Bintang saat ini sedang di dalam kelas, bangku disebelahnya ditempati oleh Galang, Galang seangkatan dengan Bintang, berbeda dengan Rizal, Ali dan Hafiz yang lebih tua satu tahun dengan Galang dan Bintang.
Terlihat seorang pemuda memasuki kelas, ia merupakan Anak dari Ridwan atau Kyai dari Pondok Pesantren Madinatul Qur'an yang bernama Fazar, ia juga yang menjadi Wali kelas Khotibul Umam yang tiada lain adalah julukan bagi kelas yang di tempati oleh Bintang.
Fazar menyuruh santri baru untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing agar mereka saling mengenal. Kegiatan itu berlangsung sampai sekarang hingga kini giliran Bintang pun akhirnya tiba.
Bintang melangkahkan kaki nya ke depan, tepat sekarang ia berdiri dihadapan banyak orang yang tengah memperhatikannya. Jujur saja, ia tidak merasa gugup atau malu, bahkan ia terlihat percaya diri tak lupa dengan muka juteknya itu.
"Kenalin, Gue Bintang.." kalimat itu terhenti ketika Bintang mendapati Galang yang hendak memberitahu bahwa ada satu kata yang ia lupa.
"Salamnya mana?!" gerak mulut Galang tanpa suara yang dipahami oleh Bintang.
"Oh" respon Bintang sembari memutar bola matanya malas, ia mengulang kembali kalimat yang hendak ia katakan.
"Assalamua'laikum" dijawab serentak oleh seisi kelas "Wa'alaikumsalam"
Tanpa jeda, Bintang mulai memperkenalkan diri.
"Kenalin, Gue Bintang. Hobi gue tidur, Harapan gue disini adalah semoga gue bisa cepet-cepet lulus dan pergi dari tempat ini." tuturnya datar tanpa ada kebohongan dalam kalimatnya.
Seisi kelas hening, menatap Bintang tak main-main.
Bintang menyadari itu, ia meralat kalimatnya.
"Eh, sorry. Maksud gue semoga gue bisa berteman baik dengan Lo semua disini." seraya melirik Fazar yang sedari tadi memperhatikannya tanpa ekspresi.Ia memberi gestur tubuh yang seolah-olah artinya "cukup?" yang di balas anggukan oleh Fazar.
---
Bel istirahat pun berbunyi, para santri berbondong-bondong pergi untuk makan siang, namun Bintang tak menghiraukannya, ia tetap dalam posisi duduknya sembari membaca buku yang bersampulkan tulisan “101 HADIST Akhlak Mulia“
Galang mengajaknya untuk mengantri makan, namun Bintang menolak.
"Duluan aja, Gue belum laper." tolaknya halus seraya Galang pergi meninggalkannya seorang diri di dalam kelas.
Bintang sangat fokus menghafal walaupun terkadang ia harus mengulangnya dari awal karena lupa.
Ia terus-menerus mengulang hafalannya itu, hingga ia menemukan bagian yang sulit untuk dihafal, Bintang pun berdecak sebal."Sialan. Pokoknya gue harus setor sehabis isya, yakali gue harus ngorbanin jam tidur gue demi hafalan ini." ungkapnya seraya memukul meja.
Tiba-tiba Rizal datang dan menghampiri Bintang.
"Heh, anterin gue, yuk." ajaknya kepada Bintang.
Bintang tak merespon, ia bahkan mengeraskan hafalannya dihadapan Rizal, seolah menganggap tak ada Rizal disana.
"Anterin gue, Bin!" ajaknya sekali lagi seraya memukul meja yang Bintang tempati.
Bintang menoleh malas, "Kemana?" tanyanya.
"Kelas Santri Putri" jawabnya singkat.
Bintang sangat enggan menerima ajakan Rizal, ia menyadari hal ini akan membuang-buang waktunya, terutama waktu yang ia gunakan untuk menghafal, ia bahkan baru saja hafal sebagain dari Hadist-hadist yang ia hafalkan itu.
"Males" lagi dan lagi Bintang menolak ajakan temannya.
"Gue perlu banget bantuan lo, Bin." Rizal memohon.
Bintang bangkit dari duduknya, ia pergi keluar kelasnya, tak lupa juga ia membawa buku yang berisikan Hadist itu.
"Nah gitu, dong." Rizal sumringah.
Mereka berdua hendak menuju kelas Santri Putri yang tidak jauh dari kelas yang Bintang tempati.
⭐⭐⭐
to be continued
menerima kritik & saran
readers tolong klik icon [⭐] usai membaca yaa
pls support , thank'u all 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG
Romansa"Pokoknya Abin gak mau nurutin apa kata Ayah!" Penolakan secara spontan itu dikeluarkan dari mulut Seorang anak laki-laki yang saat itu sedang mencari cara bagaimana supaya ia tidak menuruti kemauan Ayahandanya yang ingin memasukkan Dia ke dalam Jer...