Chapter 17

3 2 0
                                    

Happy Reading
~

“len,” ucap erin sambil menyenggol tangannya menyuruh untuk menoleh ke belakang.

Zelena pun mengikuti arah pandang erin dan ia juga tak kalah terkejut melihat orang-orang itu.

“bener mereka gak?,” Tanya salah satu dari mereka.

“duh jangan keras-keras kalo salah yang malu gue entar,” ucap temannya yang lain sambil memukul orang yang baru bicara itu.

“iya, itu gebetan nya elang,” goda gilar sambil melirik elang.

Setelah gilar mengatakan itu merreka segera berlari menghampiri ke dua gadis itu “hai kenalin gue osta,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya pada zelena.

“kenalin juga gue hisyam,” ucapnya juga ikut mengulurkan tangannya pada erin namun sebelum erin menerima uluran itu seseorang lebih dulu menggapai tangan erin.

“masih inget gue kan,” ucap orang itu.

“apaansih lo jib,” kesal hisyam.

“udah dibilang dia gebetannya elang,” ucap seorang bernama nevan sambil memukul kepala osta.

“maaf len, seharusnya gue gak ngajak mereka kesini,” sesal elang sekaligus malu.

“gue gakpapa, tapi kalo lo tiba-tiba datang dengan banyak orang kayak gini siapa yang gak takut,” kesal zelena pada elang.

“wuhhhhh kasian di marahin,” ucap osta dan hisyam secara bersamaan.

Zelena semakin pusing mendengar celotehan teman-teman elang namun akhirnya Montez dan mekka telah kembali tentu dengan terkejut melihat tiba-tiba ada banyak orang.

“APAAN INI,” teriak Montez membuat suasana yang awalnya gaduh tiba-tiba diam.

Montez mencoba melihat satu-persatu wajah laki-laki yang ada disana “lo ngapain disini,” ucap montez saat melihat wajah gilar, lalu saat ia melihat yang lainnya alangkah terkejutnya Montez “HEH MESUM, NGAPAIN LO DISINI,” ucap Montez dengan lantang sambil menunjuk jibran.

Montez yang kesal melihat wajah itu hendak melemparkan batok kelapa yang ada di tangannya namun untung dengan sigap osta dan gilar menahannya.

“lo siapa pegang-pegang?,” ucap Montez setelah menghempaskan tangan seorang yang ia tak kenal.

“oh ya kenalin osta,” ucapnya.

“udah-udah jangan ribut, duduk dulu,” ajak mekka embuat semua orang menurutinya dan mereka pun duduk melingkar “sekarang jelasin kenapa ada banyak orang disini,” lanjut mekka mencoba bersikap dewasa.

“sebelum itu maaf kalo kedatangan kita mengagetkan kalian, kita juga sama kayak kalian cuma mau liburan,” jelas elang mewakili teman-temannya.

“kita kan punya tujuan yang sama, gimana kalo kita gabung aja, 6 ditambah 4, makin rame makin meriah,” usul osta.

“heh, kita kenal aja gak,” ketus Montez.

“bener kata Montez, emang kalian bisa dipercaya,” ucap zelena.

“kita semua temennya elang, seharusnya lo bisa percayakan,”  balas gilar membuat Montez menoleh ke arahnya.

“sekarang langsung aja siapa yang setuju bergabung angkat tangan,” ucap mekka akhirnya menengahi masalah ini.

terlihat yang mengangkat tangan lebih dulu adalah osta, disusul gilar, lalu jibran, hisyam dan terakhir Montez membuat semua orang menatap ke arahnya.

“hasilnya seri, jadi,” belum sempat mekka menyelesaikan kata-katanya.

“aku juga setuju,” potong erin lalu mengangkat tangannya.

“rin lo yakin?,” Tanya zelena memastikan.

“gak ada salahnya kan kita bareng-bareng, ini pertama kalinya buat aku jalan-jalan dengan banyak orang jadi aku ingin tau rasanya punya banyak teman,” jelas erin.

Karena jawabannya telah terlihat jelas dengan poling suara setuju sebanyak 6 dan tidak setuju ada 4, maka mereka pun akhirnya setuju untuk menggabungkan kegiatan liburan mereka.

Mereka juga mulai berdiskusi bagaimana mereka mengatur jadwal liburan mereka dan hasil kesepakatannya ialah untuk day 1 akan diatur para cewek, day 2 akan diatur para cowok dan last day gabungan antara keduanya.

Di tengah diskusi untuk menentukan tujuan wisata di hari terakhir ada satu orang yang tidak fokus, yang ia lakukan hanya memandangi wajah cantik mekka.

“cantik,” gumam hisyam sambil menopang dagunya menatap mekka.

“hah,” ucap mekka tak salah dengar.

“gak gak,” grogi hisyam segera memalingkan wajahnya karena malu.

Langit yang mulai mengoren memberhentikan diskusi mereka dan semua orang tiba-tiba saja berdiri lalu menghadap ke arah matahari yang mulai tenggelam di tengah-tengah laut.

Beberapa orang mulai mendekat ke pinggiran pantai untuk mengabadikan moment itu dan ada juga yang hanya diam menikmati indahnya kuasa tuhan.
Setelah langit sudah mulai gelap mereka semua memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi hari esok.

~
Continue

Same but DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang