Chapter 5

5 3 0
                                    

Happy Reading
~

Beberapa hari kemudian zelena dengan sengaja mendatangi sebuah taman kota, cukup lama ia berjalan berkeliling ia akhirnya menemukan orang yang ia cari.

Zelena tanpa ragu menghampiri seorang yang sedang duduk di bawah pohon sambil membaca buku, kemudian zelena berdeham lalu menyapa nya “masih inget gue kan?,” Tanya zelena setelah orang itu melihat ke arahnya.

Orang itu Nampak bingung “lo yang udah bantu balikin rekaman CCTV di café beberapa hari yang lalu kan,” ucap zelena mencoba mengingatkan.

“kenapa?,” ucap orang itu sudah ingat.

“kenalin gue zelena dan sepertinya kita seumuran,” ucap zelena memperkenalkan diri lebih dulu.

“gue mekka,” ucapnya ikut memperkenalkan diri.

“gue mau berterimakasih, berkat bantuan lo itu,” ucap zelena mencoba berbaik hati dulu.

“gak usah basa-basi, lo mau apa?,” ucap mekka dengan nada tak suka.

Zelena tersenyum sambil menunduk “buru-buru amat, gue mau lo kerjasama sama kita,” ajak zelena.

“kita?,” Tanya mekka bingung.

“gue sama cewek penjaga kasir di café kemarin itu,” jelas zelena.

“kerjasama apa?, untungnya buat gue apa?,” Tanya mekka.

“kerjasama untuk mencari rose diamond,” belum sempat zelena menyelesaikan kata-katanya “tunggu-tunggu, rose diamond?, udah gila lo ya,” potong mekka.

“udah gue duga reaksi lo akan kayak gini, jika lo mau kerjasama, gue bisa bantu ngeluarin kakak lo dari penjara,” tawar zelena.

“lo siapa?, bagaimana lo bisa tau?,” ucap mekka mulai mewaspadai zelena.

“kebetulan tau aja, gimana?, tertarik?,” Tanya zelena.

Mekka tak bisa langsung memutuskan hari itu sehingga “beri gue waktu,” pinta mekka.

“oke, lo bisa dateng ke café di hari itu dan temuin temen gue yang kerja disana,” jelas zelena lalu pergi meninggalkan mekka sendiri.

Dalam kesendirian mekka terus memikirkan langkah mana yang harus ia ambil, di satu sisi mekka sedikit khawatir dengan zelena namun disisi lain ia ingin mengeluarkan kakanya dari penjara.

~

Sedangkan zelena yang hendak pulang ke rumah mengurungkan niatnya karena ia melihat seorang yang menarik perhatiannya.

Dengan mengendap-ngendap ia berjalan ke belakang orang itu, tepat di belakangnya zelena langsung menepuk punggung orang itu dengan cukup kkeras

“hayooo ngapain sendiri disini,” ucap zelena mempergoki elang yang berdiri sendirian.

“lo ngikutin gue lagi?,” Tanya elang yang frustasi.

“kali ini tuhan yang membawaku padamu,” ucap zelena sok puitis.

“lo belum jawab, ngapain disini?,” Tanya zelena lagi namun elang tak bisa menjawabnya.

Karena elang tak kunjung menjawab “yaudah ikut gue,” ucap zelena lalu menarik tangan elang secara paksa.

“kemana?,” Tanya elang bingung.

“street food,” jawab zelena dengan senyum lebarnya.

Dengan terpaksa elang pun akhirnya menuruti kemauan zelena, kini mereka berdua sedang menyusuri jalan yang kanan kirinya semuanya adalah makanan.

Jika ada makanan yang menarik zelena pasti akan langsung menarik elang untuk mampir dan membelinya “lo bayar ya,” ucap zelena dengan santainya.

“kok gue,” ucap elang tak terima namun zelena tetap tak menggubris lalu ia pergi lebih dulu agar elang mau membayarnya.

Lagi-lagi dengan terpaksa elang membayarnya dan ia segera menyusul zelena yang entah pergi kemana, elang menoleh ke kanan ke kiri mencari keberadaan zelena lalu tiba-tiba saja ada seseorang yang memakaikannya sebuah topi.

“ganteng,” puji zelena setelah memakaikan topi itu kepada elang.

Diperlakukan seperti itu elang diam sebentar “ayoo,” teriakan zelena menyadarkan lamunan elang.

Tak terasa mereka berdua telah berjalan cukup jauh sampai akhirnya mereka tiba di jalanan yang ramai pengendara, zelena yang tak suka keheningan segera memcahnya.

“gue ganggu lo ya tadi,” ucap zelena.

“baru sadar lo,” ucap elang sambil geleng-geleng kepala.

“maaf,” ucap zelena sambil menundukkan wajahnya karena merasa bersalah.

Elang hanya bisa menghela nafas lalu berkata “gakpapa, udah terlanjur juga,” mendengar itu zelena kembali bersemangat.

“jadi lo seneng jalan sama gue?,” tanya zelena berbinar-binar.

Elang tak menjawab sehingga membuat zelena berjalan mundur di hadapan elang “ngaku aja, iya kan!,” ucap zelena menuntut.

Zelena terus menerus berjalan mundur sampai tanpa sadar ia sudah ada di tengah jalanan yang ramai, satu mobil melaju cukup kencang dari arah belakang zelena.

“AWAS,” teriak elang pada zelena.

Mendengar itu ia menoleh ke belakang ia hendak menghindar namun kaki zelena terasa berat untuk melangkah, di benaknya tiba-tiba saja terlintas sebuah insiden yang membuatnya trauma sampai saat ini.

Rasanya di sekitarnya kosong, zelena hanya mendengar teriakan kesakitan kedua orang tuanya, tubuhnya mulai bergetar ketakutan, matanya pun mulai memerah.

Mobil yang hendak menabrak zelena segera mengeremnya sehingga ia tidak sampai tertabrak, elang yang cemas segera berlari kea rah zelena yang terduduk di tengah jalan.

Elang yang melihat tatapan kosong dari sorot mata zelena segera menggendongnya dan membawanya ke dalam mobil yang di bawa elang.

Sungguh saat itu untuk pertama kalinya Elang merasa lebih khawatir kepada Zelena, ia takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.

~
Continue

Same but DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang