44 32 3
                                    

Setelah sekian lama Bintang berdiri, akhirnya ia pulang menuju asrama dan mengistirahatkan badannya sebentar.

Adzan Ashar pun tiba, Bintang yang sudah bersiap dengan pakaian Koko dan sarungnya saat ini pun hendak menuju ke mesjid untuk melaksanakan Ibadah Sholat Ashar.

Setalah beres sholat ashar, Bintang menuju Aula untuk mengaji disana bersama 4 sekawannya itu.

Masing-masing dari mereka membuka Kitab suci Al-Qur'an dan membacanya.
Usai melakukan aktivitas tersebut, terlihat para santri yang lain berlalu lalang pergi meninggalkan aula untuk kembali ke asrama.

"Diem dulu deh, disini. Enak udaranya seger," ujar Galang.

"Gaskeun, disini aja sampe Maghrib" Hafiz menerima ajakan.

Ali menggeleng, "Ah, dasar."

Mereka berlima menikmati pemandangan serta udara yang ada di aula, terkadang mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau disana, mereka terhanyut dalam obrolan itu hingga tak menyadari bahwa Adzan Maghrib mulai berkumandang.

Secara bersamaan mereka pergi ke tempat wudhu kemudian memasuki mesjid untuk melaksanakan kewajiban mereka.

Setelahnya beres sholat Maghrib, mereka mengaji sampai jam 21:00.

20:30

Tak ada kendala bagi Bintang, ia mengikuti pengajian dengan benar tanpa ulah apapun.

Dalam pikirannya, Rizal teringat sesuatu yang berkaitan dengan Bintang.

"Bin, buku hafalan hadist Lo mana?" Rizal bertanya dengan bola mata sibuk mencari buku itu.

Bintang langsung melihat sekeliling, mencari buku itu.

"Tadi lo liat gue bawa buku itu gak kesini?" tanya Bintang kebingungan dengan ekspresi panik di wajahnya.

"Nggak, mungkin ada kali di asrama,"

"Tapi gue gak ngerasa ada disana, Zal."

"Lo cek aja dulu, tapi nanti pas beres ngaji"

"Lo gila? gue harus setor hafalan paling lambat itu setelah ngaji" tutur Bintang emosi.

"Mau gimana lagi, Bin? sekarang kan masih ngaji, lagian Lo udah hafal belum?"

Bintang menggelengkan kepala, "Gue bahkan lupa, sial,"

Rizal terkejut, "Bener-bener Lo, ya,"

"Gue mau nyari ke asrama sekarang," pungkas Bintang seraya meninggalkan Rizal.

---

"Duh, gue simpen dimana ya tadi? mana gue udah ngantuk lagi" ucap Bintang pelan.

Sudah lama ia mengobrak-abrik kasurnya dan mencari buku itu ke lacinya, namun ternyata buku itu tak ia temukan sampai sekarang.

Bintang memukul dinding menggunakan tangannya dengan sangat keras, tak lama ia teringat bahwa ada seorang perempuan mempunyai buku yang sama seperti dirinya.

"Cewe itu.." batinnya sadar.

Bintang tak kembali ke aula, ia menunggu empat temannya di asrama saja, sembari mengistirahatkan tubuhnya walaupun tak lama.

Dalam beberapa menit kemudian, ke empat pria itu datang. Bintang memberitahu Rizal bahwa bukunya Hilang.

Rizal ikut gelisah, karena ia sudah tau bagaimana watak Ridwan.

"Sayangnya gue gak punya buku kayak gitu, Bin."

Bintang merenung dan hendak mengungkapkan sarannya walaupun sedikit konyol.

"Gue liat tadi ada cewek bawa buku yang sama persis sesuai dengan apa yang Ustadz Ridwan kasih,"

"Serius Lo, siapa?"

"Gue gak kenal dia, tapi pas gue anter Lo ke kelas santri putri, gue liat cewek itu sambil duduk bawa buku yang sama." Bintang menjelaskan.

Keempat laki-laki itu memikirkan siapa perempuan yang dimaksud oleh Bintang.

"Anaknya Ustadz Ridwan kali, secara kan disini yang punya buku kayak gitu cuma Ustadz Ridwan." Galang bersuara.

Rizal mengerti apa yang telah disampaikan oleh Galang, "Berarti Rumaisya?"

"Siapa?" Bintang ingin Rizal mengulang nama tersebut.

"Rumaisya"

Mendengar nama itu, Bintang mengingat kembali kejadian tadi siang, yang mana ia memperhatikan perempuan itu dengan seksama tanpa berpaling darinya.

Ia mencoba memfokuskan diri kembali untuk mencari cara bagaimana ia bisa menemukan buku itu.

"Lo kenal sama dia?" tanya Bintang penasaran.

"Kenal," Rizal menjawab.

"Nah, coba Lo pinjem buku itu ke dia" pinta Bintang enteng tanpa memikirkan resiko.

"Jangan macem-macem Lo sama dia, dia anak ustadz/Kyai loh yang punya pondok ini,"

"Yang mau macem-macem siapa?" ungkap Bintang seraya mengajak Galang, "Ayo Lang, anterin gue buat minjem buku."

Galang menyetujui ajakannya, hingga mereka berdua akhirnya benar-benar nekat menemui Rumaisya untuk meminjam buku tersebut.

"Semoga selamat." harapan Rizal yang ia lontarkan kepada Bintang.

"Lo kira mau perang?!" respon Bintang kesal.

⭐⭐⭐

to be continued

menerima kritik & saran

readers tolong klik icon [⭐] usai membaca yaa

pls support , ingetin juga kalo ada typo yaa , thank'u all 💋

01.39

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang