“We are not interested in the possibilities of defeat. They do not exist.”
- Queen Victoria
•••
GELAS sampanye ramping itu berdenting kala bersulang, empat pria paruh baya dengan tawa khas mereka menikmati suguhan pesta. Dua jam setelah berdansa dengan gadis-gadis mungil nan cantik membuat mereka lelah, memutuskan untuk beristirahat. Mereka melihat sekeliling, satu dari mereka yang memakai setelan jas cokelat mengangkat alis.
“Kemana perginya James?” Ia bertanya pada teman-teman sebayanya, mereka mengangkat bahu tidak tahu.
“Mungkin saja ia sedang mempersiapkan sesuatu.” Dia berdecih kemudian memanggil salah satu pelayan teman mereka yang terdekat dengan petikan jari. Orang itu menghampiri dan bertanya dengan sopan.
“Ada yang bisa saya bantu, tuan?”
“Dimana James? Dia seharusnya sudah disini sedari tadi setelah ia berdansa dengan seorang gadis.” Dia menyilangkan tangannya di depan dada, mengerutkan kening.
“Tuan James... s-saya akan mencari tuan James sekarang, tuan,” ucap sang pelayan, bergegas mencari majikannya yang menghilang. Pun dengan teman-temannya yang ikut mencari, membuat acara pesta perayaan hari jadi itu kacau dengan para tamu yang panik.
Pelayan-pelayan tersebut mencari ke seluruh ruang di tiap-tiap lantai gedung, tak kunjung mereka temukan sosok sang majikan. Namun kala mereka hendak menuju ruangan terakhir, bau anyir menyeruak di koridor berlampu kelam. Entah mengapa hal ini tidak mengenakkan hati mereka.
Aroma itu kian menguat saat mereka mendekat, satu dari mereka memutar kunci. Membuka perlahan pintu kayu itu sambil menutup hidungnya dengan jari. Ia melihat sekitar, lalu berteriak lantang.
Majikannya, James Bent Barners terkapar di atas lantai berkarpet darah.
“Call the police!”
Beberapa pelayan berhambur keluar ruangan, bergegas menelepon polisi membuat tamu-tamu undangan terkesiap. Para wanita berteriak dan segera meninggalkan gedung.
“Sir James Bent Barners was killed!”
••
Kericuhan pada gedung besar di tengah kota London menjadi perbincangan dan pusat perhatian para warga, banyak pers berkumpul di satu titik lobi membawa kamera obscura. Begitu juga dengan kepolisian dan beberapa anggota militer untuk menginvestigasi tempat kejadian perkara. Para militer penjaga membawa anjing-anjing doberman dengan mereka, menjaga area masuk gedung.
Mayat yang telah tertutupi oleh kain putih, tak banyak orang di dalam ruangan yang pengap, bau anyir dan bangkai. Mereka memulai mengobservasi mayat, fokus dalam mencari kejanggalan. Kemudian seseorang menyergap masuk ke dalam, membuat segenap polisi terkejut.
“Whiteley? Untuk apa kau datang kemari?” Tanya salah satu anggota pada pria yang memasuki ruangan dengan cara yang tak biasa.
“Ini masih bagian dalam pekerjaanku, Sebastian. Yah, walaupun aku sudah menjadi bagian dari MI6, tetap saja aku dimintai untuk menginvestigasi tempat ini,” jawab Eugene Whiteley, pria muda berusia dua puluh tujuh tahun yang baru di angkat jabatannya sebagai anggota militer melirik teman lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐄𝐓𝐄𝐑𝐍𝐀𝐋 𝐖𝐑𝐀𝐓𝐇
ActionKedendaman Junia, sang vampir bangsawan, terhadap seseorang yang membunuh orangtuanya mendarah daging. Kemarahan itu abadi bersamanya. Menyamar sebagai primadona, menyelusup kedalam kehidupan bangsawan-bangsawan bangsat, memeras dan membunuh mereka...