06. masa lalu

231 46 0
                                    

Jangan lupa follow akun ig

@sjnaa_je
@junrfdra
@hehesyam
@revaltamvan
@cakalo_sat
@brryan.ojefry
@immanu_elsan
@akaa_rakaaa
@7inti.gang














°Happy reading°~°







Dalam sebuah acara besar yang digelar sekitar pukul 8 malam. Seluruh anggota Inti berkumpul disana. Kecuali Satrio dan Juna. Dari kejauhan anggota Inti menyaksikan prosesi pernikahan mantan anggota mereka, Amira.

San dan Dika berada paling depan. Keduanya harus menyaksikan adiknya menikah. Walau usianya seperantara dengan Raka.

Rasa bahagia begitu terlihat di wajah keduanya. "Omongan lo sekarang jadi sia-sia." Gumam Jefry. Yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya kepada Amira.

"Yakin lo bisa bahagia?" Lanjutnya. Jefry menarik nafas dalam-dalam. "Ekhemm" Jefry terperanjat kaget mendengar deheman seseorang. "Lo di sini??"

"Maksud lo, gue gak boleh kesini?"

Cantika Amora_kakak perempuan Amira

Gadis berambut ikal itu mengambil duduk di samping Jefry. "Lo pasti kaget, tiba-tiba Mora nikah. Iyakan?" Cantika melihat adiknya yang sedang menjalankan akad nikah. "gimana gak kaget? Lo liat aja umurnya. Tujuh belas tahun udah nikah??" Jefry menggeleng tidak percaya. Sama halnya dengan Cantika. Gadis itu tersenyum tipis seraya membernarkan cincin di jari manisnya. "Gak usah kaget, ini udah jadi salah satu tradisi keluarga kita."

Jefry menatap Cantika dengan serius. "Maksudnya??"

"Gue juga sama seperti Mora. Malahan umur gue jauh lebih muda. Dulu gue dipaksa nikah sama orang yang gak gue kenal sama sekali. Mungkin waktu itu umur gue baru enam belas?" Seutas senyuman Cantika perlihatkan.

"Tapi, gue gak nyesel sama sekali. Sekarang gue hidup bahagia sama suami kesayangan. Walau dulu, kita sering bertengkar karena hal sepele. Dan gue juga yakin, pasti Mora akan bahagia. Sama halnya dengan gue." Lanjutnya.

"Nasib orang beda, Can. Mungkin saat ini lo bahagia karena perjodohan aneh itu. Tapi lo juga gak boleh biarin, perjodohan aneh ini lanjut ke generasi kalian. Dan juga, belum tentu nasib Mora sama kayak lo. Ending seseorang itu berbeda." Balasnya.

"Lo bener Jef, ending seseorang itu berbeda."

*****

Satrio memejamkan matanya kuat. Keringat dingin mulai keluar dari keningnya. Dadanya mulai sesak. Nafasnya mulai memburu. Kepalanya mulai terasa berat.

Satrio mencengkram kuat tangan sofa yang dia duduki saat ini. Pikiran nya mulai kalang kabut. "SIAL!!!" Satrio meremas kuat-kuat.

"SETELAH APA YANG GUE LAKUIN, KENAPA LO GINI, RA??!!" Satrio terperanjat dari tempat duduknya. Cowok itu melempar botol minuman kaca didepannya. Hingga pecah berkeping-keping.

"GUE KURANG SAYANG APA KE LO??!!" Satrio mengacak-acak rambutnya seperti orang gila. "Perjuangan gue belum cukup, Raaa??" Ujung mata kanan Satrio kini mulai berair. "Secepat ini lo lupain gue..?"

"PENGECUT LO, RA!!" Satrio menendang meja kaca yang ada didepannya hingga terbalik dan pecah. Emosinya mulai sulit terkendali. Cowok 18 tahun itu benar-benar sangat emosional.

Satrio menegakkan tubuhnya. Mengusap kasar air matanya. Cowok itu tersenyum miring. "Liat pembalasan gue," Gumamnya yang terlihat seram.

..

Juna tengah duduk lesu di dalam kamarnya. Cowok itu terus melihat arah jarum jam. Dengan buku-buku tertumpuk di meja belajar nya. Sesekali ia menghela nafas panjang.

Pandangannya mulai teralihkan kesini lain sudut ruangan. Juna memejamkan matanya sebentar. Menghirup udara yang masuk lewat lubang hidung nya. Dia merasa sesansi ketenangan. "Lo masih jadi pengecut?" Juna membuka matanya pelan. Cowok itu melihat cermin di samping kanannya. "Juna pengecut!" Maki dirinya sendiri.

Entah ini perasaan nya atau hanya khayalan nya sendiri. Cowok itu melihat dirinya yang ada di cermin yang sedang berbicara dengan nya saat ini. Juna mulai kebingungan sendiri. "Ayo Jun, jangan jadi pengecut. Yakin lo mau disini aja?" Dirinya kembali bertanya. "Gue bukan pengecut!!" Pertegas Juna. "Haha, pengecut tetap pengecut. Juna memang pengecut!"

"Gue bukan pengecut!!!"

"Yakin?" Juna tersenyum miring melihat dirinya. "maksud lo??!!"

"Juna pengecut. Pengecut. Pengecut! Pengecut!"

Suara itu terdengar sangat jelas ditelinga nya. Juna menutup kedua telinganya. Ia memejamkan kuat matanya. "GUE BUKAN PENGECUT!!!" Teriaknya. Melemparkan sebuah bingkai foto ke lantai. "GUE BUKAN PENGECUT!! GUE BUKAN PENGECUT!!" Dia mengulangi kata-kata nya beberapa kali.

*******

Malam itu tepat berdirinya Inti Tujuh yang ke-5 tahun. Saat itu seluruh anggota Inti sedang mengadakan pesta di markas mereka. Juna dan Satrio sedang membantu Dika untuk mengurus lampu-lampu. Sementara San dan Jefry tengah menyiapkan makanan. Mereka sama-sama saling membantu. Namun berbeda-beda dengan Hesyam yang sibuk dengan ponselnya.

Entah apa yang cowok itu bicarakan di ponsel. Hingga ia lupa dengan acara spesial ini. Dika yang melihat ke santaian Hesyam, melempar wajah cowok itu menggunakan lap dari keringat nya. "TEPAT SASARAN!" Seru Dika disertai gelak tawanya. "BANGKEE!!" Hesyam melepas lap yang ada di wajahnya. Cowok itu sontak berdiri tegak. "SINI LO!!" Serunya yang mulai mengejar Dika.

Seluruh anggota Inti menggeleng heran. Seperti biasa, itu kebiasaan mereka. Setelah tom and jerry, Dika dan Satrio kini munculah tom ke dua.

"SAT!!" Teriak seseorang dari luar. Seorang gadis dengan rambut berjedai coklat keemasan menghampiri Satrio dengan tawa bahagia nya. Ya. Amira atau yang kerap dipanggil Mora.

"Nih buat lo." Amira memberikan Satrio sebuah paper bag kecil. "ap--"

"Jangan tanya gue, Mak lampir yang nyuruh" Amira memotong cepat kata-kata Satrio. Padahal cowok itu belum ada berbicara satu kata. "thanks" balasnya dengan senyum manisnya. Satrio mengusap puncak kepala Amira dengan lembut. "Hoek!" Gumoh Juna, cowok itu begitu membenci bau-bau keromantisan. Juna langsung mengalihkan pandangannya dan pergi dari sekitaran mereka berdua.

"Alergi gue," Gumamnya yang mulai merinding sendiri. "Setelah ini kita makan malam bareng ya?" Amira tersenyum imut. Ini lah hal yang seluruh anggota inti ingin gumoh berjamaah. "Iya, momo" jawab Satrio yang kembali menepuk-nepuk puncak kepala gadis itu. "Guys bubar guys!! Pulang kerumah teros bobok di kamar, scroll tiktok!" Seru Dika

"Yok pulang!" Imbuh San

"Ngitung duit dulu gak sih?" Sambung Jefry yang tengah sibuk menghitung uang di dalam dompet nya. Agak laen emang cowok itu. Baginya uang adalah kekasih sejati nya.

"Jef, bagi-bagi!," seru Juna yang mulai mengambil duduk di samping Jefry.














SORRY FOR TYPO



300+

7 KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang