34 18 10
                                    

Rumaisya datang ke ruang tamu bersama dengan kopi hitam yang ia bawa untuk disuguhkan kepada Bintang.

"Makasih, nak." ucapan terimakasih itu Ridwan lontarkan kepada Rumaisya.

"Silahkan diminum." suruh Ridwan kepada Bintang.

Bintang meneguk kopi itu, ia merasakan pahit sekali dalam lidahnya, "Cewek sialan, kopi macam apa ini, pait banget kayak idup."

Ridwan menyuruh Bintang untuk segera menyetorkan hafalannya itu, hingga akhirnya hafalan Bintang pun terselesaikan tanpa ada terbata-bata sedikit pun.

"Alhamdulillah sudah selesai, ya. Kalo boleh tau, kenapa kamu terlambat untuk menyetorkannya?"

"Dia pemalas, Abah."  Tiba-tiba kalimat itu terucap dari mulut Fazar, anak sulung dari Ridwan yang hendak ke ruang tamu.

Bintang menatapnya dengan sangat dalam tanpa ada rasa hormat kepadanya, lagipula mengapa ia harus menghormati orang seperti Fazar?

"Maksud kamu?" tanya Ridwan penasaran dengan kalimat yang Fazar ucapkan.

Fazar tak menghiraukan, ia bergegas masuk ke dalam kamarnya tanpa menjawab pertanyaan dari Ridwan.

"Kalo gitu, Saya pamit dulu, ya, Ustadz. Mohon maaf mengganggu waktu istirahatnya. Kalo perlu, Ustadz bisa kok hukum Saya setiap waktu agar Saya tidak membuang-buang waktu ke dalam hal yang tidak bermanfaat dan bermalas-malasan, Terimakasih." ucap Bintang seraya menyalami tangan Ridwan.

"Assalamu'alaikum." sambungnya sembari pergi dari rumah Ridwan.

"Wa'alaikumsalam"

Tak enak dengan sikap Bintang yang seperti itu yang mungkin karena ulah Fazar, juga penasaran dengan kalimat yang Fazar lontarkan tadi, Ridwan memanggil Fazar dan menyuruhnya duduk di sofa bersamanya.

"Maksud kamu tadi apa, Zai?"

"Emang bener, kok."

"Dengan maksud apa kamu bilang seperti tadi?"

"Abah liat aja nanti, lama kelamaan sikap asli dia bakalan muncul. Sekarang aja udah keliatan dia gak sopan begitu, gak punya attitude!" jelas Fazar dengan yakin.

"Kamu gak boleh menghakimi orang seperti itu, kita gak tau kebaikan apa yang udah dia lakuin. Mendingan kamu istighfar, minta maaf sama Allah." suruh Ridwan.

Fazar terlihat biasa saja mendengar ucapan itu, ia malah membuka whatsApp dan membalas pesan seseorang yang ada di sana.

KSA 💕
untuk jadwal les besok, jadwalnya jam berapa pak?

Agak siangan ya, sekitar jam 11.00, tunggu saya di rumah, jangan kemana-kemana.


---

Bintang memasuki Asrama dengan emosi yang tak terkontrol dalam dirinya, ia menutup pintu asrama dengan sangat kencang tanpa aba, hal itu membuat beberapa temannya kaget dan membuat dirinya menjadi sorotan para netra santri di asrama tersebut.

"Pelan-pelan, dong, Bin!" respon Hafiz dengan sangat ngegas.

Bintang tak acuh, ia duduk di kasurnya dengan lamunan yang ia buat.

Dengan melihat aksi Bintang yang seperti itu, reaksi ke empat temannya pun tampaknya kebingungan, dan bertanya-tanya apa yang terjadi kepada Bintang.

"Dari mana aja, Bin? jam segini baru balik" tanya Rizal yang berniat mencairkan suasana.

Lagi-lagi Bintang acuh, ia sama sekali tidak merespon Rizal.

Bintang keluar asrama dengan gaya seperti tadi, menutup pintu tanpa aba, menimbulkan suara kencang yang memekikkan telinga.

"Mau kemana, lu?!" tanya Rizal tanpa dijawab oleh Bintang.

Tampaknya sekarang Bintang menuju taman yang berada tepat di depan asrama nya itu, ia seorang diri yang diselimuti hembusan angin malam yang menyejukkan.

Bintang masih merenung, memikirkan apa maksud dari Fazar berbicara seperti tadi, terlebih ia merasa bahwa dirinya sama sekali tidak ada masalah dengan Fazar.

"Jadi Ayah rela ngebanding-bandingin pergaulan gue di sana sama Pondok yang isinya kayak gini? demi Pondok ini? yang mulut orang-orangnya gak bisa di kontrol kayak si Fazar tadi?"

"Jangan pernah menilai buku dari sampulnya." batin Bintang dengan membuat senyum licik diwajahnya seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Bintang tersadar, tak ada gunanya ia memikirkan hal yang tidak perlu ia pikirkan. Hal itu hanya akan membuat waktunya terbuang begitu saja.

Saat ini Bintang tengah menatap langit yang disertai bintang-bintang kecil disana, ia teringat dengan satu perempuan yang dulu sangat sering menatap langit dengannya tanpa jemu, ia merindukan hal itu, sangat rindu.

Anyaa.." mulutnya bersuara pelan.

Di tengah suaranya itu, Bintang juga mendengar suara perempuan yang mungkin akan menghampirinya saat ini.

"Bintang!" perempuan itu bersuara.

⭐⭐⭐

to be continued

readers jangan lupa klik icon [⭐] usai membaca yaa

pls support , thank'u all 💋

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang