersebut sehingga dirinya bisa meluapkan keberatannya; ditinggal Rami pulang ke KL.

"Sayang?" Rami menyentuh bogem tangan Diola dengan sedikit hati-hati.

Bukannya menghindar seperti yang sudah-sudah. Perempuan itu justru memilih untuk membiarkan Rami menyentuhnya di sana.

CLOSURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang