- 25

488 85 49
                                    

Aku memandang pada kalender. Hari ini tanggal tiga belas februari, satu hari sebelum dunia merayakan valentine dengan banyak cara.

"Aku berangkat dulu, ya?" Taufan pamit pergi. Katanya, Taufan punya urusan di luar kota. Aku tidak tahu kenapa dia pergi saat aku mengharapkannya stay di rumah. Siapa tahu dia mau menyerahkan sejumlah coklat atau apapun itu. Ya ampun. Kalau diingat lagi, aku amat menyukai coklat. Selama dua tahun aku menikah, aku belum dapat satu pun coklat dari Taufan. Entahlah. Kasih sayangnya mengalir deras, aku tak perlu meragukannya, tapi aku juga ingin diperlakukan romantis.

Aku ingin bilang padanya, setidaknya sebelum pergi meninggalkan istri, dia sebaiknya menjajani aku kado valentine; anggap saja, itu bentuk kepeduliannya terhadap aku. Mulutku hendak bicara, mengangkat keinginanku secara lisan dengan gagasan gila itu, tapi lidahku rasanya seperti disetrum puluhan volt listrik sehingga kalimatku tertahan di kerongkongan. Kukira kenapa, tahunya gengsi.

Aku cuma duduk sambil menekukkan lutut di ambang jendela yang dibuat berdiameter hampir sebesar pintu ganda. Aku duduk di sini sambil menyaksikan rembulan bersolek di cakrawala, memantulkan kemilaunya pada permukaan kolam ikan koi di beranda, melingkupi sudut-sudut gelap halaman rumah dengan gebyar pendar warna biru gelap. Malam ini, lampu jalanan di komplek dinyalakan, dan akibatnya, warna kuning keperakkan menguasai sebagian daerah trotoar. Dari jauh, pengaturan cahayanya menyilaukan sekali, hampir mirip spirit orbs dalam bohlam berglanduler aneh berupa kerajinan tembaga. Makanya aku betah memandangi malam, mengapresiasinya diam-diam, meskipun mulutku terkatup—tapi tatapanku menyanjung-nyanjung.

Daerah rumah ini berada di dataran tinggi. Nama perumahannya saja dibelakangi oleh kata 'Hills'. Konsepnya, mau mencontoh pemukiman orang kaya di California, namanya 'Beverly Hills'. Oleh karenanya, aku jadi bisa melihat city light dari atas sini. Sekumpulan cahaya-cahaya mentereng di bawah situ amat memanjakan indera, merelaksasikan tubuhku dengan hormon kebahagiaan.

Bangunan seperti Greystone Mansion & Garden, The Doheny Estate terlihat sebagai bangunan tua berbahan baku bata dengan muncung menara yang tinggi dari atas sini. Bangunan tua itu katanya bekas peninggalan jajahan Inggris, dibiarkan melapuk begitu, dan pemerintah melarang siapapun untuk merenovasinya, katanya agar cagar budaya tetap terjaga eksistensinya. Meskipun pihak developer telah mengakuisisi, mereka tak bisa mengubah struktur bangunannya. Pada akhirnya, alih-alih dibongkar atau dijadikan katakomba seram, orang developer menyulapnya sebagai museum seni.

Aku terpaku melihat pada bangunan serupa The Doheny Estate itu selam berjam-jam, sambil merenungkan nasibku. Aku diburu oleh psikopat, bukan? Walaupun Kaizo bilang dia telah menyebar personil kepolisian di pos jaga setiap tatar perumahan, aku tetap was-was sepanjang waktu. Berada dalam teror, dengan isi otak seperti kapal pecah, amat menyiksa batinku.

Dan kini, salah satu peganganku agar aku tetap berdiri, Taufan, dia malah ingin pergi.

"Aku perlu menyelesaikan masalah yang dibuat oleh kantor cabang." Taufan melihat betapa tak relanya aku melepaskan kehadirannya. Bibirku cemberut, mukaku masam, dan aku menolak menatapnya. Aku hanya membancangkan pandang pada dinding, melamun, tak menggubris sama sekali.

Antara percaya atau tidak, Taufan mengeluarkan sesuatu dari punggungnya. Dia menghadiahkan aku buket bunga yang dibuat dari coklat-coklat.

Lemak alami pada tumbuhan kakao itu terbungkus dalam berbagai bentuk. Dan sebagian besar coklatnya diselimuti oleh kertas minyak warna gold, bak Yordania Almond dalam balutan marzipan dan adas manis melimpah. Namun, ada coklat batangan berbentuk spiral yang telanjang, dia berperan sebagai putik pada buket bunga coklatnya. Aku terperangah. Tanganku memetik pucuk putik bunganya, dan memakannya. Aku merasakan hazelnut hancur di antara gigi-gigi gerahamku. Gianduja. Manis dan padat.

Taufan x Reader | You Can Call Me AbangWhere stories live. Discover now