07. remember

156 42 1
                                    






HAPPY READING 🤍






Acara yang berlangsung dari malam hingga pagi ini masih berlanjut. Seluruh anggota kini tengah merayakan hari jadi mereka yang ke-5.

Karena anggota mereka masih di bawah rata-rata 16 tahun, mereka tidak bisa minum-minum terlebih dahulu. Apalagi Raka yang umurnya baru 15 tahun.

Inti Tujuh sendiri berdiri sejak keenam anggota nya baru berusia 11 tahun. Inti Tujuh semakin besar sejak hadirnya Raka yang datang ke dalam geng mereka. Dulu Inti Tujuh hanyalah sebuah nama. Bukan geng. Dulu nama nya hanya Inti. Setelah hadirnya Raka, Inti mengubahnya menjadi Inti Tujuh. Sementara Amira sendiri, dia anggota baru yang bergabung sekitar satu tahun yang lalu.

"Abang, sat dimana?" Celetuk Raka. Padahal jelas-jelas Satrio ada didepannya saat ini. Entah cowok itu yang buta atau dia sengaja memancing emosi Satrio. "Satrio lagi pacaran," sindir Dika yang duduk di samping Amira. "Pantes gue gak liat" balas Raka disertai kekehan ringannya.

"Sialan lo pada, orang gue sebesar ini lo semua pura-pura gak liat," omel Satrio. Tidak ada satupun yang menjawab Omelan nya saat ini. Semuanya fokus pada makanan yang ada didepan mereka. Menurut mereka, makanan no 1. Satrio, belakangan.

"Sayang, sini aku suapin," Amira mulai bersikap manja, seolah di sana hanya ada mereka berdua saja. "San, anter gue ke toilet! Keknya gue mau muntah!" Seru Juna yang mulai berdiri.

"Tunggu!!" San berlari menghampiri Juna yang sudah berjalan lebih dahulu. "Baik-baik sat, jangan terlalu alay" cibir Dika

Satrio menatap wajah Dika yang begitu santai. "Lo semua pada kenapa sih? Kalian iri gue punya pacar??" Satrio mulai emosional. Dika melirik Satrio sebentar. Sebenarnya mereka tidak iri, tapi mereka tidak suka saja. "Kita gak iri sat. Kita cuman ngingetin lo doang"

"Lo nyindir lagi??"

"Sejak kapan gue nyindir? Lo kali yang berlebihan,"

Suasana semakin ricuh. Perdebatan di antara keduanya mulai membesar. Yang satu sangat sensitif tentang hubungannya yang selalu dikomentari, yang satunya raja menyindir. "Diem!! Gue mau ngitung uang jadi ke ganggu." Timpal Jefry yang hanya fokus ke uang nya. "duit lagi duit lagi" heran Raka.

"Kalau lo kerasa kesindir ya, berati bener"

"Sialan! Maksud lo gitu apa??!"

"Udah sat, tenang. Jangan berantem gini" lerai Amira.

Nampaknya ketiga anggota Inti itu tidak terlalu peduli dengan pertengkaran mereka. Karena ini urusan pribadi masing-masing. Menurut mereka, tidak sopan jika ikut campur dalam hubungan seseorang. Walau mereka itu adalah keluarga.

Juna dan San yang baru kembali dari toilet mendengar suara keributan dari dalam.

"Kenapa?!" Tanya Juna. Cowok itu melihat dua anggotanya yang saling membelakangi. "Tanya ke Dika." Jawab Satrio dengan ketus. Juna mengalihkan pandangannya ke Dika. Cowok itu terlihat kesal. "Masalah sepele lagi? Sekarang masalah sepele apa itu? Uang? Makanan? Atau.." Juna melirik ke arah Amira.

"Kenapa diem? Gak punya mulut? Mulut kalian kemana? Jawab!" Tegasnya. Suasana menjadi hening sebentar. Ketua sudah marah. Tidak ada yang berani menjawabnya. "Gue bilang jawab, kenapa diem?!! Takut?!! Kalau takut, kenapa berantem?! Kalian berdua udah gede. Jangan bikin masalah. Minimal kasih contoh ke, Raka." Juna menunjuk arah Raka yang sibuk bermain ponselnya.

Raka benar-benar menghiraukan nya.

Juna menarik nafas dalam-dalam. "Duduk." Titah nya.

"Ini hari spesial kita. Jangan ada keributan. Gue gak suka ada yang berantem disini. Kalau pengen, keluar dari disini." Tegasnya sekali lagi.

******

Dika melirik-lirik kearah Satrio yang tengah duduk di depannya. Ada rasa bersalah yang sedang dia rasakan. Perbuatannya tadi, itu cukup menyebalkan bagi siapa saja. Termasuk dirinya. Memang benar, jika fakta nya dia tidak suka dengan kekasih Satrio saat ini.

Tapi, itu pilihannya. Mungkin dia harus lebih menerima lagi. "Jun, nitip ponsel bentar" ujar Amira yang bakit dari tempat duduknya. Juna menatap sekilas wajah gadis itu. Kenapa dia? "Sini, gue yang bawa" sarkas Satrio.

Amira melirik sebentar. "Gak usah, biar Juna aja yang bawa" tolaknya dengan senyuman. Juna menatap gadis itu lagi. "Jangan ke gue." Ujar Juna

"Kenapa gak lo titipin ke, bang sat?" Celetuk Raka yang tengah duduk paling pojok. Amira melihat ke sumber suara. "Gapapa, gue maunya Juna yang bawa"

Satrio menatap wajah Juna yang sedang menatap ponselnya. "Ini Jun, nitip bentar!" Lanjutnya yang langsung pergi meninggalkan ruangan.

Juna menatap ponsel milik Amira sekilas. "hmm" Deheman Juna itu, membuat anggota Inti menatap nya. "Apa?" Tanya nya yang merasa di perhatikan. "Kenapa Jun? Biasanya lo oke-oke aja kalau dititipin barang?" Tanya Dika yang duduk disampingnya. "gue mau pulang. Kalian kalau mau disini, disini aja."

Seluruh anggota Inti pasang mata kearah Juna. "Besok aja gak bisa Jun?" Celetuk San

"Gue capek banget hari ini,"

"Tumben banget lo ngeluh, Jun. Biasanya lo kan paling full energi" ujar Jefry

"Setuju! Malah lo yang paling semangat diantara kita!" Imbuh Hesyam.

Juna menatap anggota nya satu persatu. Tatapannya itu ada arti yang terkandung. "Biarin. Mungkin Juna emang capek." Ujar Satrio seraya mengangkat satu kakinya diatas meja. Cowok itu melipat kedua tangannya di belakang kepala lalu bersender pada dinding dibelakangnya. Matanya mulai terpejam.

"Besok aja, Jun. Lo tau kan ini hari apa?" Ucap Hesyam. Juna menatap arah Hesyam. Cowok itu tersenyum tipis. "sorry, gue beneran butuh istirahat. Gue harap kalian ngerti." finalnya.

"Yaudah, terserah lo Jun." Celetuk San

"Bang, nanti gue kirim Dika kerumah lo," ujar Raka dengan senyuman lebarnya. "Kenapa gue?" Dika melihat mantap wajah Raka heran. "Lo kan tukang pijet" balas nya dengan kekehan ringannya. "Gue tabok pantat lo pakai sandal mau??" Dika melepas sandal nya. Tangannya sudah siap memukul pantat Raka dengan sandal miliknya. "Jangan dik, yang ada sandal lo yang kesakitan" celetuk San. "Kenapa?" Tanya Jefry. "Pantat Raka, kan dari besi!!" Seru San yang tertawa terbahak-bahak.

Raka menatap San yang tertawa sendirian. "Orang gila," Gumamnya.


**********


"Jun, boleh ya?" Juna menatap sekilas wajah Amira. "Ayo Jun! Sekali aja!" Rengeknya. "Pacar lo kan ada" ujar Juna. Gadis itu menatap malas Juna "Satrio lagi Satrio lagi, sekali-kali sama lo"

Juna menghela nafas berat. Kenapa harus dia? "Gak bisa. Gue udah ada janji."

"Ayooo, Jun!" Rengeknya sekali lagi. "Pacar lo ada kan? Kenapa harus gue??" Ujar nya dengan nada bicara sedikit tinggi. Seutas senyuman Amira perlihatkan "Gue mau nya lo. Bukan Satrio."

"Dan gue gak mau lo." Final Juna yang langsung pergi dari markas. "Sial."

Pukul 03.29 matahari hampir terbit.
Juna menatap langit-langit kamarnya. Sesekali cowok itu menghela nafas berat. "Tidur Jun.." lirihnya.

Perlahan mata cowok itu mulai terpejam. Pada akhirnya dia mulai tertidur dengan pulas. Hingga pergi ke alam bawah sadarnya.












BERSAMBUNG...











7 KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang