Yuhuu~
Waaahhh! Akhirnya setelah izin Hiatus cukup lama, aku update juga ya???
Aku seneng banget bisa balik lagi ke akun ini, hehehe.
Btw udah tahun baru aja nih~ perasaan tahun kemaren cepat banget dah;) yah, mau gimana? Inilah realita. Kita cuman bisa menghalu aw aw!
Aku nulis chapter ini sambil dengerin lagu Oscar Winning Tears, by RAYE ── ngulang sampe 10x.
Happy reading🛐♥️
*••°˘♡˘°••*
Memasuki ruang tamu istana kupu-kupu merah, Alecta segera mengambil benda bundar yang dibawakan oleh kakaknya. Ditatapnya benda itu untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memasukkan benda bundar tersebut kedalam mulutnya.
Sejujurnya dia tidak yakin, tapi instingnya mengatakan bahwa benda ini akan menunjukkan sesuatu.
Tercetak kerutan di keningnya tatkala rasa aneh dari inti monster yang sedang dia kunyah memenuhi lidahnya. Alecta terdiam ditengah-tengah ruangan, berdiri disana seolah-olah waktu berhenti dan hanya ada kesunyian disekelilingnya.
"Ini--
Ucapannya terpotong, mendadak tubuhnya terdorong kebelakang hingga jatuh ke lantai. Rasanya seperti ada sesuatu tak kasat mata yang memukul Alecta tepat di keningnya. Seperti ditembak tepat sasaran dan peluru bersarang di kepalanya.
'Ini lebih berbahaya dari yang aku kira.'
Gadis surai merah berbaring telentang dilantai, masih meresapi sakit kepala yang baru saja terjadi. Tepat ketika itu pandangannya menjadi gelap, tidak, itu bukan karena kesadarannya hilang. Tetapi ruangan tempatnya berada sekarang benar-benar berubah menjadi hitam.
Tempat itu sangat sunyi tanpa terdengar hal lain selain helaan nafasnya yang memberat. Jelas sekali dia berada di lain tempat, semacam dipindahkan ke ruang kosong yang memisahkan antara dunia nyata dan alam bawah sadarnya.
Dapat dirasakannya atmosfer mulai berubah berat dan pasokan udara kian menipis.
Berada ditengah-tengah kegelapan sambil kesulitan bernafas, mata perak Alecta menemukan setitik cahaya merah yang lama-kelamaan jatuh ke arahnya.
Saat itu--
Bzztt!
"Aakhh!"
Cahaya merah tersebut memasuki mata Alecta. Pemilik mata perak berteriak, meringkuk dilantai sembari menekan-nekan kepalanya sendiri menggunakan tangan dengan sangat kuat.
Seakan bisa meledak kapan saja, menyakitkan hingga Alecta terisak disela-sela raungan menyiksa yang keluar dari mulutnya.
Berbagai potongan ingatan yang bukan miliknya berlomba-lomba memenuhi isi kepala Alecta. Itu tidak berhenti dan terus memaksakan masuk semakin banyak.
"A-ayah. . . ."
Usai tanpa sadar memanggil penuh harap sang ayah, darah menyembur keluar dari mulut. Darah kehitaman yang kemudian merembes ke lantai, Alecta menopang dua tangan di lantai. Membungkuk menatap darahnya sendiri.
Sorot mata yang tadinya berkabut tertutup rasa sakit dan air mata, kini kembali dapat melihat lebih jernih.
Ruangan itu berubah hitam, namun anehnya dia dapat melihat segalanya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
COTHE: Alecta Klein
Short StoryChildren Of The Holy Emperor x Readers. Ini adalah tentang seorang penggemar berat sebuah novel berjudul Children Of The Holy Emperor, yang tiba-tiba membuka mata dan hidup di dunia novel kesayangannya. Mungkin bisa di sebut Transmigrasi? Karena wal...
