à la folie
to insanity•••
Durham, Inggris 1845
DIKATAKAN matahari tidak pernah tenggelam, Inggris sedang dalam masa kejayaan dan menjadi kerajaan terbesar di dunia yang menguasai 1/4 dunia. Kupikir, ya, benar juga. Namun negara besar ini menyembunyikan sesuatu yang tak terduga, mereka menggunakan sistem strata sosial yang memisahkan antara segelintir bangsawan yang memiliki kekuasaan dan rakyat kecil yang tertindas.
Ada beberapa gelar bangsawan di negara ini, salah satunya aku yang memiliki gelar bangsawan earl. Gelar ini berada di bawah bangsawan marquess, tapi di atas bangsawan viscount dan setara dengan court.
Banyak dari mereka adalah penganut aristokrat, ialah penganut cita-cita kenegaraan yang berpendapat bahwa negara harus diperintah oleh kaum bangsawan,
Mereka berkuasa, sementara rakyat sengsara. Didalam dunia kapitalis ini mereka menjadi proletar yang bekerja untuk kaum borjuis. Dan perempuan yang dipendam suaranya, baik dari lelaki maupun sesama perempuan yang berbeda kasta sosialnya. Hanya berharap dari sang ksatria putih untuk membantu mereka.
Pagi menyingsing, burung-burung merpati berkicau di halaman rumah seraya memakan gandum yang berserakan. Matahari bersinar meski bersembunyi di balik awan, tak luput angin kencang menyambut dengan simfoni dingin. Aku memutuskan untuk berendam air hangat, memasuki bajan mandi dan duduk dalam diam. Dengan dua pelayan wanita yang setia di tempatnya.
"Kemarin adalah tepat lima tahun kasus pembunuhan keluargaku, aku tahu arwah Ibu dan Ayahku masih bergentayang, terbang kemana-mana sebab jiwa mereka tidak damai dan tak terima bahwa mereka akan mati secepat itu. Di hari kemarin aku juga bertemu dengan seorang vampir aneh, kurasa dia orang Belanda," ucapku pada mereka.
"Bukankah mereka sedang berperang dengan negara lain, Nona?" tanya salah satu dari mereka sambil menyalakan cerutu di tanganku dengan pemantik.
Aku menggelengkan kepala, "Dia disini untuk berbisnis."
Mengisap rokok itu dalam-dalam, asap hangat memasuki paru-paru. Para pelayan mengangguk pelan, mereka melihat satu sama lain.
"Bisnis apa, Nona?" Pelayan dengan rambutnya terkuncir bertanya.
"Darah manusia," jedaku, "Thomas Van Deventer, dia menciptakan mesin pengisap darah manusia untuk diperjualbelikan. Aku tidak tahu apakah dia memiliki surat izin membangun usaha atau tidak."
Aku menutup mata menikmati kenyamanan berada di dalam bak air hangat. Sudah lama aku menunggu waktu untuk mendapatkan ini, kemudian ketenanganku terinterupsi oleh ketukan pintu. Terbukalah pintu itu, aku melihat asistenku berdiri dan tersenyum.
"Ada apa, Adam?" Aku bertanya seraya menolehkan kepala. Adam tersenyum simpul, perangainya yang sopan membuatku kagum.
"Seperti biasa, Nona. Perempuan-perempuan muda meminta roti dan gandum untuk mereka makan, apakah boleh saya bagikan sekarang?"
"Tentu, pastikan roti itu cukup untuk anak-anak nanti," jawabku sambil tersenyum, senang dapat melakukan kebaikan disaat kejahatan dunia mendominasi. Pria yang lebih tua darinya mengangguk.
Saat Adam hendak pergi, aku menghentikannya, "Oh, dan Adam, bisakah kau bilang pada Jack untuk mempersiapkan hansom untukku? Aku akan pergi ke London."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐀𝐋 𝐖𝐑𝐀𝐓𝐇
ActionKedendaman Junia, sang vampir bangsawan, terhadap seseorang yang membunuh orangtuanya mendarah daging. Kemarahan itu abadi bersamanya. Menyamar sebagai primadona, menyelusup kedalam kehidupan bangsawan-bangsawan bangsat, memeras dan membunuh mereka...