07 || Fragment (1)

73 21 18
                                    

Holaaaaaa~

Hehehe aku baru update, maaf yo!

Sekedar informasi biar kalian nunggunya disabarin lebih gede lagi. Moment Alecta bareng Morres masih agak lama;)

Mereka bakal deket setelah Alecta menyelesaikan 'rahasia' milik dia sendiri dulu. Enggak panjang sebenernya, karena ofc Alecta bakal lebih dominan membantu petualangan babang Morres.

Tapi sebelum itu aku mau kasih sedikit tentang kisah Alecta, biar power-nya dapet😉♥️

*••°˘♡˘°••*

Pagi tiba setelah malam yang cukup menegangkan. Alecta bangun lebih cepat, sarapan, mandi, kemudian bersiap dan pergi latihan ke gimnasium.

Namun ada yang sedikit berbeda, sebab para kesatria istananya yang langsung menyerbu ke arah putri begitu dia masuk ke gimnasium. Alecta mengedipkan mata berulangkali, kebingungan oleh pendekatan tiba-tiba.

Ketika itu Sir Eisen berdiri di depan sang putri, menghalangi yang lain berdesakan.

"Tingkat kesopanan macam apa?! Lakukan dengan benar jika ingin bertanya." gertak pria bermata biru gelap itu, perempatan kesal muncul di keningnya.

'Uh. . . ku pikir memang terlalu gegabah menunjukkan kemampuan pengendalian.'

Alecta di sisi lain bersembunyi dari balik punggung Sir Eisen. Fakta bahwa putri ke-dua memiliki suatu kemampuan spektakuler telah berhasil menarik minat kesatria istana kupu-kupu merah.

Dan kini mereka berbondong-bondong ingin mengetahui, atau bahkan melihat secara langsung bagaimana skill tuan putri mereka dilakukan.

Hal yang aneh bagi Alecta mendapati orang-orang ini yang sebelumnya mengabaikan dirinya, sekarang mendekatinya seperti penggemar berat. Alecta menghela nafas panjang.

Para kesatria sangat bersemangat, mereka berlarian begitu Alecta meminta dibawakan seekor hewan sebagai bahan contoh.

Pada akhirnya Alecta berhasil memuaskan rasa penasaran mereka. Dia menunjukkan secara langsung dengan cara menyuruh seekor kuda untuk berbaring, berlari mengitari gimnasium lalu kembali lagi kesamping Alecta.

"Wow. . ."

"Aku belum pernah menemui kemampuan seperti ini sebelumnya."

"Bahkan jika itu seorang jenius aura, tidak ada yang dapat merubah aura menjadi kekuatan untuk mengendalikan hewan, bahkan monster!"

[-Tidak, mereka salah. Di masa depan, seorang bajingan berambut pirang akan berhasil meniru kemampuan milik putri surai merah-]

Suasana riuh mengelilingi si putri, sementara sepasang mata biru gelap mengamati dari sisi lain gimnasium. Sir Eisen berdiri disana, melihat putri yang menjadi tanggung jawabnya di kelilingi banyak orang-- mereka yang sebelumnya bersikap acuh terhadap gadis itu.

Pemandangan aneh namun damai. Timbul rasa bersalah di hati Eisen, dia juga berprilaku sama dengan mereka. Tak terlalu menaruh kepedulian terhadap sang putri.

Gadis surai merah itu pendatang baru di lingkungan istana kekaisaran. Tentu berbeda dengan putri Amelia dan putri Sisley.

Begitulah pandangan Eisen sebelumnya. Tetapi begitu kejadian malam tadi, saat putri muntah darah tepat didepan matanya. Pria bermata biru gelap itu merasakan penyesalan yang teramat.

Eisen tidak menyadarinya sebelumnya, tapi dia telah mengabaikan apa yang telah di alami putri sebelum dia dibawa ke istana. Putri telah menderita terlalu banyak, Eisen mengabaikan itu dan hanya memandangnya sebagai pendatang baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COTHE: Alecta KleinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang