Chapter 20

2 1 0
                                    


Dan saat gilar kini telah bertelanjang dada Montez segera melihat ke arah punggung gilar dan benar saja ada banyak luka disana.

“siapa yang ngelakuin ini sama lo!,” Tanya Montez sambil menunjuk luka yang ada di punggung gilar.

“sejak kapan lo tau?,” Tanya balik gilar setelah kembali sadar setelah apa yang dilakukan Montez barusan.

Mendengar itu Montez malah menghela nafas besar, lalu ia segera menyuruh gilar berbalik agar ia bisa mengobati luka-luka itu, Montez pun duduk di samping gilar dan mulai mengobatinya.

“gue gak suka menanggung balas budi, jadi anggap aja ini balasan untuk waktu itu yang lo ngobatin luka  jari gue,” jelas Montez sambil terus mengoleskan obat merah di punggung gilar.

“Cuma gara-gara itu, lagian luka itu juga udah mulai kering, percuma kalo di obati,” ucap gilar.

“gue gak peduli yang penting gue gak punya tanggungan apapun,” balas Montez.

Setelah selesai mengoleskan obat tak lupa Montez juga membalut luka itu dengan perlahan dan setiap hal yang di lakukan Montez tak satupun lepas dari pandangan gilar.

“udah,” ucap Montez lalu menatap mata gilar.

“lo gak takut berdua sama gue disini,” goda gilar.

“hah, gak tuh,” balas Montez dengan nada mengejek.

“bahkan kalo gue ngelakuin ini,” ucap gilar sebelum mendorong tubuh Montez untuk berbaring.

“bahkan gue bisa ngelakuin ini,” balas Montez lalu mengalungkan tangannya pada leher gilar.

Saat mereka sedang tenggelam dalam tatapan mata masing-masing, tiba-tiba saja ada seseorang membuka pintu lalu berteriak dengan keras membuat gilar dan Montez kembali terduduk.

“AKHHHH, SUMPAH GAK LIAT,” teriak osta langsung menutup kedua matanya.

“lanjutin aja, oh ya bentar lagi ada pertunjukan kembang api tapi kalo gak ikut gakpapa kok,” ucap osta setelah menutup pintu kamarnya.

“HEH BANGSAT, AWAS LO BILANG SIAPA-SIAPA,” teriak Montez dengan kesal.

“GAK SUMPAH, JANJI,” balas osta sambil berlari menjauh.

“ishhh, malu banget gue,” geram Montez sambil mengusap-ngusap wajahnya.

“punya urat malu lo,” ledek gilar.

“ck tau ah,” kesal Montez lalu hendak pergi namun di tahan oleh gilar.

“urusan kita belum selesai,” ucap gilar setelah menarik Montez agar duduk kembali.

Gilar mendekat ke arah telinga Montez lalu membisikkan sesuatu yang membuat Montez melotot tak percaya “kan gue udah suruh belajar,” bisiknya.

“HAH, belajar apa,” ucap Montez pura-pura tak mengerti.

Karena gemas gilar menarik tengkuk leher Montez sehingga jarak kedua wajah mereka tinggal 5 cm “lo udah berani nyium gue dua kali tanpa izin, so can i?,” ucap gilar dengan lirih.

Montez tak menjawab tapi ia memberikan jawaban melalui tatapan matanya dan gilar yang peka mulai mengikis jarak sampai bibir mereka kembali bersentuhan.

Awalnya hanya kecupan biasa namun Montez yang mulai menikmati permainan ini tangannya mulai memegang bahu gilar yang tegap, ia mencengkram bahu gilar menyalurkan kenikmatan dan kekhawatirannya.

Gilar yang mendapat izin mencoba masuk lebih dalam namun tak mau lepas kendali ia pun segera mengakhiri ciuman itu, gilar mencoba melihat wajah Montez dan ia sempat terkekeh karena pipi montez yang merah merona.

“fuck,” maki Montez sambil memukul keras dada gilar.

“kita gak bisa kalo cuma teman,” ucap gilar membuat Montez langsung berdiri dan berjalan menjauh.

“gak, gue gak bisa,” tolak Montez lalu segera keluar dari kamar itu, ia mulai berlari menjauh keluar dari hotel itu untuk menuju ke pinggiran pantai.

Di hadapan laut yang gelap ia mencoba menenangkan hatinya yang sedari tadi berdebar tak beraturan, sedangkan gilar yang masih di kamar segera memakai kembali bajunya untuk menyusul teman-temannya.

~

“nahh datang juga nih anak,” ucap hisyam yang melihat gilar.

“loh Montez mana?,” Tanya erin yang tak melihat montez dimanapun.

Belum sempat gilar menjawab orang yang dicari akhirnya muncul “sorry tadi ke kamar mandi dulu,” ucap Montez berbohong.

“hai osta gimana kabarnya?,” ucap Montez yang masih kesal.

“ba-baik,” jawab osta dengan terbata-bata.

“kok gugup, santai dong,” ucap Montez setelah merangkul bahu osta.

“lo gak bilang apa-apa kan!,” bisik Montez pada osta.

Mendengar itu seketika bulu kuduk nya berdiri dan langsung menggeleng sebagai jawaban.

“good,” balas Montez lalu melepaskan rangkulan itu.

Setelah itu Montez segera bergabung dengan zelena “lo gakpapa?,” khawatir zelena dan Montez hanya menggeleng.

“eh mau mulai tuh,” ucap erin yang melihat orang akan menyalakan kembang apinya, dalam hitungan detik kembang api itu terbang lalu menghiasi langit malam dengan cahaya warna-warni.

Di tengah-tengah kemeriahan itu tiba-tiba saja Montez mendapat telepon sehingga membuatnya harus menjauh dari kerumunan untuk mengangkat telepon itu.

~
Continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Same but DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang