Chapter 12

494 43 3
                                    

Vote and comment :)💕


"Dendamku akan segera terbalaskan!" Ujar Hinata, pandangan matanya yang lembut berubah menjadi tatapan api dendam yang membara.








Flashback :-

Di sebuah kafe yang tidak begitu ramai pengunjung, namun lampu-lampu yang dipasang mewujudkan nuansa yang cukup dibilang romantis.

Duduknya seorang wanita di sebuah meja yang tempatnya cukup menjadi pilihan, posisinya benar-benar bersebelahan jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota yang indah pada waktu malam.

Tiba-tiba beberapa derap langkah sepatu kulit kedengaran mendekati ke arah meja, tepatnya ke arah meja wanita dengan surai warna purple kebiruan, dengan poni tebal menutupi dahinya.

Gaun berwarna purple yang dipakai cukup menyerlahkan kecantikan pada sosok wanita itu. Wanita itu tersenyum manis ke arah sosok yang baru sampai.

"Maaf Hinata-chan kerna telat. Ada beberapa appointment penting di Sunagakure city tadi." Ujar pria itu, pria dengan mata biru saphire dengan kumis di pipi.

Hinata tersenyum. Meskipun Menma telat, namun dia rela menunggu demi bertemu dengan pria yang diam-diam berada di hatinya itu.

"Tidak mengapa..kamu tidak terlalu telat kok." Senyum Hinata terus mekar di bibir, dan jika dilihat dengan benar, pipinya merona kemerahan.

Menma, pria yang dinanti oleh wanita itu mengukir senyum, lega. Namun tidak sedikit dia peka dengan kondisi wanita di hadapannya ini, dan terus membuka bicara.

"Sebenarnya, aku hanya mahu katakan sesuatu yang penting denganmu, Hinata-chan. Jadi mungkin lebih baik aku straight to the point saja." Menma menarik nafasnya sebelum melanjutkan perbicaraan yang berubah ke arah lebih serius.

"Hm? Kamu tidak mahu pesan minuman atau makanan dulu?" Kata Hinata sedikit bingung.

Menma menghela nafasnya. "Sebenarnya itu tidak penting. Apa yang aku ingin katakan ini lebih penting. Hinata, ini tentang pertunangan kita. Aku tahu kau juga terpaksa seperti ku." Menma merenung ke arah Hinata yang otomatis tersentak.

"Terpaksa?" batin Hinata yang cukup merasakan pukulan kekecewaan memenuhi hatinya. Meskipun Hinata cuba untuk tersenyum, meskipun miris.

"Aku tidak..umm..kenapa kamu bilang begitu? Bukankah keluargamu sendiri yang melamar ku?" Hinata mahukan kepastian dari Menma.

Menma menghela nafas lagi, lalu menatap Hinata intens dan serius. "Aku terpaksa Hinata.. pertunangan kita ini tiada dasar cinta. Maka dari itu, aku mahu kita putus tunang."

Deg!

Hinata semakin sakit mendengarnya,hatinya sungguh hancur.Harapannya punah dan runtuh.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba? kamu sendiri bilang padaku, cinta bisa tumbuh dalam pernikahan. Kenapa?!" Hinata frustasi. Bahkan Menma dibuat kaget dengan sikap Hinata yang berawal polos dan lembut, berubah dingin serta merta apabila dia mengatakan keinginan untuk memutuskan pertunangan mereka.

"Kau tidak boleh putuskan seenaknya! Beritahu aku kenapa tiba-tiba kau berubah fikiran?" Hinata bahkan berani menghentak meja sehingga beberapa pengunjung menatap mereka.

Air matanya mengalir menitis. Mata Menma terbeliak melihat Hinata menangis namun wanita itu tersenyum. Tetapi bukan senyum biasa, tetapi senyum psiko.

Menma tetap cuba mempertahankan keputusannya. "Aku mencintai orang lain." Ujar Menma.

Deg!

Hati Hinata kembali terguris apabila mendengar ucapan lepas dari Menma itu. "Aku mencintai orang lain." Sudah cukup buat dunianya gelap seketika untuknya.

"Menma! Jangan pergi!" Hinata bangun, dengan air matanya yang terus mengalir, dia terisak ditinggalkan oleh Menma di kafe itu.


....



"Maaf nona Hinata tapi Tuan Menma sedang sibuk." Ujar pegawai perusahaan itu dengan hormat. Hinata menghela nafas. Sejak malam itu, Menma tidak dapat dihubungi bahkan pria itu menghindar darinya.

"Sakura!"

Hinata menoleh, mendengar suara Menma dari kejauhan. Namun, saat dia menghampiri, dari kejauhan, dia melihat Menma tersenyum kepada wanita dengan surai pink itu.

"Itukan Sakura-chan? Menma tidak pernah tersenyum begitu dengan sesiapa pun bahkan aku, tapi kenapa dengan Sakura-chan dia tersenyum seperti itu.." Batin Hinata penuh rasa cemburu dan sakit hati.


"Apa kurangnya aku.." Hinata merenung ke lantai, dan seketika pandangan berubah tajam.


"Kau telah merampas kebahagiaanku.. Sakura-chan." tangannya digenggam erat.







:-End flashback










"Di mana anak kecil itu? apa benar dia keturunan Uchiha?" Ujar Danzo ke arah Hiashi.

"Benar Tuan Danzo. Test Dna telah mengesahkan bahawa anak itu adalah anak Izuna Uchiha dan Haruno Sakura." Ujar Hiashi.

"Hm..anak itu kunci kepada kejayaan kita Hiashi. Dengan anak itu, Klan Uzumaki dan Uchiha dapat kita lumpuhkan dari Jepang." Ujar Danzo dengan penuh bangga.


"Ya.. kedua klan ini kita akan tunduk dibawah kekuasaan klan Shimura dan Klan Hyuuga!" Danzo dan Hiashi saling tersenyum antara satu sama lain, berjabat tangan.












Mobil itu dipandu laju oleh Sasuke. Jangan khuatir, Sasuke pemegang rekod dunia dengan kehandalannya membawa mobil sport terbaik di dunia bahkan pernah rekod juara. Namun, Jugo sedikit memegang kuat di tempat duduknya kerana tidak tahan dengan kelajuan itu.


"Aku yakin, Danzo sialan itu disebalik semua ini!" Ujar Sasuke kepada Jugo yang masih bertahan di tempat duduknya.

"I-iya Lord Sasuke..bawa yang perlahan-lahan saja.." Jugo memujuk Sasuke namun pria itu bahkan memecut laju.

"Aku akan membunuhmu Danzo..bersama segala sekutu keparatmu itu!" Mata Sasuke memerah.

Jugo kaget, jarang-jarang Sasuke akan mengeluarkan kuasa sebenarnya seperti sekarang. Nampaknya, kebangkitan Uchiha telah hampir.


"Aku bisa merasakan Daisuke.." batin Sasuke, saat darah Uchiha yang mengalir di tubuhnya sedikit menyengat listrik merasakan getaran aneh dari sesuatu tempat.



















To be continued:-

Helo minna-san!

Kayaknya sepi banget ya? Hmm..gapapa, akan ku update sehingga tamat juga kok hehe.😊✨

Jangan lupa tinggalkan jejak ya semuaa.

Saranghaeyo💗











Mama and the Mafia Boss!(Sasusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang