Betapa bodohnya diriku, meminta untuk menjawab pertanyaan sesederhana itu melalui chat saja, bukankah sama saja aku ini pecundang? Sialan, kenapa aku bisa nge-blank saat ingin menjawab pertanyaan itu.
Ya, sepanjang perjalanan pulang aku terus ngedumel dengan sendirinya, orang dijalan lihat aku mungkin sudah dianggap gila berbicara sendiri, masa bodoh, suka-suka ku ini motorku, aku yang nyetir. Sudahlah, kenapa topiknya makin melenceng kesana kemari gini sih.
Ngomong-ngomong soal Ayreen, ia sudah pulang sore ini, ya itu mengapa aku sekarang berada ditengah jalan mengendarai motorku, kalau ditanya, kenapa nggak ikut ngantar Ayreen pulang? Tentu jawaban pasti adalah, aku takut. Aku takut jika nanti berhadapan dengan orang tuanya, bagaimana aku harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menakutkan dari konglomerat, bisa saja mereka menanyakan tentang bakat ku, dan kenapa aku harus bersama Ayreen, aduh ngebayangin itu saja sudah buat bulu kudukku berdiri.
Tapi, kata bang Samuel tadi, dirumah lagi nggak ada orang tuanya, tapi tetap saja, aku merasa diriku nggak pantas untuk menginjakkan kaki di rumah Ayreen yang tampak sangat mewah dan elegan. Sedangkan rumah ku yang minimalis di perumahan cluster yang bisa dibilang lebih murah dibanding perumahan Ayreen, pantas saja karena perumahan Ayreen sangat elit, banyak berdiri rumah-rumah megah, dan besar disana.
Selang beberapa menit, aku sampai didepan halaman rumahku, aku memarkirkan motorku dengan benar di teras rumah, lalu aku melepas helm hitam bawaan motor, dan ku taruh helm itu di kaca spion. Melihat pintu rumah terbuka, aku langsung masuk kedalam, hal ini terjadi antara karena bude Marni hanya sekedar membuka pintu agar sirkulasi udara segar masuk, atau karena kedua teman ku yang bodoh itu mampir ke mari dengan mengharapkan traktiran HokBen dariku.
Saat ku telusuri setiap sudut rumah, dan sampai di dapur, aku melihat bude Marni tengah berkutat dengan gelas dan segala bahan minuman disana.
"Ngapain de?" Tanyaku menghampirinya, berdiri tepat disampingnya sembari mengintip apa yang sedang dibuat oleh bude Marni.
"Bikin sirup, itu temen mu di kamar."
Benar ternyata, sialan dua bocah itu, selalu saja datang tanpa diundang, dan sembarangan masuk ke kamar orang. Tapi, aku percaya mereka nggak bakal aneh-aneh dengan kamar ku, ya aku sudah menganggap wajar, karena mereka teman dekatku.
"Ciee yang abis jaga do'i nya, gimana? Puas nggak lo seharian ketemu Ayreen." Ucap Jeasy dengan santainya berbaring di kasurku sembari bermain ponsel miringnya, aku hanya bisa menghela napas melihat perilaku dua bocah nggak jelas di kamar ku.
Aku pun melepas jaketku dan ku gantung di gantungan belakang pintu, lalu aku berjalan ke arah sofa kamarku yang sudah ada Haga duduk disana, aku pun ikut bergabung duduk disampingnya, jujur saja, laki-laki itu akhir-akhir ini suka sekali menatap ponselnya, tidak, lebih tepatnya seperti sedang berada ditengah-tengah percakapan chat.
"Dari pada itu Jes, anak ini dari tadi chat-an sama siapa sampe senyum-senyum gitu."
Bukannya dijawab, Haga malah beranjak dan berpindah tempat duduk di bawah lantai sambil masih menatap ponselnya sembari senyum-senyum, ngapain sih anak itu, belum sempat ku intip, aku sangat kepo sekarang, pasti dia lagi chat seseorang, tapi ku akui dia cepat move-on sih, Haha.
_____________________
"Udah ma, adek baru sembuh jangan di omelin dong." Abang Samuel membalas argumennya.
Sekarang aku berdiri di tengah-tengah situasi yang menegangkan namun biasa saja, biasa saja karena aku sudah terlalu sering di perlakukan seperti ini, dan menegangkan karena setiap kalimat yang dikeluarkan dengan nada membentaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Attention [Bluescent] | On Going |
RomanceCerita ini cukup membosankan, iya, membosankan kalau cuma dilihat covernya tapi nggak klik baca 😋 [slow update] Q:What do you think about Si Nakal and Si Rajin want to be in a realitionship? A: Nobody knows Joe hanya menginginkannya, ia sudah la...