13 7 1
                                    

Bintang menoleh ke sebelahnya, terdapat perempuan dihadapannya sekarang dengan membawa buku hafalannya yang waktu itu telah hilang.

Perempuan itu menyodorkan sebuah buku tersebut ke hadapan Bintang.

"Ini buku punyamu, kan?" tanya perempuan itu.

Bintang bangkit dari duduknya, ia mengambil buku tersebut dari genggaman perempuan itu.

"Lain kali jangan ceroboh, ya." penuturan perempuan itu dengan senyum diwajahnya.

Tak ada respon dari Bintang, ia hanya menunduk melihat buku tersebut, memastikan bahwa buku tersebut memang pemberian dari Ridwan untuk menghafal waktu itu.

"Saya pamit dulu, ya. Assalamualaikum" perempuan itu pergi meninggalkan Bintang.

"Wa'alaikumsalam"

---

Siang pun tiba, saat ini bel istirahat sudah berbunyi.
Bintang seorang diri pergi ke kelas Rizal, ia berpapasan dengan banyak orang yang memberi sapa kepadanya, respon Bintang sekedar mengangkat alisnya saja.

Bintang berdiri tepat didepan pintu kelasnya Rizal, ia memanggil Rizal dengan gaya bersiul satu kali, Rizal pun menoleh dan menghampiri Bintang.

"Anterin gue." pinta Bintang tanpa menoleh kepada Rizal.

"Ayo, kemana?"

"Kelas Santri putri."

"Gasss!" Rizal bersemangat.

Dalam perjalanan mereka, Rizal pun membuka suara agar suasana antara mereka tidak hening, terlebih dari tadi Bintang tidak mengajaknya berbicara.

"Lo jadian ya? sama Rumaisya,"

Mendengar pertanyaan itu, Bintang menoleh dan berdecak sebal.

"Udah gak usah malu-malu gitu,"

"Atau sekarang Lo mau nembak dia, ya?" sambung Rizal dengan penuh antusias.

"Apaan sih." respon Bintang.

---

Keduanya sekarang sudah sampai di kelas santri putri, banyak sekali dari mereka yang berdiam diri dihalaman depan kelas, hal itu membuat Bintang dan Rizal menjadi sorotan.

"Ganteng banget woi yang bawa buku!"

"MasyaAllah"

Begitulah pujian yang dilontarkan dari sebagian santri putri yang ada di sana.

Tak segan, Bintang bertanya kepada salah satu perempuan yang ada disana.

"Kelas Rumaisya yang mana?"

"Oh mau nyari Rumaisya, ya. Itu disebelah sana, apa mau saya anterin juga?" tawar perempuan itu sembari menunjuk ke arah kelas yang ditempati Rumaisya.

"Gak usah, Makasih." ucap Bintang meninggalkan perempuan itu.

Bintang bersama Rizal sampai didepan kelas, ia maju sendirian hingga menepi didekat pintu, sekilas mengintip Rumaisya dan memanggilnya.

Rumaisya keluar, ia hanya menatap Bintang dan segera menundukkan pandangannya.

Bintang berdehem, sedikit mengetest suaranya, barangkali suaranya terdengar parau.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang