Bintang dan Galang sudah sampai di asrama santri putri.
"Asrama yang mana?" tanya Bintang seraya menoleh Galang.
"Tuh, yang itu." tunjuk Galang ke salah satu asrama.
Tampaknya asrama sangat sepi, mungkin mereka sedang beristirahat, pikirnya.
Bintang memberanikan diri mengetuk pintu asrama itu tanpa aba dengan ditemani Galang disebelahnya.
Tok tok tok
Tampaknya keluar seorang perempuan yang mungkin adalah pengurus dari asrama tersebut.
"Rumaisya nya ada?" tanya Bintang membuka percakapan.
Perempuan itu mematung ditempat melihat Bintang dengan mata yang berbinar-binar.
"Ada, sebentar saya panggilkan dulu" seraya masuk ke dalam asrama.
Terlihat seorang perempuan yang berbeda keluar dari asrama, perempuan itu pernah Bintang temui ketika ia mengantar Rizal ke kelas Santri putri.
Bintang tertegun melihatnya, terlihat dari sorot matanya bahwa ia memandang perempuan tersebut dengan tatapan yang berbeda.
"Bin!" tegur Galang.
Bintang memudarkan pandangannya.
"Lo punya buku 101 HADIST Akhlak Mulia, kan?" Bintang bertanya kepada perempuan itu.
Tak ada jawaban darinya, ia hanya mengangguk.
"Gue dateng ke sini mau minjem buku itu," jelas Bintang to the point.
"Tapi aku belum selesai baca," perempuan itu akhirnya bersuara.
"Dan gue perlu buku itu," respon Bintang.
Melihat tatapan Bintang seperti itu, Rumaisya pergi ke dalam asrama untuk mengambil buku dan menyerahkannya kepada Bintang.
"Gue pinjem ya, besok juga udah gue balikin lagi,"
Lagi dan lagi Rumaisya hanya merespon dengan anggukan saja.
"Nama Lo siapa?" Bintang pura-pura tak tau.
"Rumaisya"
"Salam kenal, nama gue adalah salah satu benda yang ada di Langit." penuturan Bintang rumit.
"Bulan? ah, tapi gak mungkin, masa cowok namanya bulan, sih. Atau mungkin Awan?" batin Rumaisya berusaha menebak-nebak.
"Yaudah, gue mau balik ke asrama," pamit Bintang.
"Assalamua'laikum" serta Galang.
"Wa'aikumsalam."
Bintang dan Galang sudah meninggalkan Rumaisya, sementara Rumaisya masih memperhatikan mereka, masih terlihat olehnya punggung mereka berdua, terutama ia sangat memperhatikan Bintang walaupun dari kejauhan dan hanya sebatas punggungnya saja.
Rumaisya memasuki asrama dan ternyata sudah ada beberapa temannya yang kepo dengan siapa ia tadi berbincang-bincang.
"Cieee, siapa tuh?" Mawar antusias.
"Galang, sama temennya,"
Rumaisya sudah mengenal Galang, lantaran Galang menetap di pondok sudah jauh lebih lama dari pada Bintang."Temennya yang mana?"
"Kayaknya santri baru,"
"Kok dia berani banget dateng kesini?" penasaran Tania.
"Gak tau, deh."
"Tapi, ganteng gak?" Tania cengengesan.
"Gantengan Abah,"
"Iya lah sya, kan itu ayahmu, pahlawanmu juga."
Rumaisya mengangguk secara berulang dan menghembuskan nafasnya pelan.
---
"Zal, Lo harus liat ini!" Buku itu dilemparkan oleh Bintang ke sekempulan teman-temannya itu. Ia terlihat sangat excited bahwa apa yang ia lakukan telah berhasil.
Rizal kaget karena buku itu jatuh tepat didepannya.
"Bin! Ini bukan buku biasa, Loh," tegurnya.
"Ngikutin rasa takut Lo gak ada guna nya juga ya, Zal haha," pamrih Bintang dengan sumringah.
Rizal mengerutkan dahinya dengan melihat ke arah Galang dan menunjuk ke arah Bintang dengan menggunakan kepala "Dia kenapa?"
Galang menggeleng.
Bintang memperhatikan keduanya, tak lama segera ia membuka buku itu dan menghafalkannya secara ulang.
"Bangsat," Bintang mengumpat.
"Gue lupa" sambungnya."Makanya awali segala sesuatu itu dengan bismillah" ungkap Ali dengan nada meledek.
Bintang tak menghiraukannya, ia terus menghafal tanpa jeda.
Waktu terus berlalu, hingga akhirnya para teman se asrama nya sudah mulai tertidur.
"Gimana? udah hafal belum? kalo udah, gue anterin ke rumah Ustadz Ridwan," tanya Rizal dengan niat baiknya.
Perlu Bintang akui, saat ini ia hanya hafal beberapa hadist saja, belum mencapai target yang sudah ditugaskan kepadanya.
Bintang tak menjawab pertanyaan dari Rizal, ia hanya segera membaringkan tubuhnya di kasur dan menyimpan Buku itu di atas laci nya.
Tampaknya Bintang sudah mulai menutup matanya sekarang, Rizal yang melihat itu hanya mampu berbicara, "Gak habis pikir gue."
Bintang terusik, ia merasakan pegal pada kaki nya lantaran tadi siang berdiri dalam beberapa jam karena mendapati hukuman, tapi ternyata rasa kantuknya mengalahkan rasa pegalnya, ia pun terlelap tidur tanpa memikirkan hafalannya.
⭐⭐⭐
to be continued
readers tolong klik icon [⭐] usai membaca yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Romance"Pokoknya Abin gak mau nurutin apa kata Ayah!" Penolakan secara spontan itu dikeluarkan dari mulut Seorang anak laki-laki yang saat itu sedang mencari cara bagaimana supaya ia tidak menuruti kemauan Ayahandanya yang ingin memasukkan Dia ke dalam Jer...