03 || Pertama Kali Audensi (1)

223 33 13
                                    

Serius deh! Novel Children Of The Holy Emperor itu tuh bagus banget!

Berharap secepatnya dijadiin manhwa!

*••°˘♡˘°••*

Mematut diri pada cermin, merefleksikan seorang gadis bergaun krem longgar anggun tanpa korset ketat yang biasanya gadis bangsawan pakai. Surai merah bagai kelopak bunga mawar, dikepang di kedua sisi kepalanya kemudian ditarik kebelakang dengan bros berbentuk bunga mawar perak.

Tampak serasi dengan mata peraknya yang berkilau seperti permata cantik.

Para pelayan bergiliran keluar dari kamar setelah selesai mendandani sang putri.

"Aku bertanya-tanya. . . Kenapa Alecta sangat mirip dengan aku dikehidupan sebelumnya." gumamnya.

Mau dilihat berapa kali pun sudah jelas wajah itu serupa. Bahkan dengan rambut merah dan mata perak, tetap tidak dapat menghilangkan kemiripannya.

Untuk dia yang selalu menghargai penampilannya sedari kehidupan pertama, wajah merupakan bagian penting yang selalu mudah untuk diingat.

Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Mungkin memang benar adanya.

"Sudahlah, untuk apa repot? Hidup saja dengan baik." Alecta menganggukkan kepala menyetujui pemikiran sendiri.

Beberapa saat kemudian istana utama mengirimkan kereta yang sangat berkelas!

'Woah. . . ini benar-benar tipe kekaisaran didalam novel-novel yang pernah aku baca!' sudut bibirnya berkedut menahan ekspresi kesenangan berlebihan.

Akhirnya dia masuk ke gerbong ditemani oleh Lydia, pelayan pribadinya. Sir Eisen berkuda dibelakang kereta, mengawal putri sampai ke istana utama tempat kaisar tinggal.

Istana utama sangat megah nan indah! Taman besar hijau yang luas dengan banyak tukang kebun, sibuk bekerja disekitarannya. Sungguh pemandangan bercahaya, pilar-pilar dibuat kokoh dengan marmer berkilauan.

Karya seni indah! Sangat indah, seolah seluruh seniman dipenjuru benua mencurahkan kretifitas mereka untuk istana utama kekaisaran.

Betapa beruntungnya Alecta dapat menjadi anak kaisar suci. Gadis surai merah itu bertepuk tangan ria secara mental.

"Putri, anda terlihat sangat bahagia." Lydia, yang duduk diseberangnya, berbicara dengan senyuman terukir.

"Ung! Aku suka melihat hal-hal yang indah." sahut Alecta jujur.

Waktu Alecta masih menjadi budak orang sirkus, dia hanya dapat melihat kaisar yakni ayahnya dalam bentuk Homunculus— itupun baru disaat umurnya 14 tahun.

Bagaimanapun, tentu saja seiring lamanya memakai tubuh boneka itu, Homunculus berangsur sangat mirip fisiknya dengan kaisar.

Namun saat pertemuan pertama Alecta secara langsung dengan Nate, tepatnya di aula istana, Alecta tidak bisa untuk tidak ternganga begitu melihat ketampanan sang ayah.

Dilihat secara langsung face to face, kaisar sangatlah tampan! Walaupun nyaris tidak memiliki emosi diwajahnya, keagungan dilengkapi aura kepemimpinan yang kuat begitu mempesona.

COTHE: Alecta KleinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang