05. Rasa sakit

395 58 0
                                    

Jangan lupa
follow akun ig
@sjnaa_je
@junrfdra
@hehesyam
@revaltamvan
@cakalo_sat
@brryan.ojefry
@immanu_elsan
@akaa_rakaaa
@7inti.gang










°Happy reading°~°

Jalanan yang kini telah menjadi sepi membuat Juna dan Satrio leluasa mengendarai motor mereka dengan kecepatan tinggi. Cowok berjaket hitam dan biru itu saling menyalip satu sama lain. Saat ini Juna yang memimpin di depan. Satrio masih terus mengejar Juna. Dia berusaha menyeimbangi kecepatan Juna bahkan dia ingin melebihi nya.

"Kalahin gue!!!" Seru Juna dari balik helm-nya. Satrio tersenyum miring. "oke!!!!" Balas nya mulai menambah kecepatan.

"Gue mau balapan." Ujar Satrio yang cukup menyakinkan. Juna terus menatap Satrio. "Kenapa tiba-tiba lo pengen balapan?" Tanya Juna memastikan.

"Gue pengen tau, seberapa kuat gue." Satrio mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Tapi, kita gak ada jadwal balapan."

"Gue mau, Lo yang jadi rivalnya"

"Gue??"

Kini kecepatan mereka sama-sama imbang. Giliran Satrio yang memimpin sekarang. "Kalau gini terus gue bisa kalah" gumam Juna semakin menambah kecepatan nya.

Juna tiba-tiba teringat ucapan Satrio tadi.

Satrio menatap tajam mata Juna. Cowok itu menatap ketua seperti musuhnya. "Kenapa lo masih egois?" Gumam Satrio. Nafas memburu. "Kapan gue egois?"

"Kapan?" Satrio tersenyum miring. "Lo punya perasaan ke Amira kan?"

Juna membulatkan matanya sempurna. "Maksud lo apa?!" Juna mulai terpancing emosi. Seperti biasa cowok itu tidak bisa mengendalikan emosinya sama sekali. "Gue tau semuanya. Bilang ke gue, lo suka kan?" Satrio tersenyum miring lagi.

"Lo gila?? Amira pacar lo! Mana bisa gue suka pacar orang!!"

"Bohong. Lo pikir gue buta?? Kemarin gue liat pake mata kepala gue sendiri. Lo meluk Amira!!"

Perdebatan mulai terjadi di antara mereka berdua. Juna terus menyakinkan bahwa dia dan gadis itu tidak ada hubungan sama sekali. Dan yang dia lihat hanya sebuah kesalahan pahaman saja.

"Gue gak tau maksud lo apa, sat. Yang jelas, gue gak da hubungan sama sekali. Justru gue benci." Juna kembali menyalip kendaraan Satrio.

Setelah beberapa saat menempuh perjalanan dengan cara kebut-kebutan. Juna akhirnya berhenti menepi. "Kenapa berhenti?" Tanya Satrio menjejerkan motornya dengan milik Juna. "Lo yang menang!" Seru Juna dari balik helm-nya.

Juna membuat Satrio berfikir lama. "Tapi lo yang mimpin!" Balasnya. "Gak, lo yang menang." Juna mempersisikukuh ucapannya. "Jangan karena permintaan gue tadi, Lo jadi kasihan ke gue."

Juna tersenyum dari balik helm-nya. "Kita pulang." Finalnya

Juna melaju dulu. Satrio masih tidak paham dengan kata Juna. Padahal jelas-jelas dia yang memimpin balapan.

Pukul 01.08

Satrio terpejam sebentar. Cowok itu mulai tenggelam dalam pikirannya. Malam sudah mau berganti pagi.

Kedua mata yang awalnya terpejam kini terbuka lebar. Satrio mengeram pelan. "Sakit..." Rintih nya menahan sakit di dadanya. Cowok itu mulai berjalan menuju kamarnya dengan sempoyongan. "ma!" Panggil nya meminta bantuan. "Mama..!!"

"Sial." Decak nya sebal.
Satrio menahan nafasnya sebentar. "Masih sakit..!!" Satrio terus mengeram kesakitan. Tidak ada orang dirumah saat ini. Cowok itu kebingungan harus berbuat apa. Ia merogoh saku celananya.

Pak ketua

"Jun... t-tolongin gue..!" Lirihnya

"Lo kenapa sat?!!" Suara panik terdengar jelas.

"S-sakit..!Jun..!!" Lirihnya lagi

"Tunggu gue!!"

Juna memarkirkan kendaraan tepat didepan rumah Satrio. Juna turun dari motor dengan buru-buru. Cowok itu menekan bel beberapa kali. "Sialan!"

"SAT! BUKA PINTUNYA!!" Juna menggedor-gedor pintu rumah milik Satrio. "SAT!!"

Juna terpaksa harus mendobrak pintu rumah milik Satrio. Cowok itu segera berlari ke dalam rumah. Dia melihat seisi rumah yang begitu berantakan. "SAT! LO DIMANA?!!" panggil nya. Juna mulai naik keatas. Dia mencari Satrio kemana-mana. Dalam kamarnya sama, tidak ada. Cowok itu kembali turun kebawah. Dia tidak sadar jika di bawah anak tangga ada Satrio yang sedang pingsan. Sebelum pada akhirnya dia tersadar.

"SAT!!!!" Serunya yang berlari menghampiri Satrio. Bau anyir di hidung Satrio membuat Juna merasa pusing sebentar. "Sial! Gue gak bisa kalau gini!" Umpat nya.

"Ambilin obat gue..." Lirih Satrio membuka matanya pelan. "Dimana??"

Satrio menujuk arah kamarnya dengan tangan bergetar. Juna yang paham langsung naik keatas. "Lo kenapa bisa gini, sat?" Gumam Juna yang tanpa sadar meneteskan air mata.

Juna menidurkan Satrio di dalam kamarnya. Cowok itu terus memandangi Satrio tanpa lelah. Wajah yang mulai pucat dan bibir membiru membuat Juna semakin khawatir. "Yakin lo gak mau ke dokter?" Tawar Juna sekali lagi. Satrio tersenyum tipis. "Gak perlu" ucapnya dengan kekehan ringannya. Juna menghela nafas berat. Mau bagaimana lagi, ini keputusan nya. "Yakin?"

Satrio mengangguk pelan. "Kalau di rasa masih sakit, bilang ke gue. Jangan diem aja. Kita keluarga."

*******

Dika menunggingkan pantatnya untuk mengejek San yang kalah dalam permainan kartu dengan nya. "SETAN LO DIK!!!" Maki San dengan wajah memerah padam.

Tanpa lama-lama San membalas Dika dengan pukulan mautnya. "RASAIN!!" seru San tertawa puas melihat Dika kesakitan. "HARTA GUE!!!" Pekik Dika. Merasakan sakit di bagian sensitifnya. Cowok itu terus mengeram kesakitan "RASAIN TUH!!!" Seru San tertawa puas.

Satrio yang duduk manis hanya memperhatikan mereka saja dari kejauhan. "BANG SAT!!!" Teriak Raka dari kejauhan. Cowok itu berlari terbirit-birit menuju arah Satrio. "Bang! Bang!! Gue punya berita penting!!!!!"

"MORA MAU NIKAH!!!"

Deg

Satrio terperanjat kaget. Yang dia dengar ini nyata? Matanya membulat sempurna. "Jangan bercanda. Gak lucu." Satrio berusaha untuk tidak percaya. "Beneran!!! Gue gak bohong!! Nih liat buktinya!!" Raka mengeluarkan sebuah surat dari saku jaketnya.

Satrio membaca isi undangan itu. Wajahnya cowok itu mulai merah api. Ia meremas surat undangan itu kuat-kuat. "Keknya gue salah kasih berita" gumam Raka yang mulai takut.

Satrio berjalan ke luar markas dengan nafas memburu. Raka melihat sebentar ke arah keluar. "Goblok, kenapa gue kasih tau sih?" Umpatnya.
















SORRY FOR TYPO




170+

7 KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang