1. Meetings and Politics

47 19 16
                                    

People are poison

•••

Cling clang
Cling clang

BUNYI dari cublik yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, menerangi setapak jalan di antara kursi jemaat. Diletakkannya alat penerangan itu di atas kursi kala pemiliknya duduk, menangkup kedua tangannya dan merapal doa. Dia menutup matanya, ditemani kesunyian malam syahdu dan angin yang mengipas lembut rambut merahnya. Lalu terdengar pintu masuk altar terbuka, dan tertutup lagi. Suara langkah bersepatu kulit mengganggu kekhusyukannya.

Kursi jemaat yang ditempatinya berderit begitu sosok tinggi berambut pirang duduk di sebelahnya, wanita yang terganggu ibadahnya menoleh dengan wajah penuh kekesalan.

Goedenavond, mooie dame,” sapa pria itu tersenyum penuh teka-teki. Dilihatnya wanita itu mengernyitkan dahi. (Selamat pagi, nona cantik).

“Selamat malam, Tuan. Oh, Anda bukan lokal?” Wanita berkulit putih pucat itu bertanya, kemudian bergeser membuat jarak jauh diantara mereka, pria itu terkekeh.

“Anda benar, Nona. Junia, bukan? Pewaris tunggal Earl¹ Enders?” Tanyanya, seraya melipat kakinya.

Junia terkejut, “Bagaimana Anda tahu itu?”

“Perkenalkan,  Thomas Van Deventer. Anda pasti tahu saya, Nona Junia,” ucap Thomas seraya mengeluarkan tangan kanannya untuk berjabat tangan. Sang vampir wanita itu mengamatinya dalam diam lalu mengangguk.

“Ya, saya membaca sedikit informasi tentang Anda di koran, Anda yang menciptakan alat penghisap darah manusia, bukan?” tebaknya. Thomas tertawa, tersenyum tipis dengan bibir tertutup.

“Lebih tepatnya menghisap darah dari kaum proletariat² dan rakyat jelata untuk kami para borjuis³,” jawab sang pria itu membenarkan  pernyataan Junia dengan dagu sedikit ditekuk.

Junia terdiam, mengepalkan tangan kiri yang bersembunyi di balik jubahnya. Dia menggigit pipi bagian dalam, suasana tegang yang diciptakan Thomas membuat ia kesal dengan orang-orang angkuh dan serakah sepertinya.

“Anda menjadikan itu sebagai bisnis Anda?” Tanya Junia secara tiba-tiba.

Thomas terkekeh dengan suara parau, “tentu, Nona Junia. Anda harus memanfaatkan titel bangsawan Anda untuk menjadi lebih kaya, tenang saja saya membayar manusia-manusia itu dengan upah yang sebanding.”

Junia menghela napasnya, menggelengkan kepala mendengar penjelasan dari bibir sang pria berdarah Belanda itu.

“Omong-omong, nona Junia. Tentang keluarga Anda, peristiwa kebakaran lima tahun yang lalu, apakah kejadian itu benar terjadi?”Junia terdiam, mencerna pertanyaan sang lawan bicara. Jarinya memainkan manik kalungnya dengan raut gelisah, peristiwa yang terjadi malam itu adalah mimpi terburuknya. Namun mau tak mau ia menjawab pertanyaan Thomas.

Kepalanya mengangguk pelan, berbicara dengan nada pelan, “Ya, itu benar.”

“Saya turut berduka, Nona. Jika boleh saya bertanya, apakah pelaku sudah tertangkap?” Tersirat kemarahan dalam tatapan wanita itu, kemudian menggeleng.

“Belum. Aku bertekad untuk mencarinya. Akan aku pastikan aku membunuh bajingan itu seperti yang ia lakukan pada keluargaku,” decak wanita itu kesal, Thomas tersenyum masam.

𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐀𝐋 𝐖𝐑𝐀𝐓𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang