48 34 2
                                    

"Assalamu'alaikum" ucap Rizal seraya memasuki Aula.
"Maaf telat ustadz," sambungnya sembari menyalami tangan Ridwan yang tiada lain adalah Kyai dari Ponpes Madinatul Qur'an.

Rizal langsung menghampiri beberapa teman-temannya yang lain, ia duduk bersebelahan dengan mereka dengan memfokuskan dirinya untuk mendengarkan tausiyah dari Ridwan mengenai tema Kesabaran.

"Sabar itu ada banyak, contohnya adalah sabar untuk tetap rajin, tekun dalam ketaatan kepada Allah. Lalu, ada juga sabar ketika diberi ujian atau kesulitan, dan ada juga nih kita harus sabar ketika diberi teman yang agak melenceng, jikalau Dia salah, maka kita harus bimbing ke jalan yang benar, dan begitu pun sebaliknya."  Tutur Ridwan dalam tausiyahnya.

Rizal yang mendengar tausiyah Ridwan  "Kita harus sabar ketika diberi teman yang agak melenceng"  pada kalimat itu ia tertawa kecil karena teringat kepada Bintang sembari menoleh ke sebelahnya yang ia kira ada Bintang disana. Namun ternyata Bintang tidak ada duduk disebelahnya, Rizal yang panik setengah mati menggerutu dalam hati "Lo kemana lagi dah tang, Bintang" seraya melihat ke sekeliling dan berharap melihat bintang walau hanya batang hidungnya saja.

Menyadari Gerak-gerik Rizal yang terlihat sedang kebingungan, Ali pun bertanya "Kenapa?" dengan memasang ekspresi yang kebingungan. Rizal menoleh kepada Ali "Tau tuh benda Langit kemana lagi coba," jawabnya dengan raut wajah yang terlihat jengkel.
Mendengar penuturan dari Rizal, tak lain lagi Ali pun ikut kebingungan, "Benda Langit maksudnya?", Rizal berdecak sebal, "Bintang" jelasnya. Mengapa tak ada yang mengerti dengan apa yang ia maksud, Hal itu membuat ia tambah kesal, terlebih keberadaan Bintang belum ia temukan.

"Bintang? Tuh dia lagi tidur sama si Galang di belakang," pemaparan tersebut dikatakan oleh Ali. Rizal langsung menoleh ke belakang, dan benar saja ternyata Bintang dan Galang tengah terbaring di karpet Aula dan menutup badannya dari kaki sampai dada dengan sarung sehingga tak terlihat oleh Rizal.
Melihat keduanya sedang tertidur pulas, Rizal pun bergegas menghampiri mereka dibarengi dengan Ali.

PLAK.. PLAKKK
Suara peci yang dilemparkan ke arah Bintang dan Galang terdengar sangat keras, Galang pun terbangun dari tidurnya, namun berbeda dengan Bintang yang tak ada respon apapun darinya.

"Kebiasaan Lo," ujar Galang yang saat ini dengan posisi duduk menghadap ke arah Ali dan Rizal.
"Lo yang kebiasaan" ketus Rizal.

Disatu sisi, Ali tengah sibuk membangunkan Bintang, bahkan Ali dengan sekuat tenaga mencoba membangunkan Bintang secara paksa dan akhirnya Bintang pun terbangun dari tidurnya walaupun ia masih mengantuk dan menutup mulutnya agar ia tidak menguap.
"Ganggu orang tidur aja" cempala mulut Bintang.
Rizal kesal mendengar kalimat itu, "Lo tidur gak tau tempat," balasnya.
"Kalo gue ngantuk gimana?" ungkapan perlawan dari Bintang pun terlontarkan seraya netranya menatap dalam wajah Rizal, baru kali ini ia disini berbicara dengan gaya seperti itu.

Ali memperhatikan mereka berargumen, ia tak ingin mereka cek-cok lebih parah lagi dari ini, lagi pula ini di Aula pikirnya.  "Malah berantem Lo berdua. Gini deh, gimana ceritanya Lo bisa tidur disini, Bin?" pisah Ali seraya bertanya kepada Bintang.

"Gue ngantuk, terus tiba-tiba..

Flashback On

Saat Bintang tiba di Aula, sayup-sayup terdengar olehnya suara tak jelas yang membuat ia menghentikan langkahnya dan terpaku ditempat sembari mencari darimana sumber suara itu berasal.

Sut sut
Suara itu terdengar sangat jelas, ketika ia menoleh ke sebelah pojok kanan, ia mendapati Galang yang sedang memberikan isyarat kepada Bintang untuk duduk disebelahnya, tanpa pikir panjang Bintang pun menghampirinya.

"Sini, mending lo tidur sama gue di sini, Bin!" ajak Galang.
Tak kuasa menahan kantuknya, Bintang pun tanpa pikir panjang meng-iyakan ajakan Galang, ia langsung merebahkan dirinya di pojok Aula hingga tertidur pulas.

Flashback Off

"Nah, jadi gitu ceritanya." pungkas Bintang.

Tak terasa ternyata Tausiyah sudah selesai, lalu lalang terlihat para santri hendak kembali ke Asramanya masing-masing yang hendak mandi pagi dan bersiap-siap untuk menuju sekolah.

Berbeda dengan Bintang yang hendak pergi namun langkahnya terhenti ketika Ridwan mengajak berbicara kepadanya.

"Bukannya tadi Rizal izin kepada Saya untuk menyuruhmu ke Aula ya? kok Saya gak liat kamu tadi?" Ridwan kebingungan.

"Oh.. Saya ke- ke tempat wudhu dulu, hehe," respon Bintang gugup bersama dengan kebohongannya itu.

"Na'am Ustadz, Bintang itu Dawamul Wudhu." timpa Galang yang tak jauh beda dengan Bintang, yaitu bersama kalimat Dusta yang ia keluarkan lainnya.

"Oh begitu, coba saya ingin tau, tema tausiyah yang saya sampaikan itu tentang apa, Bin?" Ridwan mengetes Bintang.

Menangkap pertanyaan itu, Bintang memainkan bola matanya seraya melihat ke wajah temannya secara bergantian dengan terkadang mengangkat satu alisnya, berharap mereka memberi isyarat terkait jawaban untuk pertanyaan yang Ridwan tanyakan padanya.

"Lupa, Ustadz." jawabnya singkat tak mau ribet.

Mengetahui Bintang tengah berbohong, Ridwan memberikannya hukuman karena Bintang tertidur saat waktu Tausiyah.
Bintang diberi hukuman untuk menghafalkan beberapa hadist.

"Kalau kamu sudah hafal, datangi saya. Kalau tidak ada di mesjid, berarti di rumah." intruksi Ridwan atau tiada lain adalah Kyai nya itu.

Bintang sebenernya sangat malas menuruti perintah Ridwan, namun apalah daya yang bisa ia lakukan selain menurutinya.
"Iya, Ustadz." tuturnya.

⭐⭐⭐

to be continued

menerima kritik & saran

readers tolong klik tanda [⭐] usai membaca yaa

pls support , thank'u all 💋

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang