58 35 7
                                    

Hari yang sangat dinanti oleh Orangtua Bintang akhirnya tiba. Ya, hari ini adalah masuknya Bintang ke Pondok Pesantren.

"Bunda sama Ayah pamit dulu, ya. Jangan nakal disini," Ucap Sarah.

"Iya, Bunda santai aja," jawab Bintang tersenyum sembari mengangkat kedua alisnya.

Saat ini Bintang hendak menggendong Gadis kecil bernama Floren Bumishafa yang mana Dia adalah Adiknya Bintang.

"Nanti kamu kalo udah gede harus mondok juga ya, biar jadi Ustadzah." ujar Bintang kepada Floren.

"Cita-citaku pengen jadi Dokter!"

"Kan bisa jadi Dokter yang nanganin Pasiennya sambil Ceramah," respon Bintang sedikit tertawa kecil.

"Gak mau deh, Cape. Harus belajar terus," jawab Floren.

"Iya-iya, Aa tau kamu males belajar." pungkas Bintang.

Wildan dan Sarah tidak bisa lama-lama berdiam di Pondok, karena batas kunjungan antar Orangtua dan Santri sudah habis, Mereka berdua memeluk Bintang dengan erat sembari mengucapkan sepatah-duapatah kata kepada Bintang, Sesudahnya langsung memasuki Mobil dan saatnya Bintang menetap di Pondok Pesantren Madinatul Qur'an.

"Waalaikumsalam, Hati-hati Ayah, Bunda, Ade!" Teriak Bintang Ozora Graska sembari melambaikan tangan.

---

Sudah pukul 18:00 WIB saatnya Melaksanakan Sholat Maghrib
berjamaah.
Setelah Sholat Maghrib, Bintang yang tengah duduk sendiri ditaman dekat Pondok, Dihampiri oleh empat Laki-laki yang tiada lain adalah Beberapa kakak kelas dan teman seusianya, kebetulan mereka se Asrama juga.

"Assalamualaikum" ucap Salah satu laki-laki di antara mereka. Sontak teman-temannya yang lain pun tertawa.

"Lah, Zal? Gak salah gitu Lo ngucap Salam?" tanya Ali kepada Rizal.

"Udah Lo diem aja, Pencitraan dulu,"
"Eh kenalin, Gue Rizal." sambungnya seraya menepuk Pundak Bintang.

Bintang yang saat itu kebingungan karena sikap mereka yang menurutnya "Freak", Akhirnya membalas sapaan Rizal, "Gue bintang" ucapnya.

"Hah? Bintang? Tuh sekarang di atas Langit banyak kembaran Lo Bin." ejek Rizal kepada Bintang.

Bintang yang sudah terbiasa dengan ejekan itu, hanya elevator dan menoleh ke Wajah Rizal dengan muka juteknya.

Salah satu dari mereka disana kembali membuka percakapan dengan Bintang.
"Maafin si Rizal ya, Dia mah emang nyebelin orangnya, beda banget sama Saya, kalo Saya mah ngangenin hehe,"

Mendengar kalimat itu, Bintang mengerutkan Dahinya.

"Kenalin juga, Saya Ali. Nah, ini si Galang (Seraya menunjuk ke Arah Galang) terus itu terakhir namanya Hafiz (Dengan Gaya menunjuk seperti tadi)."

"Salam kenal, Bin." ucap Hafiz.

"Salam persaudaraan!" Dibarengi suara Galang. Bintang hanya membalas anggukan saja dengan muka polosnya.

"Semoga betah disini, Anggap kita Keluarga Lo Bin," tutur Rizal.

Mendengar perkataan itu Bintang tersenyum, Kemudian berkata "Siap!"

----

Di bandung, Khanya merasakan rindu yang teramat sangat kepada Bintang. Terlebih tadi pagi Bintang tidak memberinya kabar, padahal Khanya Sudah mengirim beberapa Bubble Chat kepada Bintang.

Khanya
abinn
brngkt mondok skrg ya?
harus semangat ya mondoknya.
abinn ayo dong online sbntr aja
kamu bener" udah lupain aku ya?

"Abin betah gak ya disana? Dia kangen aku gak, ya?"

"Gimana kalo dia punya cewek baru disana? Ah sudahlah."

"Aku adalah orang yang paling bahagia ketika tahu bahwa aku adalah satu-satunya perempuan yang kau mau."

---

Bintang yang sudah memejamkan mata sehingga menghadirkan gelap gulita didalam netranya, saat ini tengah berbaring dikasur dan hendak lelap dalam tidurnya.

Suasana asrama 09 yang ditempati oleh Bintang masih saja mengeluarkan suara bising yang tidak enak didengar oleh telinga, karena Bintang adalah tipe orang yang tidak bisa tidur jika ada suara sedikitpun.

Sekarang Bintang terbangun dan sedang duduk dikasurnya yang berada pada pojok asrama sembari menyenderkan punggungnya ke tembok, ia tampak memperhatikan Santri lain yang sedang berbincang dengan sangat keras, Bintang menatap mereka dengan tidak senang, berharap mereka paham apa yang Bintang rasakan.

Disatu sisi Rizal beserta teman-temannya memperhatikan Bintang dan sekejap saling tatap mata bersama ketiga Temannya itu seakan paham apa yang Bintang rasakan.
Mereka berempat pun datang menghampiri Bintang.

"Kenapa? disini udah biasa kalo berisik," ungkap Rizal.

Sontak Bintang sedikit kaget mendengar kalimat itu, terlebih ia baru menyadari bahwa saat ini ia tengah dikelilingi sekumpulan Pria yang baru tadi berkenalan dengannya di Taman.

"Dih, malah ngelamun." sambung Rizal.

"Gue gak suka tempat berisik, apalagi sekarang jam orang tidur."

Mendengar itu Rizal terkekeh, "Terus Lo mau gimana sekarang? Mau balik ke Rumah Lo?"

"Gue belum punya rumah," jawab Bintang sembari dengan tatapan kosong.

"Maksud gue.." belum beres Rizal menjelaskan maksud kalimatnya, tiba-tiba Bintang memotong kalimat itu.

"Bacot, Gue mau tidur." ucap Bintang seraya merebahkan dirinya dikasur dan menarik selimut hingga menutupi kepala hingga ujung kakinya.

Ketiga Pria itu menggelengkan kepalanya lalu kembali ke tempat tidurnya. Namun, ada satu pria yang masih duduk dikasur Bintang. Ia sedang mencoba membuka suara.

"Bin, Lo laper gak?" tanyanya kepada Bintang.

Bintang menarik sedikit selimutnya ke bawah, terlihat disana ada Galang yang tengah memandanginya.

"Gak." jawab Bintang serta menutup kembali mukanya dengan selimut.

"Yaudah, Gue cuma mau ngingetin, Lo harus bangun jam 3:00." tambah Galang.

Bintang tidak peduli dengan apa yang dikatakan Galang, yang jelas malam itu matanya sudah sangat mengantuk, ia bahkan tidak mendengarkan ucapan Galang.

⭐⭐⭐

to be continued

menerima kritik & saran

readers jangan lupa klik icon [⭐] usai membaca yaa

pls support , thank'u all 💋

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang